'' Pa, tolong Papa janga pergi. Mama butuh Papa.''
Permintaan dari Bu laras tidak di gubris oleh suaminya, yang tetap terfokus dengan isi koper yang akan dia bawa.
'' Pa, Mama sedang sakit ... Mama butuh Papa.''
'' Ma, kerjaan kali ini sangat penting buat Papa. Papa enggak mau melewatkan begitu saja, tolong Mama ngerti.''Tidak ada rasa iba, hanya bentakan yang di terima oleh Bu Laras. Tubuhnya yang semakin lemas karena penyakit jantung yang di derita, tidak membuat hati Pak Arif tersentuh.
Menurut Pak Arif, pekerjaannya kali ini jauh lebih penting dari apapun. Toh, kalau dia sukses untuk anak istrinya juga, itulah yang ada di pikiran Pak Arif saat itu.
'' Mama jangan manja. Di rumah ada Nino, Nino yang akan menjaga Mama.''
'' Nino bisa apa Pa? Nino masih kecil.'''' Nino sudah SMP, dia pasti bisa menjaga Mamanya sendiri,'' tutur Pak Arif bersiap untuk pergi, sedang Bu Laras berusaha dengan sekuat tenaga, membujuk supaya suaminya tidak pergi.'' Papa tetap akan pergi. Kalau ada apa-apa, biar nanti Nino yang menghubungi Papa.''Dengan paksa, Pak Arif berusaha melepaskan genggaman tangan istrinya yang memegang erat tangannya. Pak Arif berjalan tergesa keluar kamar, karena sedang berburu dengan waktu.
Nino yang berada di luar bersama adiknya, hanya bisa mendengar dan menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar. Ingin rasanya Nino berbuat sesuatu, tapi harus berbuat apa. Nino tidak mungkin bisa mencegah papanya untuk pergi.
'' Papa mau kemana ?" tanya Nino dengan raut wajah sedihnya.
Pak Arif hanya terdiam, dingin tanpa berkata-kata. Pak Arif berjalan keluar dan masuk ke mobil. Nino mengikuti Papanya di belakang, suara lirihnya coba ia gunakan untuk membujuk papanya supaya tidak pergi.
'' Pa ... Papa jangan pergi, mama sedang sakit,'' bujuk Nino,'' Papa, kalau terjadi apa-apa sama Mama, siapa yang membawa mama kerumah sakit.''
Pak Arif menoleh sebentar, rasa iba sebenarnya sempat menghinggapi Pak Arif saat melihat Nino. Tapi sekali lagi, pekerjaannya kali ini sangat menggiurkan dan sulit untuk dia tolak.
Pak Arif membuka pintu mobil, dan menemui Nino yang sedang menunggunya berubah pikiran.
'' Nino, kamu sudah dewasa, Papa yakin kamu bisa menjaga Mama selama Papa pergi,'' mata Pak Arif menatap Nino serius.'' Papa percaya kamu,'' ucapnya sambil menepuk pundak Nino pelan, kemudian kembali masuk ke mobil.
'' Tapi yang mama butuhkan itu Papa. Mama ingin Papa ada di samping mama.''
Papanya tidak peduli, justru terdengar suara mesin mobil. Tidak lama kemudian mobil itu pergi meninggalakan Nino .
'' Kaka, Mama jatuh, '' teriak Cindy di dalam rumah.
Nino langsung berlari dan masuk ke rumah, saat mendengar teriakan Cindy. Benar adanya, mamanya sudah tergeletak di lantai.
'' Mama ... Ma ... Ma bangun Ma. ''
Isak tangis Nino dan adiknya semakin terdengar saat berusaha membangunkan mamanya. Di saat itulah Tantenya yang tinggal di palembang datang di waktu yang tepat.
Tantenya langsung membawa Mamanya ke rumah sakit, karena terkena serangan jantung. Nino tidak kuasa menahan kesedihannya, ia terus menangis, ia sangat takut di tinggal oleh mamanya.
Nino juga menyaksikan saat sang mama di masukan ke ruang ICU. Nino juga menyaksikan dua orang suster yang terlihat tergesa keluar masuk ruangan itu.
Pintu ruang ICU itu terbuka, terlihat seorang dokter dengan ekspresi wajah yang tidak ingin Nino lihat. Nino menutup kedua telinga dengan kedua tangannya, Nino tidak ingin mendengar kabar yang bisa membuat hatinya hancur.
'' Nino,'' panggil sang Tante pelan.
Nino belum mendengar apa yang akan di ucapkan oleh tantenya, tapi Nino sudah merasakan. Suara lirih tantenya sudah cukup membuat air mata Nino mengalir dari celah matanya.
