Cckkk... Mengingat perempuan itu, seketika suasana hati Zavio menjadi buruk. Iapun bangun dan menjauh dari Evellyn, lalu duduk di kursi santai sambil terus memandangi gadis itu yang kini hanya tampak rambut belakangnya saja.
“Haaahhh... sungguh menjengkelkan!” gumam Zavio seraya mengusap wajahnya dengan kasar.
Dia tidak menyalahkan Evellyn karena suasana hatinya saat ini tiba-tiba memburuk, tetapi dia menyalahkan dirinya sendiri karena hingga saat ini lelaki itu masih saja tidak bisa melupakan perempuan yang sangat ia cintai itu. Bahkan gara-gara perempuan itu, hidup Zavio hancur, dan merubah lelaki itu menjadi iblis di atas ranjang yang selalu memuaskan emosinya dengan meniduri setiap perempuan yang mendekatinya dengan kasar. Hal itu dia lakukan sebagai pelampiasan kekecewaannya.
Karenanya, tak sedikit perempuan yang sudah ia buat hancur dan menderita, setiap kali lelaki itu melampiaskan amarahnya. Kerinduannya akan perempuan yang sangat ia cintai itu, yang sudah tega pergi mencampakannya, menyebabkan lelaki itu kehilangan jati dirinya. Sekarang Zavio menjadi lelaki yang arogan, keji dan tak punya hati. Tetapi sungguh sangat aneh, walaupun hal itu sudah di ketahui banyak orang, masih saja banyak perempuan yang berlomba untuk mendapatkan perhatiannya. Seolah-olah, rumor yang selama ini beredar menjadi tantangan tersendiri bagi para perempuan itu, untuk memuaskan nafsu mereka yang suka akan tantangan.
Melihat antusias para perempuan itu, Zavio tampak tak perduli sama sekali. Ia justru memanfaatkan mereka di saat suasana hatinya sedang buruk, terutama di saat ia sedang merindukan perempuan yang begitu ia cintai.
Ya... Shelly adalah cinta pertamanya, perempuan yang membuat Zavio bisa melakukan apapun demi perempuan itu. Tetapi sayangnya, bagi perempuan seperti Shally cinta seorang Zavio Franco tidak lebih dari sebuah lelucon. Karena bagi Shelly, Zavio hanyalah pelampiasan semata. Sebenarnya Shally menaruh dendam kepada lelaki bernama Leonard Franco, lelaki yang tak lain adalah kakak kandung Zavio Franco. Walaupun Leo tahu bagaimana perasaan Shelly, lelaki itu justru lebih memilih perempuan lain, dan mencampakannya yang merupakan sahabatnya sedari kecil.
Padahal, Leo tahu Shelly sangat tergila-gila kepadanya. Bahkan semua orang tahu termasuk Zavio, tetapi Leo justru mengabaikan perempuan itu. Lelaki itu semakin menjauhi Shelly saat ia terus menaruh harap akan cinta Leo, dan karenanyalah Leo jadi semakin menghindar dari perempuan itu, karena Shelly benar-benar sudah gila dan terlalu terobsesi kepadanya.
Sikap Leo yang semakin acuh dan menjauhi Shelly, membuat perempuan itu semakin frustasi dan patah hati. Apa lagi saat mengetahui ternyata Leo memiliki seorang kekasih, Shelly semakin gila dan putus asa. Dan pada saat itulah dia mendekati Zavio, karena Shelly tahu lelaki itu sudah lama tergila-gila kepadanya.
Keputusan Shelly mendekati Zavio nyatanya tak membuat Leo perduli, lelaki itu malah sangat berterima kasih kepada Zavio, karena sudah menyingkirkan seseorang yang terus mengganggu hidupnya itu. Sementara Zavio sendiri sejujurnya merasa tertekan, dia begitu mencintai Shelly, tetapi Shelly justru masih saja mengharapkan Leo. Bahkan setelah mereka menikahpun, Shelly masih saja belum menerimanya sepenuhnya.
Hingga pada suatu hari, dengan teganya perempuan itu justru kabur dan pergi ke kamar Leo. Dengan cara yang entah bagaimana, perempuan itu mencekoki Leo dengan obat perangsang, sehingga merekapun melakukan hal yang tak sepantasnya di lakukan. Apa lagi saat itu adalah malam pertama bagi Zavio dan Shelly setelah resepsi pernikahan mereka usai, tetapi kejadian pahit itu justru terjadi tepat di hadapan Zavio, dan juga keluarga besarnya.
