Di kamarnya, Alya mencoba membuka buku yang ia temukan tadi siang di halaman sekolah. Ia buka secara perlahan, Alya penasaran dengan isi buku tersebut, walau sebenarnya dia sungkan, karena itu bukan miliknya. Rasa penasaran yang menghinggapinya membuat Alya terpaksa bersikap lancang dan membuka buku tersebut.
Alya tersenyum saat melihat ada beberapa Foto yang membuatnya tersentuh. Di dalam foto tersebut, ada seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang masih kecil sedang di peluk oleh seorang perempuan, yang di perkirakan berusia tiga puluh lima tahunan.
Sampai kemudian Alya teralihkan pandangannya, saat melihat anak laki-laki tadi sudah beranjak remaja. Alya mengenali anak itu, walau anak itu di perkirakan masih berusia tiga belas tahunan, tapi Alya mengenalinya dengan jelas.
'' Nino.'' gumam Alya saat melihat foto anak itu, kemudian Alya tersenyum tipis.
Alya kembali membuka lembar demi lembar buku itu, sampai kemudian Alya menemukan sebuah catatan yang membuatnya terpaku pada catatan tersebut. Yah, catatan harian Nino yang ditujukan untuk mamanya.
Alya mulai fokus membaca kata demi kata, tanpa melewatkan satu baitpun.
Dear Mama
Mam ,Nino minta maaf, sampai saat ini Nino belum bisa menjadi anak yang baik seperti yang mama inginkan. Kepergian mama dan kebencian Nino sama papa membuat Nino belum bisa menerima keadaan ini.
Tidak ada cinta yang paling tulus, tidak ada perhatian yang paling nyaman, selain dari mama. Sekali lagi Nino minta maaf, Nino sayang mama. Semoga mama tenang di sana
Nino
Alya tersenyum setelah membaca catatan tersebut, ada kekaguman yang timbul dari dalam diri Alya terhadap Nino.
Gue enggak nyangka, anak setengil, senyebelin kaya dia sangat sayang sama mamanya, batin Alya.
Alya kembali membuka buku itu, tidak ada hal yang aneh, hanya berisi curahan hati Nino dan Foto-foto kebersamaan dia, adik dan mamanya. Sampai lembar terakhir, Alya menemukan sebuah Email dan alamat blog milik Nino.
Rasa penasaran semakin menguasai Alya terhadap Nino, Alya semakin ingin mengetahui lebih jauh tentang Nino. Alya kemudian mencatat Email dan Blog itu di bukunya, sementara bukunya Nino ia masukan lagi ke dalam tas.
*******
"Mampus gue, 5 menit lagi."
Alya semakin mempercepat laju sepedanya. Alya tidak mau terlambat untuk kedua kalinya.
"Bruuk!"
Alya tertabrak sepeda motor Nino yang juga hendak memasuki gerbang sekolah. Alya terjatuh, terlihat wajahnya meringis kesakitan saat tangan dan kakinya terluka. Sedang Nino langsung reflek turun dari motor, dan membantu Alya untuk bangun.
'' Sakit?'' tanya Nino setelah Alya berdiri.
" Menurut lo gimana? dengan luka berdarah di kaki, " jawab Alya terlihat kesal.'' Makanya kalau naik sepeda hati-hati. Lo taukan kalau gue mau masuk? Seharusnya lo biarin gue masuk, baru setelah gue masuk baru lo masuk.''Alya mengernyit, ada yang salah dengan ucapan Nino. '' Kenapa gue yang salah?'''' Ya karena gue yang benar.'''' Egois banget si lo!'' sahut Alya sewot, Alya mencoba membangunkan sepedanya, tapi kemudian Alya meringis sambil jalan terpincang.'' Manja banget sih,'' tutur Nino sambil melihat luka di kaki Alya. "Luka gitu doang."
Alya berhenti, " luka kecil kalo di biarkan bisa jadi bahaya," tukas Alya mengerucut sebal.'' Lo bisa enggak sih, belajar untuk menghargai orang lain?''''Caranya gimana?''
Alya memejamkan matanya, Alya menghela napas. Alya mencoba mengendalikan amarahnya yang hampir saja meledak.
"Lo bisa jalan enggak?''