'' Nino kamu yang sabar yah, Mama ...,'' sang Tante terisak, bahkan tidak mampu lagi berkata.
'' Enggak ... Mama enggak mungkin ninggalin Nino Tante.'''' Tapi itu kenyataannya Nino. Kamu harus sabar, kamu sudah dewasa. Kamu harus menerima keputusan Tuhan untuk Mama kamu.''Nino menggelangkan kepalanya, dia masih belum bisa menerima kepergian mamanya. Bahkan pelukan sang tante tidak bisa menenangkan Nino.
Di pemakaman itu, Nino bersikap dingin ke Pak Arif. Di tambah sang Papa datang bersama seorang perempuan yang Nino tidak kenal.
4 Tahun kemudian"Alya, ayo bangun dong sayang. Kamu bisa telat datang kesekolahnya!" teriak Ibundanya Alya sambil menarik selimut anaknya. " lihat tuh jam berapa? '' terlihat jam dinding menunjukan pukul 06.30.
"Aduuh!!"
Alya terperanjat, anak itu segera turun dari tempat tidur dan bergegas lari kekamar mandi.
" Bunda ko enggak bangunin Alya?"
"Bunda sudah bangunin kamu dua kali. Kamunya sajah yang tidurnya kaya kebo,'' jelas sang Bunda.'' Bunda tunggu di meja makan yah.''
'' Iya Bund.''
Secepat kilat, Alya memakai seragam dan sepatunya. Tidak lupa pula tas ia letakan di punggung, Alya tergesa, bahkan Alya hanya mengambil satu buah roti dan memakannya sambil berjalan.
"Bund Alya langsung berangkat yah?''
'' Kamu enggak sarapan dulu?'' tanya sang Bunda.
'' Enggak Bunda, Alya takut telat, Alya berangkat yah. Assalamualaikum," Alya langsung bergegas mengambil sepedanya dan di goesnya di jalanan.
'Waalaikumsalam," Ibundanya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya itu.
Alya mempercepat laju sepedanya, Alya sekarang berada di tengah kerumunan kendaraan yang hilir mudik silih berganti. Dia terus mempercepat laju sepedanya, berlomba dengan waktu agar tidak terlambat masuk sekolah di hari pertama.
Gue Alya Pradipta, hari ini akan menjadi hari yang paling bersejarah dalam hidup gue. Gue sekarang tercatat sebagai Siswa pindahan di SMA Bina Negeri, gue siswa pindahan dari salah satu SMA di kota hujan.
Gue terpaksa pindah sekolah, karena bokap gue di pindah tugaskan ke jakarta. Dan hari ini hari pertama gue masuk sekolah, Itu sebabnya gue nggak mau telat di hari pertama.
Tapi tiba-tiba...
Terlihat di depan matanya segerombolan anak-anak SMA sedang melakukan tawuran. Alya benar-benar terpojok saat kerumunan itu menuju kearahnya, Alya dengan reflek turun dari sepedanya, dia berjongkok, kakinya seketika lemas dan badannya gemetar. Alya terus berjongkok menutupi kepalanya dengan kedua tangan, tanpa di sadari air matanya mulai jatuh menetes melewati pipi imutnya.
"Bangsat lo!!''
"Wooy!!!"
"majuu!!''
Suara teriakan kasar semakin sering terdengar di telinga Alya, di tambah suara batu dan kayu yang terdengar beradu dengan kerasnya aspal jalanan. Alya semakin ketakutan, suasana semakin mencekam pagi itu.
"Bunda ... bunda."
Dalam hatinya Alya terus memanggil sang Ibunda berharap Bundanya datang untuk melindunginya. Alya terus memejamkan mata, dia tidak mau melihat ke arah kerumunan itu.
Tiba-tiba tangannya terasa ada yang menarik dengan paksa, tangan itu sangat kuat menggenggam pergelangan tangan Alya. Alya memberanikan diri untuk melihat siapa yang menarik tangannya, dan membawanya keluar dari kerumunan itu.
Alya hanya menatap punggung anak itu yang tegap, dengan rambut yang hampir menyentuh kerah bajunya.
"Lo mau mati yah, diem di situ? Seharusnya lo pergi jangan nangis di situ."
Alya mendengar ocehan dari anak laki-laki itu dengan sedikit membentak, Alya sekarang bisa melihat dengan jelas wajahnya. Matanya yang tajam begitu serasi berpadu dengan hidungnya yang mancung, di tambah dengan kulit putih, rambut sedikit bergelombang, membuat siapapun anak perempuan yang melihatnya pasti akan jatuh cinta.