Walaupun kejadian pahit itu terjadi, dan menimbulkan keributan besar. Dengan bodohnya Zavio masih saja menerima Shelly, dia bahkan rela di benci dan di jauhi oleh keluarganya. Karena masih saja melindungi perempuan tak tahu diri seperti Shelly itu, yang sudah mencoreng wajah keluarga Franco, padahal sedari kecil Shelly di anggap seperti putri kandung mereka sendiri. Tetapi karena kegilaannya, pada akhirnya keluarga Franco pun memutuskan hubungan dengan perempuan itu, begitupun dengan Zavio karena memilih untuk tetap melindungi Shelly.
Dan setelah mendapati penghianatan yang menyakitkan itu, sedari awal menikah Zavio sama sekali tak pernah menyentuh Shelly sekalipun. Lelaki itu terlihat dingin dan menjaga jarak dari Shelly, apa lagi saat mengetahui Shelly tengah hamil. Hamil dari kasil perbuatan busuk shelly dan kakaknya malam itu, yang sontak saja membuat lelaki itu semakin merasa hancur.
Meskipun begitu, Zavio tetap mencoba bersabar dan bertanggung jawab. Melihat ketulusan Zavio, Shelly pada akhirnya mau menerima Zavio menjadi suaminya seutuhnya. Akan tetapi, lelaki itu sudah terlanjur kecewa. Karenanya Zavio hanya memberi perempuan itu status sebagai istrinya saja, dan Zavio pun berusaha menganggap anak yang ada dalam kandungan Shelly seperti anaknya sendiri. Karena itulah dia selalu memperhatikan kehamilan Shelly, dan meminta pelayannya untuk selalu menjaga nutrisi di dalam makanan perempuan itu.
Tetapi, meskipun begitu. Zavio tak pernah sekalipun memperlakukan Shelly layaknya seorang istri. Setiap kali Shelly merayunya dan berusaha melayaninya layaknya seorang istri, Zavio selalu saja mencari alasan untuk menghindar. Jelas lelaki itu begitu kecewa, walaupun Zavio tahu sedari awal dia hanya di manfaatkan. Tetapi ia tidak pernah menyangka, pada akhirnya Shelly melukainya begitu dalam, hingga bisa sesakit itu.
Merasa bersalah dan terluka, Shelly akhirnya memutuskan pergi tanpa sepengetahuan Zavio. Hingga saat ini perempuan itu menghilang tanpa jejak, dan Zavio seketika itu menyesali sikapnya, karena terlalu memikirkan egonya yang terluka. Sehingga, pada akhirnya Shelly benar-benar meninggalkannya. Dan sejak itulah Zavio menjadi frustasi, dia sudah mencarinya ke beberapa negara, akan tetapi hingga saat ini Shelly masih saja tak pernah di temukan. Bahkan Zavio tidak tahu, apakah perempuan itu masih hidup, ataukah sudah mati. Ia sama sekali tidak tahu.
Walaupun itu semua sudah berlalu, tetapi tetap saja Zavio masih tak bisa melupakan perempuan itu. Perempuan yang sedari awal tak pernah bisa menjadi miliknya. Zavio hanya bisa menatapnya dengan kagum, dan mencintainya dalam diam. Sekalipun dia menikahinya, tetapi hati perempuan itu tak pernah menjadi miliknya. Sekalipun Zavio tahu pada akhirnya akan seperti apa, dengan bodohnya dia masih saja berharap akan cinta Shelly, bahkan hingga saat ini.
Lelaki itu berharap perempuan itu suatu saat akan kembali kepadanya, cinta pertamanya, istri sahnya, dan satu-satunya perempuan yang membuat hidupnya menjadi berwarna. Walaupun perempuan itu sudah melukainya dengan sangat dalam, dan karena penghianatannya juga kepergiannya yang telah merenggut kehidupan Zavio, dan menjadikan warna hidupnya hanya hitam kelabu, lelaki itu masih saja setia untuk menantinya. Sikapnya yang keras kepala itu sungguh membuat orang-orang merasa sangat menyayangkan, lelaki seperti seorang Zavio harus menjalani kehidupan yang begitu pahit. Padahal Zavio bisa saja menjalani kehidupan suksesnya dengan sangat baik, tak seperti sekarang ini, ia menjadi seorang lelaki dingin dan tak berperasaan. Yang menjalani kehidupannya dengan sangat buruk.