'' Walau gue enggak bisa jalan. Gue enggak mau di tolongin sama lo,'' jawab Alya ketus, Alya tetap memaksakan berjalan, sambil menuntun sepedanya. Tapi kemudian Alya kembali meringis menahan sakit, sedang Nino yang melihatnya hanya tersenyum miring.'' Jadi orang tuh jangan sok gengsi,'' kata Nino menyindir, sambil mencoba merebut sepedanya Alya.'' Lo gue antar ke ruang UKS, sepedanya lo titip di pos satpam.'''' Gu-'''' Gue bilang enggak usah gengsi!''Alya hanya bisa terdiam saat Nino tetap memaksa menolongnya. Alya berdiri sambil menahan perih, karena kaki dan sikutnya berdarah di tambah kaki Alya terkilir. Sedang Nino mendorong sepeda Alya, kemudian di titipkannya di pos satpam.
Detak jantung Alya bertambah cepat saat Nino mencoba untuk memapahnya. Sepersekian detik mereka saling tatap, sampai kemudian Alya reflek melepaskan tangan Nino yang memegangi tangannya.
'' Lo grogi yah?'' tanya Nino sembari tersenyum lebar, sedang Alya berusaha berkelit.
''Si-siapa yang grogi? Gue risih di pegang sama lo,'' balas Alya cepat.Nino kembali tersenyum saat melihat respon Alya yang asal ucap. Nino tahu bahwa Alya sedang gugup, meski Nino belum pernah pacaran, tapi Nino berpengalaman dalam hal ini. Nino terkenal suka memberi harapan palsu kepada anak-anak perempuan yang ada disini.
'' Lo nurut sama gue, dan lo enggak usah gengsi,'' pinta Nino, sambil mencoba kembali memapah Alya ke UKS. Alya tidak bisa menolak tawaran dari Nino, karena benar adanya, kaki Alya yang terkilir sulit untuk ia bawa jalan.
"Auuw ... bisa pelan enggak sih? " Alya berteriak saat Nino mencoba mengobati lukanya, Nino juga berusaha memijat kaki Alya yang terkilir.
Alya sekali lagi memperhatikan wajah Nino, Alya mengakui kalau Nino memiliki wajah tampan yang mungkin saja menjadi idaman anak-anak perempuan di sekolah ini.
'' Lo kagum sama ketampanan gue?''
Alya reflek membuang muka saat Nino mengetahui kalau ia sedang memperhatikannya.
'' Hati-hati,'' kata Nino sembari berdiri.'' Berawal dari rasa kagum, biasanya akan timbul rasa cinta.'' Nino semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Alya, sedang Alya mencoba untuk menghindar. '' Gue enggak tanggung jawab kalau lo sampai jatuh cinta sama gue,'' bisik Nino di samping telinga Alya.
Nino tersenyum, kemudian berjalan pergi meninggalkan Alya yang masih terpaku dengan tingkah Nino.
Alya mencoba meninggalkan ruang UKS dengan langkah terpincang, sementara di kaki dan lengannya sudah tertempel perban yang menutupi lukanya.
"Al, lo kenapa?'' tanya Syiffa saat melihat Alya jalan terpincang. Alya tidak menjawab pertanyaan Syiffa dan langsung duduk di kursi. " lo kenapa sih? Sebal banget kayanya, terus kaki lo kenapa tuh? ''
"Iya Al, kaki sama tangan lo kenapa sih ? lo habis balapan sama tukang sayur yah, lo kalah kemudian lo jatuh" canda Amel sambil tersenyum.
"Gue habis di tabrak motor."
"Haah!! Sama siapa? Di mana kejadiannya." tanya Rara penasaran, sedang Syiffa dan Amel menatap tajam Alya, sambil menunggu Alya berbicara.
" Di gerbang!"
"Sama?'' tanya Amel yang juga ikut penasaran.
"Nino!"
" Haah! ka Nino yang rese itu? Terus dia juga yang ngobatin luka lo? '' Alya hanya mengangguk menjawab pertanyaan Amel ." Tapi lo senengkan di obatin sama dia?'' ledek Amel sambil melirik ke Syiffa dan Rara.
Alya mengernyit wajahnya, Alya langsung membalikan badan dan berhadapan langsung dengan wajah Amel. " Senang apaan? Gua nahan perih kaya gini senangnya di mana?'' jawab Alya jengkel.
Dua menit kemudian, Pak Dedi guru matematika masuk kelas. Pak Dedi menaruh buku-buku pelajaran yang dia bawa dari kantor di atas mejanya.
