Share

Bab 1

Author: Nayla
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 Seorang laki-laki berambut pirang melemparkan setumpuk uang di atas lantai pada sekumpulan preman dengan wajah datar. Rahangnya yang keras dan tatapannya yang dingin menyiratkan kesombongan dan sok berkuasanya.

"Kalian urus mayatnya. Buang kemana pun. Jangan sampai ada yang tahu. Aku membayar kalian mahal jadi lakukan sesuai perintahku. "

Sekelompok preman itu menurut seperti seekor anjing karena telah di suap dengan uang banyak.

"Seorang wanita dan anaknya berhasil melarikan diri, Tuan. Tapi jangan khawatir kami sedang mencarinya." Pria dengan perawakan menyeramkan itu seketika mendapatkan tamparan kuat dari tuannya.

"Apa kau bilang? Hei, dengar! Aku tidak mau namaku terseret. Jika kalian tidak menemukan anak itu dan ibunya, aku akan membuat kalian memakan kotoran hewan. Mengerti!" Seketika mereka mengangguk karena takut.

Bawahannya memunguti uang itu seakan tidak mau kehilangan, rela melakukan hal tidak manusiawi demi uang itu.

Setelah meninggalkan tempat itu Leon dan pengawalnya menjemput putrinya yang di berada di hotel bersama pengasuhnya. Seperti tidak terjadi apa pun Leon membawa anak perempuannya untuk makan malam di restoran mewah berbintang.

"Kim?"

Suara Leon menyadarkan gadis mungil itu. Ia tersenyum masam memandang ayahnya.

"Kau tidak senang, sayang?"

    "Kenapa kita tidak bersama Mommy?" Kim bertanya balik, membuat ayahnya terdiam memikirkan jawaban yang tepat untuk bisa diterima anak usia enam tahun ini.

        "Mommymu sedang hamil dan butuh banyak istirahat. Singapore adalah tempat yang nyaman untuk Mommymu," jawab Leon sambil mengelus rambut panjang Kim. Dengan terpaksa Leon membawa Kim ke dalam perjalanan jauhnya. Agar tak siapa pun tahu tujuan perjalanannya ke negara ini.

Kimberley gadis yang pemurung dan tidak banyak bicara. Pilihan yang tepat membawa Kim karena dia tidak banyak bicara.

"Tapi aku ingin bersama mommy. Aku bisa tidur dengan Mommy." Ucapan Kim kecil membuat Leon kewalahan.

 "Kim jangan merengek. Kau kan tahu mommy-mu sedang hamil, kau tidak bisa tinggal dengannya. Bersabarlah sebentar lagi adikmu lahir." Leon mengelus puncak kepala Kimberley.

Meskipun Leon memperlakukan Kim dengan sangat baik, tapi sebenarnya dia menginginkan anak laki-laki. Dan semoga saja kali ini istrinya melahirkan anak laki-laki. Dia sengaja tidak menanyakan jenis kelamin anaknya sampai Amber melahirkan.

 "Tapi aku tidak minta adik pada Mommy. Kenapa Mommy mengandung?" Tanya Kim dengan polosnya.

 Hampir saja Leon tertawa mendengar ucapan Kim. Kenapa mengandung? Sudah jelas itu karena Leon menanam benihnya pada istrinya.

"Kimberley dengar daddy. Kau akan punya adik dan tidak akan sendiri lagi, kau pasti suka jika adikmu sudah lahir." Leon menunduk menatap wajah mungil itu.

 Kim mendengus. "Tentu saja."

      "Dari nadamu tidak seperti itu," desis Leon. "Maafkan daddy harus membawamu Kim, karena kalau tidak kau akan mengganggu mommy-mu."

       "Aku tidak akan mengganggu mommy. "

   "Jangan menjawab terus Kim. Setelah kita makan kau akan tinggal di hotel bersama pengasuhnya. Aku akan mengantarmu setelah itu daddy harus pergi sebentar. Kau setuju?"

