Pagi sebelum matahari menyapa, Kim sudah bangun dan membuat sarapan. Hari ini jadwalnya sangat penuh tapi Kim berhasil mengaturnya. Wanita berambut sebahu itu terlihat lihai membuat sarapan kesukaan anaknya.
"Biar aku yang memandikan si kecil. Pergilah bersiap-siap nanti kau terlambat," seorang wanita baru saja datang ke dapur.
"Dia ada jadwal ke dokter gigi siang ini. Aku minta tolong antarkan dia ya, hati ini aku sibuk sekali." Kata Kim yang sedang memindahkan potongan roti ke piring dan mengolesinya dengan selai coklat.
"Kau memberinya sarapan roti coklat padahal dia ada jadwal ke dokter gigi? Yang benar saja, Kim?" cetus Naresh heran
Kim menatap wanita yang sudah dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri dan tersenyum, "Hanya periksa gigi bulanan, Naresh. Makan coklat tidak akan membuatnya sakit gigi."
"Kau terlalu memanjakan jagoanmu." Ujar Naresh tersenyum, "Baiklah aku yang mengan
"SAM! Are you okay?" suara pria tua itu sangat kuat. Ia mengambil Sam dari gendongan pemuda itu tanpa melihat wajah orang itu, "Thank God! Kau baik-baik saja my little boy." Suara pria itu lemah."Kakek..."Harry hampir tidak percaya orang itu adalah Leon Parker. Dia memperhatikan kedua orang yang sedang berpelukan itu.Apa katanya kakek?Setelah mengamati wajah anak kecil itu, tidak salah lagi mata itu mirip Kim-nya. Mata hijau biru yang mampu membuatnya terhipnotis.Kerutan muncul di dahi Harry, "Anak siapa ini?" tanyanya. Leon menoleh dengan wajah tak kalah kaget. Ia mengeratkan pelukannya, "Mengapa kau begitu ceroboh membiarkan anak sekecil ini tanpa pengawasan? Hanya karena hobi memancingmu.""Ya. Aku minta maaf," kata Leon bingung. Begitu saja ia mengucapkan maaf. Harry menghela nafas, merasa sudah keterlaluan bicara."Dia tidak apa-apa Tubuhnya tidak ada yang lecet."Harry memusatkan perhatiannya
Malam harinya Kim menikmati makan malam di ruang makan bersama ayahnya. Hubungan mereka beberapa tahun belakangan ini sangat baik dan terlihat dekat. Kim selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan ayahnya sekedar bercerita hal yang mereka lakukan hati ini atau Kim akan meminta masukan tentang pekerjaanya."Dad, aku sudah menghubungi orang properti dan pengacara untuk menjual Skyhouse," kata Kim."Kau yang bilang kita tidak perlu menjual tempat ini," sahut Leon meliat ke arah Kim, "apa ada wartawan lagi mengawasi rumah ini?""Meskipun kita mengganti nama pemilik Skyhouse, tetap saja mereka pasti bebal. Tidak percaya Skyhouse telah di jual, apalagi dia melihat Daddy mundar-mandir di sini. "Leon menghela nafas, ia telah menghabiskan sepiring steak sapi, "Waktu cepat sekali berlalu.""Kenapa wajahmu muram seperti itu, Dad? Kita sudah berjanji untuk tidak mengenang masa lalu lagi," ucap Kim pelan.Leon mengalihkan pe
Tiga jam kemudian Kim sudah berada di depan pintu kamar 301 milik Harry. Wanita itu tampak begitu gugup, satu tangannya sudah bersedia untuk mengetuk pintu tapi selalu ia urungkan.Tiba-tiba, seseorang membuka pintu itu. Harry hanya melotot, kaget melihat wanita yang selama ini ia cari kini berada di depannya. Rasanya ingin menarik tubuh Kim ke dalam pelukannya. Namun, mata Harry teralih pada tangan Kim yang menggenggam tangan anak kecil laki-laki. Anak itu yang ia selamatkan sore tadi.Setelah hening beberapa saat Kim berkata, "Boleh aku masuk?""Untuk apa kau datang? Ohh, ayahmu itu pasti sudah memberitahu pertemuan kami, kan," Kata Harry, "Sayangnya aku ada urusan, aku harus pergi." Harry pura-pura sibuk dengan melihat jam tangannya."Sebentar saja," ujar Kim lembut.Harry menelan ludahnya, ia membuang nafasnya sebelum memiringkan tubuhnya ke samping agar Kim bisa masuk."Sam ucapkan salam." Kim menundukkan kepalanya mel