"Anak-anak, minggu kemarin kalian sudah mempelajari rumus luas permukaan dan Volume Bangun ruang dan juga Rumus barisan dan Deret Aritmatika. Bapak harap rumus tersebut kalian sudah mempelajarinya di rumah yah? Karena hari ini, Bapak akan memberi kalian soal sebanyak 20 soal, kalian harus selesaikan hari ini juga."
Tugas yang diberikan oleh Pak Dedi di tanggapi berbeda oleh setiap anak, ada yang kaget, ada yang biasa, ada juga yang antusias.
''Kalian kerjakan sekarang! waktunya empat puluh lima menit. Setelah itu kalian kumpulkan di meja Bapak,'' perintah Pak Dedi tegas.
Waktu terus berjalan, mata tajam Pak Dedi terus mengawasi anak-anak yang terlihat fokus dengan kertas soal yang ada di hadapannya.
"Al, lo sudah selesai belum?'' tanya Amel sambil mencolek pinggang Alya. "Gue nyontek dong." pinta Amel setengah berbisik.
''Ntar, dua lagi," jawab Alya cuek.
''Syiffa," Amel mencolek Syiffa
" Apa? " Syiffa berbalik badan, menatap tajam Amel. "Gue lima soal lagi tuh," Syiffa menunjukan kertas soalnya ke Amel.
"lo emang nggak belajar di rumah? tanya Alya serius. Amel hanya menggelengkan kepalanya sambil nyengir kuda. " Lo pasti nonton drakor yah?'' Amel mengangguk, "lo mah nonton drakor mulu.Tu liat Rara serius banget, pasti Rara sudah selesai?'' tunjuk Alya yang melihat Rara terlihat khusu mengerjakan soal.
''Emang bener Ra ?"
" 2 " Rara mengacungkan dua jarinya sambil tersenyum.
"Serius lo tinggal dua soal lagi?'' tanya Amel semakin penasaran.
"2 biji"
"Maksudnya?'' tanya Amel dan Alya kompak.
"Baru 2 soal gue kerjain. Gue kalau pelajaran matematika entah kenapa otak gue mendadak lemot, " balas Rara ngeles.
"Yeees..." Syiffa yang sedari tadi anteng enggak berkutik ,diam enggak bersuara, tiba-tiba berteriak kegirangan.
" Sudah? " tanya Rara dan Amel ke Syiffa, Syiffa hanya tersenyum penuh kemenangan sambil menunjukan kertas soalnya.
" Yah lo curang, gue pinjam! " Rara langsung merebut kertas soal yang di pegang oleh Syiffa, sedang Amel merebut kertas soalnya Alya
Suara Adit yang berebut contekan semakin terdengar riuh, Adit berebut Contekan dengan teman satu bangkunya. Seketika suara mereka berdua tiba-tiba hening, hanya sesekali terdengar mulutnya komat kamit membacakan jawaban yang dia salin.
'' Sudah selesai?'' tanya Pak Dedi,'' kalau sudah, silahkan kumpulkan di meja Bapak.''
Anak-anak satu persatu mulai berjalan ke depan untuk mengumpulkan kertas soal di meja pak Dedi, termasuk Alya dan ketiga temannya.
'' Kalau sudah selesai kalian boleh istirahat,'' ujar Pak Dedi yang terdengar nyaring.
Alya dan ketiga sahabatnya keluar dari kelas setelah menyelesaikan tugas dari pak Dedi. Alya melihat Nino seperti kebingungan mencari sesuatu di halaman sekolah, Alya teringat buku yang dia temukannya kemarin.
Nino pasti sedang mencari buku itu, batin Alya sambil tersenyum.
"Eh gue nyusul yah! " kata Alya sambil berbalik badan meninggalkan ketiga sahabatnya, yang hendak pergi ke kantin.
Dengan langkah sedikit pincang, Alya masuk ke kelas dan mengambil buku diary yang dia simpan di dalam tas. Alya kemudian menulis sesuatu di secarik kertas, yang dia sisipkan di buku diarynya Nino.
Alya bergegas turun dari lantai dua, mengendap-ngendap berjalan ke halaman. Alya menaruh buku diary Nino di stang motornya Nino, setelah itu Alya pergi ke kantin untuk menemaui sahabatnya yang sudah menunggu.