   Kim tidak mau mendengar suara pelan Ayahnya, ia melihat keluar jendela mobil. Hujan sangat deras membasahi bumi, ia mengeratkan boneka barbie dalam pelukannya.

  Sudah dua hari ia menemani ayahnya di Meksiko, ia tidak mengerti kenapa ayahnya melakukan perjalanan bisnis sejauh ini. Asalkan dibelikan boneka Barbie yang baru Kim akan menurut.

"Pakai sweatermu sayang di luar dingin sekali." Leon mengancing sweater berbulu tebal pada gadis mungil itu. Lalu menggenggam jemari Kim untuk keluar dari mobil di payungi supir.

Mata indah Kim menangkap sederet anak jalanan yang sedang menyemir sepatu. Mereka tampak sangat kasihan dan kumuh. Baju yang mereka pakai juga tidak layak lagi untuk dipakai. Hati kecil Kim tergerak, walaupun dia terbiasa dengan kawan-kawannya yang memakai baju bagus tak membuat Kim lupa akan teman-temannya yang malang.  Ibunya selalu mengajarkan hal baik padanya.

      "Daddy berikan uangmu padaku," pinta Kim saat sudah sampai di depan hotel. "Cepat, Dad!" karena terburu-buru Leon memberikan dompetnya pada Kim dan putrinya mengambil sesuka hatinya.

  "Cepat payungi dia dan bawa kembali setelah selesai," perintahnya pada pengasuh Kim. Leon memperhatikan anaknya dari tempatnya. Kim kecil memang sangat perasa, ia selalu kasihan melihat anak-anak kecil yang terlantar.

🌹🌹🌹

  Pria kecil dengan lengan baju yang robek mengusap keningnya yang berair, entah itu keringatnya yang bercucuran atau percikan air hujan. Punggung bajunya sudah basah tertimpa air  hujan. Ia tidak khawatir sekalipun bajunya akan kering di tubuhnya. Mata abu-abunya menyiratkan kesedihan, dia meringkuk diantara anak-anak jalanan sebayanya untuk berteduh.

 Sudah satu hari ini dari seperti anak hilang yang tidak tahu mau kemana. Saat tengah malam dia akan mengikuti anak jalanan yang menyemir sepatu untuk mencari tempat peristirahatan. Biasanya mereka akan bermalam di dekat jembatan Hidalgo. Tempat biasa para pengemis bermalam. Dia menoleh saat teman-temannya berbisik-bisik karena kedatangan seorang perempuan kecil yang sedang membagikan uang pada kepada penyemir sepatu.

   "Kau lihat? Dia anak kecil yang turun dari mobil mewah tadi." Seorang anak laki-laki di sampingnya menunjuk seorang perempuan kecil bersama wanita berseragam sedang membagikan uang.

 Harry tersenyum melihat gadis baik hati itu. Wajahnya cantik nan menggemaskan. Satu tangannya yang bergelang kemilau membagikan uang yang diberikan wanita dewasa di sampingnya.

      "Dia pasti sangat kaya raya," lanjut temannya. Betapa beruntungnya bisa terlahir dari keluarga kaya raya tanpa harus bersusah payah memikirkan makan untuk hari ini. Bisa mandi, ganti baju, dan istirahat di tempat tidur.

    Iri? Jelas saja. Bagi anak jalanan seperti mereka yang tidak punya tempat tinggal dan baju yang cukup, melihat anak yang lebih berkecukupan membuat mereka iri. Sulit bagi mereka konsetrasi pada semiran sepatu mereka karena Kim semakin mendekat.

  Harry membantu anak laki-laki di sampingnya untuk merapikan krim semir, sikat, dan lap ke dalam kotak. Hari ini karena hujan dia mendapatkan pemasukkan yang lumayan untuk  mengisi perut. Harry tertunduk malu saat gadis kecil itu mulai mendekat, bajunya sangat bau, wajahnya kusam, dan terlihat kotor. Nanti gadis itu merasa jijik padanya. Dia merasa cemas, hidungnya yang tajam mengendus permukaan sekitarnya. Entah kapan dia terakhir mandi. Rambutnya terlihat seperti sapu ijuk yang kusut.