Keluarga Parker tinggal dikediaman Yellowstone, hunian mewah yang berada di New York. Keluarga itu adalah pesohor dan jutawan yang paling berpengaruh. Tetapi memiliki kekayaan yang berlimpah tak membuat Mrs Parker merasakan kebahagiaan di rumah besar itu. Wanita paruh baya itu selalu menghabiskan waktunya dengan minuman alkohol di ruang kerjanya. Tubuhnya semakin kurus, lehernya terlihat panjang, dan wajahnya menyiratkan kesedihan.Amber menyalahkan dirinya atas kaburnya Kimberley, anak perempuannya. Harry anak laki-lakinya juga jarang pulang. Mereka berdua terlibat hubungan terlarang. Walaupun tidak sedarah tapi Harry sudah menjadi anggota keluarganya, menjadi anak yang dia sayangi.Semenjak kepergian mereka Amber sangat kesepian walaupun Emily anak bungsunya menemani. Amber tidak tahan lagi dengan kehidupan ini, dia semakin frustasi saat mengetahui rahasia suaminya. Bertahun-tahun Leon menyembunyikan rahasia itu padanya
Seorang laki-laki berambut pirang melemparkan setumpuk uang di atas lantai pada sekumpulan preman dengan wajah datar. Rahangnya yang keras dan tatapannya yang dingin menyiratkan kesombongan dan sok berkuasanya."Kalian urus mayatnya. Buang kemana pun. Jangan sampai ada yang tahu. Aku membayar kalian mahal jadi lakukan sesuai perintahku. "Sekelompok preman itu menurut seperti seekor anjing karena telah di suap dengan uang banyak."Seorang wanita dan anaknya berhasil melarikan diri, Tuan. Tapi jangan khawatir kami sedang mencarinya." Pria dengan perawakan menyeramkan itu seketika mendapatkan tamparan kuat dari tuannya."Apa kau bilang? Hei, dengar! Aku tidak mau namaku terseret. Jika kalian tidak menemukan anak itu dan ibunya, aku akan membuat kalian memakan kotoran hewan. Mengerti!" Seketika mereka mengangguk karena takut.Bawahannya memunguti uang itu seakan tidak mau kehilangan, re
Harry membuka matanya perlahan, sekelilingnya terlihat sangat tidak masuk akal dalam otaknya. Mungkin ia sudah mati dan reinkarnasi dengan sangat cepat. Ia pernah mendengar tentang reinkarnasi, bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Meski Harry di tempatkan di kamar VIP. Itu tidak membuatnya nyaman, karena tidak satu pun yang ia kenal di ruang itu "Kau sudah bangun, nak?"Seorang laki-laki berpakaian rapi menyapanya. Dia Leon, ayah Kim wanita yang Harry tolong. Wajahnya sungguh tampan dan berwibawa tak heran jika Kim memiliki wajah secantik bidadari.Harry mencoba mengingat kembali kejadian terakhir, kepalanya sakit namun ia ingat dengan preman-preman yang memukulnya. Harry menatap Leon yang sedang menatapnya dengan lembut, tersenyum padanya. "Kond
Untuk membuat Harry di terima Minerva, ibu Leon. Amber memberikan les privat untuk Harry sebelum mereka pulang ke kediaman keluarga Parker.Kim dengan sabar menunggui Harry yang sedang belajar. Banyak hal yang mengejutkan Amber bahwa Harry dengan cepat mengikuti pelajaran yang diberikan padanya. Bahasanya pun sudah mulai dipahami.Kim yang menggemaskan menarik perhatian Harry yang masih sibuk menyelesaikan tugasnya. Badan mungil Kim berulang kali datang dan pergi melihat Harry tanpa berkata. Hanya terdengar hembusan kasar Kim. Mr Samuel tersenyum melihat kelakuan Kim. Sepertinya dia harus menyudahi classnya. Ia tahu Kim ingin bermain dengan Harry. "Hari ini cukup sampai di sini Harry. Kimn akan membenciku jika menahanmu terlalu lama." Mr Samuel membereskan peralatannya lalu tersenyum. "Kau anak yang pintar. Cepat menangkap apa yang kusampaikan." Ucapnya. Harry melebarkan senyumnya lalu melihat
Leon tersenyum saat membaca pesan di ponselnya. Anak buahnya telah melakukan apa yang di perintahkannya. Bahkan mereka mengirim foto rumah yang mereka bakar."Daddy... ""Diam dulu Kim!" Suara Leon tampak kesal. Kim mengganggunya saat ingin mengirim balasan pesan itu. Mereka yang duduk di meja itu kaget Leon membentak Kim."Kim? Diantara makanan ini mana yang paling enak?" Harry mencairkan suasana. Kim tidak sempat menangis, dia langsung girang karena Harry.Gadis kecil berambut hitam itu terus saja mengikuti langkah Harry kemanapun dan tak melepaskan telunjuk Harry untuk ia genggam. Sekali-kali ia berceloteh dan membuat Harry kesal lalu tertawa."Jangan masukkan lagi makananmu ke piringku, Kim!" Walaupun makanan terlihat enak tak membuat Harry kaget dengan makanan itu. Dia seperti sudah terbiasa dengan makanan lezat dan kehidupan orang kaya.Kadang Amber pun bingung. Harr