Nino tersenyum sekaligus bertanya-tanya, saat ia menemukan Bukunya yang hilang ternyata ia temukan di motornya sendiri. Nino melihat kesekeliling tempat itu, tidak ada satu anakpun yang terlihat mencurigakan. Nino mengambil buku itu. Dia buka helai demi helai buku diarynya, tidak ada yang hilang ataupun hal yang aneh. Sampai akhirnya secarik kertas terjatuh dari buku itu, Nino mengambil kertas itu, kemudian membaca tulisan yang ada di dalamnya. Hidup itu tidak akan bisa lepas dari bayang-bayang, sampai kapanpun akan terus mengikuti. Kita nggak akan bisa menghindar dari bayang-bayang itu.Kecuali kalo kita hidup dalam kegelapan, mungkin kita bisa menghindar. Terus hidup dalam kegelapan juga bukan solusi,suatu saat kita juga perlu cahaya biar hidup kita berwarna.Tapi resikonya kita akan selalu di ikuti oleh bayangan itu,kita cuma butuh nerima, nerima kalo bayangan itu bagi
Alya merasa Nino masih marah kepadanya. Karena sejengkel apapun Alya kepada Nino, tidak seharusnya ia menyinggung mamanya Nino yang sudah tiada. '' Nino,'' panggil Alya dan Nino berhenti. Alya mencoba mendekati Nino yang sedang berdiri di hadapannya, ada yang harus ia luruskan dengan Nino. '' Gu-gue minta maaf ... soal omongan gue soal nyokap lo. Gue enggak tau kalau nyokap lo sudah enggak ada,'' jelas Alya,'' Tapi semuakan gara-gara lo juga. Kalau lo enggak bikin gue jengkel, gue enggak akan menyinggung soal nyokap lo.'' Nino tersenyum miring, kemudian berbalik menghadap Alya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat serius saat melihat Alya. '' Lo minta maaf ... tapi kemudian lo menyalahkan gue!'' seru Nino,'' lo serius minta maaf enggak sih? Kalau lo enggak serius minta maaf mendingan enggak usah.'' '' Tapi ...'''' Enggak perlu minta maaf!!'' teriak Nino yang memotong ucapan Alya kemudian pergi. ''Iiiiih ... egois banget sih jadi manus
'' Happy Birthday to you ...happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you.'' " Selamat ulang tahun sayang.'' Alya reflek mendongakan kepalanya, saat ia membuka pintu kamar hendak pergi kekamar mandi. Ayah dan Bundanya sedang berdiri di depan pintu dengan kue ulang tahun di tangan. Mata Alya yang awalnya malas untuk terbuka, sekarang terbuka lebar dan menatap kedua orang tuanya haru. Alya terdiam, alya benar-benar terharu atas kejutan yang di berikan oleh ayah bundanya. Alya langsung memeluk Ayah Bundanya dengan penuh Cinta. " Terima kasih Ayah, Bunda,'' kata Alya sembari tersenyum, tapi kemudian wajahnya mengernyit.''Berarti yang tadi malam Alya dengar, benar-benar suara Ayah dong?'' Pak Alfin dan Bu Sania saling tatap, kemudian tersenyum. '' Iyah, Ayah sengaja sembunyi. Kan mau ngasih kamu kejutan! kalau Ayah sampai ketahuan, kejutannya bisa gagal dong.'' '' Tapi tetap saja Alya kecewa, Alya merasa di bo
Di hari ulang tahunnya, Cindy harus memendam dua kesedihan sekaligius. Pertama, harapan Cindy untuk melihat kaka dan papanya bisa akur sekarang pupus sudah. karena Nino menolak untuk berdamai. Dan masalah yang paling berat yang Cindy alami adalah masalah kedua. Masalah ini sangat sulit untuk Cindy ceritakan ke siapapun. Malam itu Cindy menangis di kamar, anak itu memiliki masalah yang sulit untuk dia selesaikan. Bahkan yang biasanya dia selalu menceritakan semua masalahnya ke Pak Arif dan Nino, untuk masalah ini Cindy tidak berani. Bahkan merasakan ketakutan yang teramat sangat. Beruntungnya di rumah itu masih ada sosok lidya. Walau bukan ibu kandungnya, tapi nalurinya sebagai perempuan membimbingnya untuk peka terhadap masalah yang sedang di hadapi oleh anak tirinya. Perempuan itu merasakan ada sesuatu yang aneh dari prilaku Cindy beberapa hari terakhir ini. Cindy memang beberapa terakhir ini tidak seperti biasa, dia terlihat lebih murung & serin