Ah perduli apa.

"Siapa namamu?" Anak perempuan itu bertanya. Kim menyodorkan selembar uang pada Harry.

"Harry," gumam anak laki-laki itu. Senyum manis Kim membuat Harry menjadi malu-malu dan kikuk. Mungkin perbedaan usia mereka hanya dua atau tiga tahun.

  "Ini untukmu. Belilah makanan yang banyak agar kau tidak masuk angin. Mommy bilang jika kita kehujanan dengan perut kosong akan sakit," celoteh Kim dengan pelan dan malu-malu. Butuh keberanian untuk Kim bisa berkata panjang di depan orang.

      Tahu darimana dia perut mereka kosong? Kata-kata itu tidak berfungsi bagi mereka yanga anak jalanan. Lalu anak perempuan itu memegang tangan pengasuhnya hendak pergi. Anak-anak yang diberikan uang itu pun bergembira.

       "Daddyyyy!"

Suara teriakan keras, mengagetkan Harry. Matanya terkejut melihat gadis itu menangis dengan wajah ketakutan. Mata Harry beralih pada kedua laki-laki yang sudah berlari kencang dengan tubuh yang lebih dewasa darinya. Itu Muggle preman yang selalu meminta setoran pada anak-anak di sini.

 "Mereka menjabret gelang kami!" teriak  pengasuh Kim.

       Badan Harry jauh lebih kecil dari preman itu tapi tidak membuat Harry gentar untuk mengejar mereka. Anak-anak penyemir sepatu itu memang sering melawan Muggle dan genk-nya karena mengambil banyak bagian penghasilan mereka. Jadi mereka sudah khatam di pukul oleh preman itu.

      "Hei berhenti! Kembalikan barang itu!!"

       Dipikir Harry teriakkan seperti itu bisa menghentikan mereka, nyatanya tidak. Beberapa orang keluar dari tempat persembunyian untuk menghantam Harry. Mungkin mereka sudah mengincar gadis itu sejak turun dari mobil.

Tiga..

Empat orang.

    "Arghh!" Seseorang dengan tangan kekar menarik rambut Harry kuat lalu melempar tubuhnya ke aspal. Harry meringis seakan tulangnya sudah remuk. Kepalanya yang terhantam batu sudah mengalir darah.

     "Beraninya kau ikut campur, setan cilik!"

     "Pergilah ke neraka!"

      Harry meronta-ronta saat tubuhnya kembali diangkat dan merasakan pukulan kuat dibagian kepalanya. Wajahnya sudah dihiasi darah segar, pandangan Harry mulai kabur. Harry yang malang merasakan kesakitan yang amat sangat karena pukulan bertubi-tubi mereka.

        "Bunuh dia!" teriak salah satunya. Membuat temannya mencekik leher Harry dengan kuat.

        God, bawa aku ke surgaMu, batin Harry menutup matanya. Ia tidak bisa melawan, bergerak pun tidak bisa. Tubuhnya sudah dihimpit keempat laki-laki berbadan kekar itu.

         Hujan terus saja turun di Meksiko city. Air yang menggenang di tempat itu sudah bercampur dengan darah yang pekat. Tidak ada yang ia sesalkan karena tidak ada yang akan kehilangan dirinya. Tidak ada yang sedang menunggunya untuk pulang. Tidak ada yang mengenal dirinya.

    Sebelum kesadaran Harry benar-benar hilang, ia bisa mendengar suara tembakan di telinganya. Ia tidak tahu apa yang terjadi setelah itu, semuanya tiba-tiba gelap gulita.