***
Haaaahhh... Zavio merasa saat ini pikirannya tengah kalut. Dengan perlahan dia melangkah menuju mini bar, dan mengambil salah satu botol minuman di lemari minumannya. Dengan perlahan Zavio menuangkan minumannya ke gelas, dan memasukan bongkahan kecil es batu kedalamnya. Perlahan ia memutar-mutar gelas itu, memainkannya sesaat, lalu meneguk minuman itu hingga tandas. Gelas demi gelas Zavio habiskan minumannya, lelaki itu tanpa henti terus menuang minuman dan meneguknya dengan kasar. Hingga tak terasa, Zavio menghabiskan minumannya hingga botol ke tiga. Dan saat itulah, lelaki itu mulai kehilangan akal dan meracau. Pandangannyapun mulai berkabut, dan kepalanya seakan terus berputar tanpa henti."Hentikan itu brengsek! Kau membuat kepalaku sakit, kau tahu!" maki Zavio sambil menunjuk-nunjuk lemari minumannya.Mendengar ada suara, seketika itu Evellyn menggeliat dan bangun dari tidurnya. Evellyn menggeliat dan meregangkan otot lehernya yang tera
Evellyn tampak menarik nafas dalam-dalam untuk mencoba menenangkan jantungnya yang memburu dan juga tubuhnya yang gemetar. Saat ini Evellyn tak bisa berbuat apa-apa, jika lelaki itu berniat mencekiknya, fisik Evellyn dan keadaan yang memojokkannya tak akan bisa untuk mencegah lelaki itu.“Ada satu hal yang harus kau tahu, Eve! Kau sepenuhnya dalam kuasaku, tubuhmu, nyawamu, adalah milikku. Karena ibumu sudah menjualmu kepadaku, dan baguslah kau masih perawan, hingga akulah lelaki pertamamu. Karena jika tidak, kau akan tahu apa yang akan terjadi! Aku... tidak suka barang bekas, karena itu sangat menjijikan!” dengus lelaki itu kasar dan arogan.“Bukankah kau kekasih ibuku? Dan dia sudah pasti bukan perawan, lalu kenapa kau memacarinya hingga bertahan selama ini?” tanya Evellyn dengan nada ketus, serta memberi tatapan tajam seakan tak takut lelaki itu bisa kapan saja mematahkan batang lehernya.Mende
“Eve!” gusar Zavio menggeram.“Tidak!” pekik Evellyn sengit.“Eve... cukup!”“Aku bilang tidak!” jerit Evellyn tak mau kalah.“Kau!...” seketika Zavio memejamkan matanya dan menghela nafas, lalu membuka matanya dan menatap Evellyn dengan tatapan yang sudah melembut.“Ayolah Evellyn, jangan memaksaku!” seru Zavio mencoba menahan amarahnya.“Lelaki yang mengancam seorang gadis...” kata Evellyn dengan sangat tenang, sambil diam-diam memasukkan tangannya ke bawah bantal. Lalu tangan itu menyentuh pistol yang ia sembunyikan, pistol yang keras dan memiliki berat, namun saat menggenggamnya terasa begitu menakjubkan. “... adalah orang yang lebih menjijikkan!”“Benarkah Eve? Apa kau...” lelaki itu mulai berbicara dengan nada angkuh, tetapi s
***“Kau sungguh ceroboh, Non Eve. Bagaimana bisa kau memprovokasi seorang Zavio Franco? Sepertinya kau sungguh sudah tak sayang nyawa. Aaaahhh... kehilangan nyawa secara instan itu jauh lebih baik, takutnya kau akan mendapatkan balasan yang mengerikan dari kedua lelaki itu. Tuan Zavio dan Elias... Haaahhh, percaya kepadaku, kau tak akan pernah berani walau hanya melirik mereka sekilas saja, jika kau tahu siapa kedua orang itu!"“Ini salahnya sendiri, dia mencoba mengancamku setelah berbuat keji. Iblis sepertinya memang pantas mendapatkan itu, dan dia pantas mati!” rutuk Evellyn diliputi emosi.“Jaga mulutmu, Eve! Sebelum aku robek mulutmu itu!” geram Elias yng tiba-tiba muncul, dan dengan hitungan detik lelaki itu secepat kilat menerjang Evelin dan menamparnya hingga perempuan itu jatuh tersungkur. Evellyn memekik saat keningnya membentur pot, hingga pot porslen itu pecah karenanya.