Nino termenung di kamarnya. Nino masih menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Cindy. Nino berjalan keluar kamar, Nino menengok Cindy di kamarnya, dia masuk secara perlahan, Nino melihat adiknya itu sudah tertidur pulas. " Kaka minta maaf. Kaka belum bisa menjadi kaka yang baik. " Di belainya rambut sang adik penuh kasih sayang. Nino berdiri, tapi seketika matanya teralihkan ke handphonenya Cindy yang tergeletak di atas meja. Ada rasa penasaran yang mengusik pikirian Nino terutama tentang Dewa. Dengan hati-hati, Nino membuka handphonenya Cindy, terutama isi Chat W******p. Mata Nino terbelalak seketika saat membaca isi Chat Itu, tangannya semakin mengepal dan urat di wajahnya semakin menegang saat Nino membaca isi Chat dari Dewa yang terkesan merendahkan Cindy. Nino meletakan handphonenya kembali di atas meja, kemudian keluar kamar. Tanpa sepengetahuan Nino, Cindy ternyata masih terjaga dan mengetahui apa yang di lakukan oleh Nino. Ada ke
'' Buat apasih Video itu?'' tanya Ucup heran.'' Sudah, lo enggak perlu tau,'' jawab Nino,'' gue kirim videonya ke handpone gue, terus video di handpone lo gue hapus.'' Ucup masih terlihat bingung dengan apa yang di lakukan oleh Nino. Ucup tidak tau apa yang sedang di rencanakan oleh Nino pada Alya, Ucup hanya di perintahkan oleh Nino untuk merekam kejadian saat Alya tadi berebut kunci dengan Nino. Dan beruntungnya Nino, ia mendapatkan Video saat Alya terjatuh dan mencium pipinya. Kemudian Nino melihat Alya mulai menjauh dengan sepedanya, meninggalkan halaman sekolah. Nino bergegas berlari menuruni anak tangga satu persatu, Nino berlari cepat ke parkiran sekolah kemudian mengambil motornya. Tanpa membuang waktu lebih banyak lagi, Nino segera menyakalan motornya kemudian mengejar Alya yang sudah menjauh. Beruntung, Nino melihat Alya dari kejauhan sedang menggoes sepedanya. '' Hai!'' sapa Nino, sedang Alya reflek menengok ke arah Nino.'' Ngapain
'' Alya kamu kenapa?'' tanya Bu Sania di luar kamar, saat mendengar teriakan dari Alya.'' Enggak apa-apa Bunda, ada kecoa aja.'' Tring. Mata Alya semakin terbelalak saat Nino mengirimkan video lagi. 0821 xxxxKerenkan Videonya? Apalagi kalau Video ini di tonton oleh anak satu sekolah. Ya Tuhan! Tenang Alya, tenang. Manusia aneh itu hanya menggertak, batin Alya. 0838 xxxxApanya yang keren? Gue malah jijik tau nggak. Hapus enggak Videonya. 0821 xxxxKenapa harus di hapus? Rugi kalau gue hapus, karena besok gue akan sebarin Video ini di sekolah. Alya memejamkan matanya, seketika pikirannya terasa berat saat memikirkan apa yang akan terjadi kalau benar Nino menyebarkan Video itu. Alya menarik napas, mencoba kembali mengumpulkan keberaniannya. 0838 xxxxLo pikir gue takut? Gue nggak takut. 0821 xxxxYakin? Gue pengen tau, seheboh apa di sekolah besok kalau Video ini tersebar. '' Aduh!'' Al