Anak itu dengan dingin meninggalkan Alya, tanpa memperkenalkan diri. Sementara Alya terus menatap anak itu yang menghilang di tengah kerumunan anak-anak yang sedang tawuran.
Setelah mengumpulkan tenaganya kembali, tidak membuang waktu lagi. Alya langsung berlari mengambil sepedanya yang tergeletak di pinggir jalan, dia kayuh sepedanya sekuat mungkin meninggalkan tempat itu.
''Pak ... pak tolong pak jangan di tutup gerbangnya pak," teriak Alya saat satpam sekolah mulai menutup pintu gerbang. " Tolong pak, saya tadi terjebak di tengah-tengah anak-anak yang sedang tawuran, makanya saya terlambat Pak," kata Alya memohon.
"Maaf dik, Adik sudah terlambat 10 menit. Jadi Adik nggak bisa masuk," jelas satpam itu, yang membuat Alya menghela napas. " Tapi maaf, Bapak belum pernah melihat kamu sebelumnya, kamu anak baru?'' tanya satpam itu kembali .
"Iya pak, makanya tolongin saya pak. Ijinkan saya masuk, " pinta Alya.
''Ya sudah, Adik tunggu disini. Bapak mau ijin dulu ke guru piket, kamu boleh masuk atau tidak," kata pak satpam, kemudian pergi meninggalkan Alya.
Alya semakin gelisah. Matanya terus menatap Satpam itu yang berjalan cepat, kemudian menghilang di kokohnya dinding sekolah.
''Telat juga.''
Alya reflek menoleh. Alya membelalakan matanya terkejut, saat Alya melihat anak yang tadi menolongnya sudah berdiri tegap di sampingnya. Tapi kemudian Alya mundur satu langkah saat anak itu berusaha mendekat, anak itu tersenyum pelan lalu tertawa.
'' Hahaha.''
Alya melihat dengan seksama anak laki-laki itu, dia memakai jaket warna hitam, bajunya agak kotor di bagian depan, celananya sedikit robek di bagian dengkulnya seperti bekas terjatuh.
'' Perempuan aneh.''
Alya mengernyit, matanya menatap tajam anak itu.
'' Siapa yang aneh?'' tanya Alya ketus, berusaha memberanikan diri berbicara.
'' Lo harus tau,'' bisik anak itu,'' gue pria paling tampan di sekolah ini, jadi kalau lo ketakutan saat gue deketin, lo perempuan aneh.'''' Iiiih ... pede banget,'' gumam Alya.
"Sssst..."
Anak itu menempelkan jari kemulutnya. Alya hanya terdiam, Alya kemudian melihat anak laki-laki itu pergi kesamping pagar sekolah. Alya mengikuti anak itu, Anak itu kemudian memanjat pagar dan menghilang dari pandangan Alya.
Alya masih terdiam dengan peristiwa yang baru di lihatnya. Sampai kemudian Alya mendengar ada seseorang yang memanggil namanya.
"Dik, kamu di perbolehkan masuk. Kamu temui kepala sekolah, ya "Alya sedikit lega mendengar perkataan dari pak satpam barusan.
"Iya pak terima kasih."
Alya bergegas ke ruang Kepsek dengan di antarkan Pak Satpam tadi. Setelah menemui Kepala Sekolah, Alya di antarkan oleh salah satu guru ke kelas barunya.Yah, Alya masuk ke kelas IPA 2A.
"Anak-anak mohon perhatiannya sebentar. "
Suara Bu Guru terdengar nyaring menarik perhatian anak-anak IPA 2A.
" Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru pindahan dari bogor, Ibu harap kalian bisa menerimanya, yah,'' kata guru itu,'' Ayo perkenalkan diri kamu. "
"Hai teman-teman salam kenal, nama saya Alya Pradipta, saya pindahan dari bogor. Saya harap saya bisa di terima di kelas ini," ucap Alya antusias.
''Hai Alya!" sambutan hangat terdengar dari teman-teman barunya Alya
''Baik Alya kamu...?'' Bu Guru menghentikan ucapannya. Matanya menatap serius mencari kursi yang kosong."Kamu duduk sama Syiffa yah," tunjuk Bu guru ke arah Syiffa.
"Hai, gue Syiffa, " kata Syifa sambil menjulurkan tangan.