    

Comments (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
kayaknya bakal menarik nih,btw author bakal update tiap berapa hari yah..? author ada sosmed engga?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Love on   Bab 2

    Harry membuka matanya perlahan, sekelilingnya terlihat sangat tidak masuk akal dalam otaknya. Mungkin ia sudah mati dan reinkarnasi dengan sangat cepat. Ia pernah mendengar tentang reinkarnasi, bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Meski Harry di tempatkan di kamar VIP. Itu tidak membuatnya nyaman, karena tidak satu pun yang ia kenal di ruang itu "Kau sudah bangun, nak?"Seorang laki-laki berpakaian rapi menyapanya. Dia Leon, ayah Kim wanita yang Harry tolong. Wajahnya sungguh tampan dan berwibawa tak heran jika Kim memiliki wajah secantik bidadari.Harry mencoba mengingat kembali kejadian terakhir, kepalanya sakit namun ia ingat dengan preman-preman yang memukulnya. Harry menatap Leon yang sedang menatapnya dengan lembut, tersenyum padanya. "Kond

    Last Updated : 2024-10-29
  • Love on   Bab 3

    Untuk membuat Harry di terima Minerva, ibu Leon. Amber memberikan les privat untuk Harry sebelum mereka pulang ke kediaman keluarga Parker.Kim dengan sabar menunggui Harry yang sedang belajar. Banyak hal yang mengejutkan Amber bahwa Harry dengan cepat mengikuti pelajaran yang diberikan padanya. Bahasanya pun sudah mulai dipahami.Kim yang menggemaskan menarik perhatian Harry yang masih sibuk menyelesaikan tugasnya. Badan mungil Kim berulang kali datang dan pergi melihat Harry tanpa berkata. Hanya terdengar hembusan kasar Kim. Mr Samuel tersenyum melihat kelakuan Kim. Sepertinya dia harus menyudahi classnya. Ia tahu Kim ingin bermain dengan Harry. "Hari ini cukup sampai di sini Harry. Kimn akan membenciku jika menahanmu terlalu lama." Mr Samuel membereskan peralatannya lalu tersenyum. "Kau anak yang pintar. Cepat menangkap apa yang kusampaikan." Ucapnya. Harry melebarkan senyumnya lalu melihat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Love on   Bab 4

    Leon tersenyum saat membaca pesan di ponselnya. Anak buahnya telah melakukan apa yang di perintahkannya. Bahkan mereka mengirim foto rumah yang mereka bakar."Daddy... ""Diam dulu Kim!" Suara Leon tampak kesal. Kim mengganggunya saat ingin mengirim balasan pesan itu. Mereka yang duduk di meja itu kaget Leon membentak Kim."Kim? Diantara makanan ini mana yang paling enak?" Harry mencairkan suasana. Kim tidak sempat menangis, dia langsung girang karena Harry.Gadis kecil berambut hitam itu terus saja mengikuti langkah Harry kemanapun dan tak melepaskan telunjuk Harry untuk ia genggam. Sekali-kali ia berceloteh dan membuat Harry kesal lalu tertawa."Jangan masukkan lagi makananmu ke piringku, Kim!" Walaupun makanan terlihat enak tak membuat Harry kaget dengan makanan itu. Dia seperti sudah terbiasa dengan makanan lezat dan kehidupan orang kaya.Kadang Amber pun bingung. Harr

    Last Updated : 2024-10-29
  • Love on   Bab 5

    Pertama kalinya Harry menapakkan kakinya di kediaman keluarga Parker yang megah. Selama ini Nyonya Minerva melarang Harry yang bukan keluarga Parker untuk tinggal di sana. Tapi sekarang Leon rasa sudah waktunya Harry berkunjung ke rumah itu.Sore ini seluruh anggota keluarga sedang berkumpul, kecuali Kim dan Megang yang masih sibuk berlatih ballet di aula sekolah. "Selamat datang di Yellowstone, Nak" sapaan hangat dari Amber menyambut kedatangan Harry. "Bagaimana sekolahmu?" kata Amber lembut. "Masih terkendali, Mom." Harry tersenyum. Amber tidak tahu saja kelakuan Harry di kampus dan asrama. Pemberonta dan suka membuat masalah. Dia tidak peduli dengan peraturan.Amber terlihat riang karena kedatangan Harry, begitu juga Paul dan Elly. Kecuali Nyonya Minerva yang memasang wajah cemberut, membuat Harry merasa tidak diterima di rumah ini. Dia sudah me