Evelin menghela napas untuk kesekian kalinya sambil mengambil beberapa baju yang ia sukai, lalu menumpuknya di atas meja. Setelah menemukan beberapa set pakaian dan dalaman, Evellyn pergi menuju kamar mandi, dan iapun merendam baju-baju itu dengan sisa sabun mandi cair yang tadi ia pakai. Menguceknya sedikit, setelah itu iapun menjemurnya di tiang lemari kamar mandi yang biasanya untuk menggantung jubah mandi maupun handuk. Sementara untuk saat ini, stelan celana pendek dan tengtop menjadi pilihannya. Toh hanya untuk tidur saja, jadi Evellyn mencari yang simple dan nyaman baginya. “Haaahh... baiklah, hari ini sudah cukup melelahkan!” keluh Evellyn sambil menggeliat untuk melemaskan urat-uratnya yang terasa kaku dan pegal, kemudian iapun mandi dengan air dingin untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah dan gerah, karena kamar itu sama sekali tak ada pendingin maupun kipas angin. Sehingga tubuh Evellyn terasa lengket dan basah. *** &nb
Pelayan yang baru keluar dari kamar mandipun menoleh kearah tatapan temannya itu, ia merasakan ada sesuatu yang janggal dengan prilaku temannya itu. Dengan perlahan diapun memutar tubuhnya, dan betapa terkejutnya pelayan itu saat melihat Elias dan Thomas sedang berdiri tepat di hadapannya.“Tu... Tuan!” pekiknya tertelan seakan ada sesuatu yang mencekik di tenggorokannya.“Apa ada masalah? Apa yang kalian lakukan kepada tamu Tuan?” tanya Thomas dingin, seraya menatap tajam ke arah kedua pelayan itu.“Tu... Tuan...”“Dia... dia mencoba mengerjai gadis itu!” teriak pelayan sinis tadi menuduh temannya sendiri, padahal dia sudah membantu menyelesaikan pekerjaannya yang kacau di kamar mandi.“Kau! Apa yang kau katakan?”“Benar Tuan, dia yang mencoba mengacaukan pekerjaan saya. Padahal saya sudah ber
Evellyn keluar dari kamar Zavio dengan langkah gontai dan pening, kepalanya terasa berat setelah berjaga seharian tanpa di biarkan beristirahat sedikitpun. Setiap kali Evellyn ingin memejamkan mata karena lelah dan ngantuk, ada saja orang-orang yang masuk dan tak membiarkan Evellyn untuk terpejam sebentar saja. Saat ini, kesempatannya untuk meninggalkan kamar Zavio pun muncul, setelah kedatangan dokter dan perawat yang ingin mengganti perban dan memberikan banyak obat untuk penyembuhan. Melihat kesempatan yang datang itu, Evellyn meminta izin untuk kembali ke kamarnya kepada Thomas. Selain untuk beristirahat, Evellyn juga ingin mandi dan menyegarkan kepalanya yang terasa pening.Sepanjang koridor kediaman itu, Evellyn melewati para pelayan yang berkumpul sambil berbisik-bisik dan menatap Evellyn dengan tatapan permusuhan. Namun, Evellyn hanya menghela napas dan tak memperdulikan mereka. Dia terus menelusuri lorong itu menuju kamarnya, karena bagi E
“Kemari,” perintah Zavio kepada Evellyn, dengan nada seolah sedang berbicara dengan salah satu anak buahnya.Evellyn menegakkan tubuhnya, mengangkat dagu dan alisnya dengan angkuh. Gadis itu mencoba keras kepala dan menunjukkan bahwa dirinya tak bisa di perlakukan seenaknya. Walaupun sejujurnya ia tampak rapuh dan takut, tetapi Evellyn bertekad tak ingin lagi di tindas seenaknya oleh lelaki yang sudah menghancurkan hidupnya itu.“Kemarilah Eve, jangan membuatku marah!” seru Zavio dengan nada tegas. Walaupun saat ini Zavio merasakan lemah dan tak berdaya, yang di perlakukan seolah debu di kaki gadis itu, tetapi Zavio tetap angkuh agar gadis itu tahu siapa tuannya.“Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu,” ucap Zavio yang bersusah payah duduk dan menyandarkan tubuhnya walaupun ia tampak menahan sakit yang luar biasa berdenyut di perutnya.“Apa itu?&rdquo