'' Gue Alya,''sahut Alya kemudian duduk di samping Syiffa.'' Kalau yang dua di belakang, namanya Rara sama Amel,'' bisik Syiffa memperkenalkan Rara dan Amel. Mereka saling berjabat tangan, tidak butuh waktu lama Alya sudah mendapatkan teman baru di sekolah barunya.'' Teng,teng,teng.'' Anak-anak berseru girang saat terdengar bel istirahat berbunyi. Satu persatu anak-anak mulai meninggalkan kursinya, kemudian mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sedang Alya dan ketiga temannya berjalan santai ke kantin. ''Bang, saya pesen bakso tiga yah," pinta Syiffa sambil mengacungkan ketiga jarinya. "Al lo mau?" '' Gue minum aja deh,'' jawab Alya singkat. Amel berseru girang saat abang tukang bakso membawa tiga mangkuk bakso yang di bawanya di atas nampan. Mata dan lidahnya mulai tidak tahan untuk segera menyantap bakso yang sudah ada di depan mata. '' Hajaar!!'' seru Amel, bersiap menghabisi bakso yang ada di depannya. Tapi beberapa menit kemudian, suasana kantin menjadi bertambah riuh saat sekelompok anak laki-laki masuk ke kantin, dan membuat sedikit keributan. Mata Alya terbelalak saat melihat salah satu anak laki-laki yang ada di kelompok itu. Alya mengenali salah satunya, anak itu yang me
Di kamarnya, Alya mencoba membuka buku yang ia temukan tadi siang di halaman sekolah. Ia buka secara perlahan, Alya penasaran dengan isi buku tersebut, walau sebenarnya dia sungkan, karena itu bukan miliknya. Rasa penasaran yang menghinggapinya membuat Alya terpaksa bersikap lancang dan membuka buku tersebut. Alya tersenyum saat melihat ada beberapa Foto yang membuatnya tersentuh. Di dalam foto tersebut, ada seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang masih kecil sedang di peluk oleh seorang perempuan, yang di perkirakan berusia tiga puluh lima tahunan. Sampai kemudian Alya teralihkan pandangannya, saat melihat anak laki-laki tadi sudah beranjak remaja. Alya mengenali anak itu, walau anak itu di perkirakan masih berusia tiga belas tahunan, tapi Alya mengenalinya dengan jelas. '' Nino.'' gumam Alya saat melihat foto anak itu, kemudian Alya tersenyum tipis. Alya kembali membuka lembar demi lembar buku itu, sampai kemudian Alya menemukan sebua
Nino tersenyum sekaligus bertanya-tanya, saat ia menemukan Bukunya yang hilang ternyata ia temukan di motornya sendiri. Nino melihat kesekeliling tempat itu, tidak ada satu anakpun yang terlihat mencurigakan. Nino mengambil buku itu. Dia buka helai demi helai buku diarynya, tidak ada yang hilang ataupun hal yang aneh. Sampai akhirnya secarik kertas terjatuh dari buku itu, Nino mengambil kertas itu, kemudian membaca tulisan yang ada di dalamnya. Hidup itu tidak akan bisa lepas dari bayang-bayang, sampai kapanpun akan terus mengikuti. Kita nggak akan bisa menghindar dari bayang-bayang itu.Kecuali kalo kita hidup dalam kegelapan, mungkin kita bisa menghindar. Terus hidup dalam kegelapan juga bukan solusi,suatu saat kita juga perlu cahaya biar hidup kita berwarna.Tapi resikonya kita akan selalu di ikuti oleh bayangan itu,kita cuma butuh nerima, nerima kalo bayangan itu bagi
Alya merasa Nino masih marah kepadanya. Karena sejengkel apapun Alya kepada Nino, tidak seharusnya ia menyinggung mamanya Nino yang sudah tiada. '' Nino,'' panggil Alya dan Nino berhenti. Alya mencoba mendekati Nino yang sedang berdiri di hadapannya, ada yang harus ia luruskan dengan Nino. '' Gu-gue minta maaf ... soal omongan gue soal nyokap lo. Gue enggak tau kalau nyokap lo sudah enggak ada,'' jelas Alya,'' Tapi semuakan gara-gara lo juga. Kalau lo enggak bikin gue jengkel, gue enggak akan menyinggung soal nyokap lo.'' Nino tersenyum miring, kemudian berbalik menghadap Alya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat serius saat melihat Alya. '' Lo minta maaf ... tapi kemudian lo menyalahkan gue!'' seru Nino,'' lo serius minta maaf enggak sih? Kalau lo enggak serius minta maaf mendingan enggak usah.'' '' Tapi ...'''' Enggak perlu minta maaf!!'' teriak Nino yang memotong ucapan Alya kemudian pergi. ''Iiiiih ... egois banget sih jadi manus