    Last Updated : 2024-10-29
  • Love on   Bab 6

    Harry bermimpi buruk, tapi mimpi itu belum mengarah pada apa. Yang jelas dalam mimpi itu Harry terlihat ketakutan."Harry?"Harry tersentak. Matanya terbuka lebar dan nafasnya naik turun. Dia sedang duduk menunggu Kim hingga tertidur di sofa ruangan itu.Mimpi itu lagi!"Ada apa? Duduk saja kau bisa bermimpi." Ucap Kim melihat Harry memakai kemeja putih dan jas hitam mengkilap. Pria itu bersandar pada jok sofa mengambil nafas.Kim pergi mengambil gelas lalu menuangkan air putih untuk Harry. Di lantai dasar sudah sangat ramai. Alunan music terdengar hingga ke lantai paling atas. Langit-langit rumah itu sudah di decor dengan cantik."Ini minum." Harry menerima pemberian Kim. Matanya tampak terkagum melihat Kim memakai gaun yang cantik. Rasa ngantuknya begitu saja hilang."Kau jalan sambil tidur ya? Aku mencari dari tadi, ternyata di sini." Kim mengelap kerin

    Last Updated : 2024-10-29
  • Love on   Bab 7

    Setelah dua puluh menit akhirnya mereka sampai di tempat latihan balet Kim. Harry memberi saran supaya Kim mau bergabung dengan kawan-kawannya yang lain untuk berlatih balet. Tentu saja Kim menolak, namun setelah perdebatan panjang mereka Kim akhirnya setuju. Ya, dia butuh patner dan teman juga.Sebenarnya Kim punya teman, namanya Sandra Lee. Wanita campuran Asia yang menyukai balet juga. Dengan jarak 3 meter dari bangku mereka banyak yang memperhatikan Kim sedang bercakap-cakap dengan pemuda tampan dan keren. Kehadiran Harry menarik perhatian kaum hawa di tempat itu.Harry yang sedang asyik mengobrol dengan Kim tiba-tiba dihampiri Megan yang tersenyum pada Harry dan pemuda itu membalas senyumnya."Hai Harry. Aku kira kau tidak akan ke tempat seperti ini," Ucap Megan dengan senyum menggoda. Ia tersenyum senang memandang wajah Harry yang cerah."Waktuku kosong, tak apa menemani Kim." Jawab Harry.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Love on   Bab 8

    Ini sudah waktunya pulang, semua sudah meninggalkan gedung. Tapi Harry dan Kim masih berdiri di dekat bangku yang bersender pada pohon besar. Angin bertium memainkan rambut Kim yang sebahu. Aroma rokok yang dihisap Harry bisa di hirup hidung Kim saat Harry berbicara terlalu dekat debgannya."Kalau kau tidak keberatan biar aku yang mmengajarimu nafas buatan." Harry menatap bibir Kim tak berkedip. Ibu jarinya merasakan kelembapan bibir Kim.Tubuh Harry menegang saat Kim membuka mulutnya. Mengecup ibu jari Harry seperti permen lolipop. Apakah karena rasa manis bekas rokok? Tapi Kim sudah mengelap tangannya.Kemudian Harry mengangkat tubuh Kim menempel di pohon besar itu. Kim tidak memberontak, bahkan terkesan seperti menertawakan sikap Harry."Kata Megan ciuman itu hanya berlaku pada wanita dan pria--" Kim terdiam Harry kan laki-laki? Alisnya naik ingin menolak. Tapi melihat bibir Harry yan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Love on   Bab 9