" Eh Al, bukunya mana? " tanya Syiffa ke Alya, " Ada nih, " Alya menunjukan bukunya ke Syiffa."Awas aja lo kalau nggak di bawa, gue jodohin lo sama si Adit.'' Alya menoleh kebelakang dan di balas oleh kedipan mata genit oleh Adit. Alya hanya mengernyitkan wajahnya melihat si adit seperti itu. " Eh Al, lo beneran sekarang jadi bendahara OSIS?'' tanya Amel dengan ekspresi sangat penasaran. Alya memang di tunjuk oleh Denis sang ketua Osis untuk menjadi bendahara Osis. Alya sebenarnya sudah menolak, kerena dia merasa banyak anak yang lain yang lebih pantas. Tapi karena Denis terus merayunya Alya dengan berat hati menerimanya. " Iya, kenapa? " jawab Alya singkat sambil menganggukan kepalanya. " Asik dong, tiap hari lo bisa ketemu terus sama ka Denis." " Emang kenapa? Gue si biasa ajah. " " Iiih Alya ka Deniskan ganteng , ketua OSIS, masa lo nggak tertarik sama sekali.'' " Enggak, " Alya kembali menggelengkan kepalany
'' Tolong keluarin gue,'' teriak Alya, matanya mulai berkaca-kaca.'' Buka pintunya ... gue takuut'' rengek Alya sambil memukul-mukulkan tangannya ke pintu. Di luar sana, rupanya perbuatan Lola dan kedua temannya di ketahui oleh anak ospek yang lainnya. '' Eh, tadi ada anak perempuan yang di kurung di gudang sama kaka senior,'' bisik anak itu, dan kedengeran oleh Tristan yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka. Tristan langsung bergegas menuju tempat yang di sebutkan oleh anak tadi. Secara bersamaan Nino yang juga kuliah di kampus ini, tidak sengaja mendengar teriakan Alya, saat Nino lewat di dekat gudang itu. '' Alya,'' bisik Nino, Nino paham dengan suara kekasihnya itu. Nino langsung berlari dan mencari sumber suara itu. Setelah menemukannya Nino mencoba membuka pintu itu, tapi tidak bisa karena pintunya di kunci. '' Tolong buka ... !! tolongin ...,'' teriak Alya dari dalam. Nino berusaha mencari kuncinya, sampai akhirn
Setelah ijazah di dapat, Alya dan ketiga sahabatnya sepakat untuk kuliah di tempat yang sama, walau mengembil jurusan yang berbeda. Hari ini Alya sudah mulai melaksanakan Ospek di Kampus Bina Sarana.Di kamarnya, Alya memandangi penampilannya yang tampak aneh. Alya memakai kemeja putih dan Rok hitam selutut, tidak lupa pula rambutnya di kepang dua dengan pita berwarna biru'' Malas banget gue pake beginian. Memang apa manfaatnya si ada acara beginian, aneh banget dunia pendidikan di Indonesia ini.'' gerutu Alya sambil memandangi penampilannya.'' Haaah ...'' Alya menghela nafasnya, kemudian mengambil tas dan keluar kamar.'' Bunda Alya berangkat yah ....''Bu Mia yang sedang membereskan meja makan, terlihat menahan tawa saat Alya keluar dengan penampilan seperti itu.'' Bunda jangan ngetawain Alya'' omel Alya ke Bundanya.'' Maaf sayang ...,'' Bu Mia mendekati Alya, kemudian ia genggam wajah anaknya itu dengan kedua tangannya,'' Kamu te
Lidya berfikir sejenak, memikirkan apa yang di inginkan oleh Nino.'' Nino kalo kamu tinggal di Jakarta kamu mau tinggal sama siapa?'' tanya Lidya ke Nino.'' Nino bisa ngekos Tante, sekalian Nino juga mau belajar mandiri,'' jawab Nino serius.Lidya menarik nafas dalam, Lidya berkata.'' Ya sudah nanti Tante pikirkan terlebih dahulu ya Nino,'' Lidya menaruh majalah di tangannya di atas meja. Lidya berdiri.'' Kalo gitu Tante ke kamar dulu yah, tante mau istirahat.''Nino mengangguk,'' Iya Tante,'' jawab Nino singkat.Lidya berjalan meninggalakan Nino, dan masuk ke kamaranya. Di dalam kamar, Liday duduk di atas tempat tidurnya Lidya memikirkan apa yang menjadi keinginan Nino.Walau Nino bukan anak kandungnya, tapi Lidya sudah menganggap Nino seperti anak kandungnya sendiri. Lidya menganggap Nino adalah amanah dari Almarhum suaminya yang harus ia jaga.Lidya berdiri, wanita itu mengambil pas Foto Papanya Nino yang di taruh di atas meja rias