'' Happy Birthday to you ...happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you.'' " Selamat ulang tahun sayang.'' Alya reflek mendongakan kepalanya, saat ia membuka pintu kamar hendak pergi kekamar mandi. Ayah dan Bundanya sedang berdiri di depan pintu dengan kue ulang tahun di tangan. Mata Alya yang awalnya malas untuk terbuka, sekarang terbuka lebar dan menatap kedua orang tuanya haru. Alya terdiam, alya benar-benar terharu atas kejutan yang di berikan oleh ayah bundanya. Alya langsung memeluk Ayah Bundanya dengan penuh Cinta. " Terima kasih Ayah, Bunda,'' kata Alya sembari tersenyum, tapi kemudian wajahnya mengernyit.''Berarti yang tadi malam Alya dengar, benar-benar suara Ayah dong?'' Pak Alfin dan Bu Sania saling tatap, kemudian tersenyum. '' Iyah, Ayah sengaja sembunyi. Kan mau ngasih kamu kejutan! kalau Ayah sampai ketahuan, kejutannya bisa gagal dong.'' '' Tapi tetap saja Alya kecewa, Alya merasa di bo
Di hari ulang tahunnya, Cindy harus memendam dua kesedihan sekaligius. Pertama, harapan Cindy untuk melihat kaka dan papanya bisa akur sekarang pupus sudah. karena Nino menolak untuk berdamai. Dan masalah yang paling berat yang Cindy alami adalah masalah kedua. Masalah ini sangat sulit untuk Cindy ceritakan ke siapapun. Malam itu Cindy menangis di kamar, anak itu memiliki masalah yang sulit untuk dia selesaikan. Bahkan yang biasanya dia selalu menceritakan semua masalahnya ke Pak Arif dan Nino, untuk masalah ini Cindy tidak berani. Bahkan merasakan ketakutan yang teramat sangat. Beruntungnya di rumah itu masih ada sosok lidya. Walau bukan ibu kandungnya, tapi nalurinya sebagai perempuan membimbingnya untuk peka terhadap masalah yang sedang di hadapi oleh anak tirinya. Perempuan itu merasakan ada sesuatu yang aneh dari prilaku Cindy beberapa hari terakhir ini. Cindy memang beberapa terakhir ini tidak seperti biasa, dia terlihat lebih murung & serin
Nino termenung di kamarnya. Nino masih menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Cindy. Nino berjalan keluar kamar, Nino menengok Cindy di kamarnya, dia masuk secara perlahan, Nino melihat adiknya itu sudah tertidur pulas. " Kaka minta maaf. Kaka belum bisa menjadi kaka yang baik. " Di belainya rambut sang adik penuh kasih sayang. Nino berdiri, tapi seketika matanya teralihkan ke handphonenya Cindy yang tergeletak di atas meja. Ada rasa penasaran yang mengusik pikirian Nino terutama tentang Dewa. Dengan hati-hati, Nino membuka handphonenya Cindy, terutama isi Chat W******p. Mata Nino terbelalak seketika saat membaca isi Chat Itu, tangannya semakin mengepal dan urat di wajahnya semakin menegang saat Nino membaca isi Chat dari Dewa yang terkesan merendahkan Cindy. Nino meletakan handphonenya kembali di atas meja, kemudian keluar kamar. Tanpa sepengetahuan Nino, Cindy ternyata masih terjaga dan mengetahui apa yang di lakukan oleh Nino. Ada ke
'' Buat apasih Video itu?'' tanya Ucup heran.'' Sudah, lo enggak perlu tau,'' jawab Nino,'' gue kirim videonya ke handpone gue, terus video di handpone lo gue hapus.'' Ucup masih terlihat bingung dengan apa yang di lakukan oleh Nino. Ucup tidak tau apa yang sedang di rencanakan oleh Nino pada Alya, Ucup hanya di perintahkan oleh Nino untuk merekam kejadian saat Alya tadi berebut kunci dengan Nino. Dan beruntungnya Nino, ia mendapatkan Video saat Alya terjatuh dan mencium pipinya. Kemudian Nino melihat Alya mulai menjauh dengan sepedanya, meninggalkan halaman sekolah. Nino bergegas berlari menuruni anak tangga satu persatu, Nino berlari cepat ke parkiran sekolah kemudian mengambil motornya. Tanpa membuang waktu lebih banyak lagi, Nino segera menyakalan motornya kemudian mengejar Alya yang sudah menjauh. Beruntung, Nino melihat Alya dari kejauhan sedang menggoes sepedanya. '' Hai!'' sapa Nino, sedang Alya reflek menengok ke arah Nino.'' Ngapain