    "Emmi, apa yang kau lakukan di sini?" Kim berjongkok di depan adiknya yang terlihat murung. Mata Emmi tertunduk melihat ke lantai."Ayo bangun, kita sarapan." Kim tersenyum mengelus rambut pirang adiknya. Ia menarik tangan Emmi tapi gadis kecil itu tidak bergerak, ia merasa Emmi menjadi pendiam. "Kenapa Emi?"Dari sisi lain Harry yang melihat Kim menarik-narik tangan Emi dipikirnya Kim mengganggu Emi. Harry bergegas menghampiri mereka."Kim? Kau mengganggu Emi lagi?" suara Harry dari belakang. Kim menoleh dengan raut kaget. Oh, ya Tuhan. Kim kenapa sekarang sangat malu di depan Harry. Kim mulia memperhatikan lekukan wajah Harry. Bagaimana bisa Harry memiliki wajah setampan Hardin Scott idolanya.Kim mengangkat bahunya gugup. "Aku tidak tau. Aku datang Emi sudah seperti ini."Harry menyentuh dahi Emmi, dingin seperti es. Wajah gadis itu pucat, tangannya gemetaran. Ma

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Love on   Bab 101

    Tiga jam kemudian Kim sudah berada di depan pintu kamar 301 milik Harry. Wanita itu tampak begitu gugup, satu tangannya sudah bersedia untuk mengetuk pintu tapi selalu ia urungkan.Tiba-tiba, seseorang membuka pintu itu. Harry hanya melotot, kaget melihat wanita yang selama ini ia cari kini berada di depannya. Rasanya ingin menarik tubuh Kim ke dalam pelukannya. Namun, mata Harry teralih pada tangan Kim yang menggenggam tangan anak kecil laki-laki. Anak itu yang ia selamatkan sore tadi.Setelah hening beberapa saat Kim berkata, "Boleh aku masuk?""Untuk apa kau datang? Ohh, ayahmu itu pasti sudah memberitahu pertemuan kami, kan," Kata Harry, "Sayangnya aku ada urusan, aku harus pergi." Harry pura-pura sibuk dengan melihat jam tangannya."Sebentar saja," ujar Kim lembut.Harry menelan ludahnya, ia membuang nafasnya sebelum memiringkan tubuhnya ke samping agar Kim bisa masuk."Sam ucapkan salam." Kim menundukkan kepalanya mel

  • Love on   Bab 100

    Malam harinya Kim menikmati makan malam di ruang makan bersama ayahnya. Hubungan mereka beberapa tahun belakangan ini sangat baik dan terlihat dekat. Kim selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan ayahnya sekedar bercerita hal yang mereka lakukan hati ini atau Kim akan meminta masukan tentang pekerjaanya."Dad, aku sudah menghubungi orang properti dan pengacara untuk menjual Skyhouse," kata Kim."Kau yang bilang kita tidak perlu menjual tempat ini," sahut Leon meliat ke arah Kim, "apa ada wartawan lagi mengawasi rumah ini?""Meskipun kita mengganti nama pemilik Skyhouse, tetap saja mereka pasti bebal. Tidak percaya Skyhouse telah di jual, apalagi dia melihat Daddy mundar-mandir di sini. "Leon menghela nafas, ia telah menghabiskan sepiring steak sapi, "Waktu cepat sekali berlalu.""Kenapa wajahmu muram seperti itu, Dad? Kita sudah berjanji untuk tidak mengenang masa lalu lagi," ucap Kim pelan.Leon mengalihkan pe

  • Love on   Bab 99

    "SAM! Are you okay?" suara pria tua itu sangat kuat. Ia mengambil Sam dari gendongan pemuda itu tanpa melihat wajah orang itu, "Thank God! Kau baik-baik saja my little boy." Suara pria itu lemah."Kakek..."Harry hampir tidak percaya orang itu adalah Leon Parker. Dia memperhatikan kedua orang yang sedang berpelukan itu.Apa katanya kakek?Setelah mengamati wajah anak kecil itu, tidak salah lagi mata itu mirip Kim-nya. Mata hijau biru yang mampu membuatnya terhipnotis.Kerutan muncul di dahi Harry, "Anak siapa ini?" tanyanya. Leon menoleh dengan wajah tak kalah kaget. Ia mengeratkan pelukannya, "Mengapa kau begitu ceroboh membiarkan anak sekecil ini tanpa pengawasan? Hanya karena hobi memancingmu.""Ya. Aku minta maaf," kata Leon bingung. Begitu saja ia mengucapkan maaf. Harry menghela nafas, merasa sudah keterlaluan bicara."Dia tidak apa-apa Tubuhnya tidak ada yang lecet."Harry memusatkan perhatiannya

  • Love on   Bab 98

    Pagi sebelum matahari menyapa, Kim sudah bangun dan membuat sarapan. Hari ini jadwalnya sangat penuh tapi Kim berhasil mengaturnya. Wanita berambut sebahu itu terlihat lihai membuat sarapan kesukaan anaknya."Biar aku yang memandikan si kecil. Pergilah bersiap-siap nanti kau terlambat," seorang wanita baru saja datang ke dapur."Dia ada jadwal ke dokter gigi siang ini. Aku minta tolong antarkan dia ya, hati ini aku sibuk sekali." Kata Kim yang sedang memindahkan potongan roti ke piring dan mengolesinya dengan selai coklat."Kau memberinya sarapan roti coklat padahal dia ada jadwal ke dokter gigi? Yang benar saja, Kim?" cetus Naresh heranKim menatap wanita yang sudah dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri dan tersenyum, "Hanya periksa gigi bulanan, Naresh. Makan coklat tidak akan membuatnya sakit gigi.""Kau terlalu memanjakan jagoanmu." Ujar Naresh tersenyum, "Baiklah aku yang mengan

  • Love on   Bab 97

    Harry akhirnya sampai di Singapure. Wajah tegang di sekitarnya ketika ia berjalan kaki untuk mencapai Skyhouse. Lorong telah berubah, lukisan yang dulu menghiasi di depan apartemen mewah itu telah dibersihkan. Banyak perubahan besar di sini, dia jadi bingung. Apakah mungkin dia salah tempat?Orang yang melihat Harry mengerutkan kening padanya. Harry menghela nafas. Ia tahu betapa tampan wajahnya. Tapi tentu saja bukan karena itu mereka melihat Harry."Hei, enyah dari situ!""Aku sedang mencari seseorang orang." Ucap Harry kepada pria bertampang garang itu."Aku tidak peduli, jangan berdiri di situ! Pergi sana!"Harry mengumpat pelan, dia tidak mau membuat keributan dan memilih pergi.Waktu menunjukkan pukul 1 siang, Harry belum makan apa pun setibanya dia di bandara tadi. Ia memutuskan untuk singgah makan, di sekitar tempat itu ada kedai pizza. Ia berjalan meny

  • Love on   Bab 96

    Empat tahun kemudian."Polisi baru saja menggerebek bagasi kita di bengkel Vernon. Sepertinya keadaan kita tidak aman lagi." Ujar pria berkepala botak, "Mereka sedang mengincar kita, jadi kita kita harus berpencar untuk bersembunyi.""Kalau bukan karena ulah Thomas, kita tidak akan diincar polisi," ujar Juan. "Merepotkan saja." Dia mundar-mandir gelisah memikirkan perkara itu."Jika salah satu diantara kita ada yang tertangkap, maka semua harus menyerahkan diri." Ucap Harry kepada mereka. Semua mengangguk pasrah. "Seandainya Thomas tidak menusuknya. Aku sendiri yang akan mematahkan leher Jacob.""Dia pasti dendam karena kita menjebaknya waktu itu." Gerald mengingat waktu mereka memasukkan narkoba ke mobil Jacib.Tiga hari lalu mereka melakukan tindakan gila di California ketika melakukan balapan liar. Thomas menusuk Jacob dengan kaca botol minuman. Itu karena orang itu menggoda Jelena dan

  • Love on   Bab 95

    Memasukkan ke penjara tidak semudah itu.Leon berkata santai, "Kita lihat saja nanti siapa yang menang." Ucapnya kepada Natalie. Lalu ia melihat Harry dengan lekat. Terlihat ekspresi sedih di wajah Leon. Entah mengapa, tiba-tiba Leon merindukan keluarganya yang dulu. Di saat Amber dan Emily masih hidup dan Harry bersama mereka. Mungkin Kim tidak akan membencinya seperti sekarang ini. Jika saja Leon tidak melakukan kesalahan fatal.Wajah Natalie tampak dingin seperti es batu, dia bicara dengan nada penuh penekanan, "Aku memberikanmu pilihan Tuan Leon Parker, pertama menyerahkan diri ke kantor polisi, akui kesalahanmu. Atau aku akan membuat keluargamu bangkrut."Leon tidak berkata apa-apa, dia hanya menatap Natalie dan bertanya-tanya kenapa wanita itu memberinya kesempatan. Apakah mungkin karena berterimakasih telah merawat Harry hingga besar?"Kurasa kau bicara seperti itu karena kau tidak punya bukti yang kuat untuk membuat suamiku di penjara.

  • Love on   Bab 94

    "Harry..." gumam Kim tanpa sadar seraya mengusap sudut matanya yang basah. Ia masih shock melihat hasil test pack di tangannya.Sudah seminggu ia merasakan gejala tidak menyenangkan dan juga merasa aneh, tidak biasanya Kim telat datang bulan. Naresh orang yang terdekat dengannya di Yellowstone mengetahui hubungan Kim dan Harry sudah sejauh apa. Wanita itu berinisiatif membelikan test pack dan hasilnya."Oh My Gosh..." desis Naresh tidak kalah kaget. Ia menyentuh bahu Kim mencoba menenangkan wanita itu. "Apa yang akan kau lakukan sekarang, apa kau akan mengatakannya kepada Harry?""Kimberley?""Aku tidak tahu... aku tidak tahu, Naresh." Ucap Kim frustasi. Rasa panik mulai melanda. Bagaimana kalau ayahnya tahu? Dollores dan Megan... mereka pasti akan membuatnya dalam kesusahan."Tolong aku Naresh," Kim memegang tangan wanita berbadan tegap itu. "Jangan katakan pada siapapun tentang kehamilanku. Bersikaplah seperti biasa.""Apa rencanamu?

  • Love on   Bab 93

    Jelena mundur dari pelukan Harry, membuat Harry bingung. Apakah wanita itu tidak menikmati permainannya? Ternyata wanita itu meraba resleting gaunnya ke bawah. Dan dengan lancar ia menarik gaunnya ke atas dan membuka semuanya. Harry menatapnya dengan tersenyum."Kau perlu bantuan?""Aku bisa. "Harry memandangi Jelena yang sedang berusaha melepaskan bra brendanya berwarna putih. Kemudian melonggar ikatan dan melepaskan benda itu hingga akhirnya ia mengekspos seluruh buah dadanya kepada Harry.Harry menatapnya sejenak dan menikmati pemandangan indah itu. Tapi, jujur ia lebih menyukai milik Kim yang bulat dan penuh. Harry menangkup keduanya dan meremasnya membuat Jelena tersentak oleh kenikmatan itu. Bibir Harry memasukkan ujung dada milik Jelena ke dalam mulutnya dan bermain-main di sana. Menghisap dan menggigitnya ujung yang mengeras itu.Pria itu tampan... Jelena mengakui itu. Ia sangat t

DMCA.com Protection Status