Alya dan kedua temannya berjalan keluar dari bandara. Alya masih berat meninggalkan tempat itu, bayang-bayang kepergian Nino masih melintas di kepalanya.'' Sudah Al lo jangan sedih. Lo pasti bisa bertemu lagi sama Nino,'' kata Syiffa sambil merangkul Alya, yang terlihat beberapa kali menengok ke dalam bandara.'' Iya Fa gue tau, suatu saat Nanti gue bakal merindukan gombalan Nino, ketengilan Nino. Gue pasti merindukan momen-momen itu Fa.''Ketiga sahabatnya kembali merangkul dan mengusap pundak Alya pelan. Alya kembali terlihat bersedih, saat mengingat moment bersama Nino.'' Al ... lo tau enggak? sebelum Nino kenal sama lo, Nino itu bandeeel banget, susah di atur, tengil, tukang bolos, tauran, tapi semenjak Nino kenal sama lo, Nino berubah drastis. Itu sebabnya gue yakin, Nino enggak bakalan ninggalin lo, karena lo orang yang bejasa merubah hidup dia jadi lebih baik Al,'' tutur syiffa menasihati.Amel yang ada di samping Alya menyeka air mata Aly
Alya kembali akur dengan Rara, mereka kembali utuh sebagai sahabat . Setelah mereka pulang sekolah, Alya, Syiffa, Rara dan Amel berkumpul di rumah Rara.Mereka berkumpul di taman belakang rumah Rara.'' Eh kalo nanti kita kuliah kita kuliahnya di tempat yang sama yah,'' kata Amel mengawali pembicaraan.'' Ya boleh tapikan kita ngambil jurusannya beda,'' sahut Rara,'' lo mau ngambil jurusan apa Al?'' tanya Syiffa ke Alya.'' Gue mau ngambil ekonomi,'' sahut Alya.'' Gue juga,'' celetuk Amel menimpali ucapan Syiffa.'' Kalo gue hukum,'' sahut Rara.'' Kalo gue si dari dulu mau ngambil sikologi'' kata Syiffa.'' Makanya kita nyari kampusnya yang ada ketiga jurusan itu, supaya kita bersama terus. Paling tidak kalo kita mau janjian kita masih satu kampus.'' pinta Syiffa.Alya berbaring di kursi panjang sendirian, matanya memandang langit yang terlihat cerah siang itu.'' Cepet banget ya waktu, enggak kerasa kita udah mau lulus aja,'
Alya pulang kerumahnya bersama Syiffa, Amel dan Rara. Di kamar Alya mereka berkumpul untuk melepas rindu.'' Syukurdeh Al, lo enggak apa-apa. Kita khawatir tau lo kenapa-napa!'' ucap Syiffa sambil tersenyum.'' Iyah kita panik banget tau, pas lo ngilang kemarin siang," celetuk Amel yang menimpali ucapan Syiffa.'' Gue minta maaf yah, gara-gara gue kalian jadi ikut susah,'' sahut Alya kepada teman-temannya.'' Seharusnya gue yang minta maaf. Gara-gara gue kita semua jadi enggak waspada, makanya Haikal punya ruang buat nyulik lo.''Alya tersenyum, kemudian Alya mengusap tangan Rara yang duduk di hadapannya, '' Kalian sahabat terbaik gue, kita mungkin pernah saling jengkel. Tapi seorang sahabat yang baik, dia akan kembali memeluk sahabatnya, saat sahabatnya meminta maaf dan dalam keadaan susah.''Ucapan dari Alya membuat Rara, Syiffa dan Amel ikut terharu, mereka kemudian saling berpelukan.'' Kaya gue nih, walau gue sering teraniyaya sa
Pagi ini Nino memutuskan pergi ke jakarta ikut mencari Alya. Nino cemas dengan Alya yang belum di temukan sampai malam ini.Sesampainya di jakarta. Nino langsung pergi ke sekolahnya Alya, untuk bertemu dengan Syiffa dan yang lainnya.Motor Nino berhenti tepat di depan Pak Mamat, yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah.Pak Mamat terperanjat kaget dan mundur satu langkah. Sampai kemudian pak Mamat mengamati siapa pemilik motor itu.'' Dek Nino,'' kata Pak Mamat sambil menunjuk ke arah Nino yang baru saja membuka helmnya.''Iya Pak.''Nino turun dari motornya kemudian menyalami Pak Mamat, yang juga ikut menghampiri.'' Dek Nino ini kemana aja ko baru kelihatan?'' tanya Pak Mamat sambil tersenyum lebar.'' Saya tinggal di Bandung Pak. Saya kuliah di sana,'' jawab Nino.'' Teng,teng,teng ''Terdengar bel pulang berbunyi, tidak lama kemudian terlihat anak-anak mulai behamburan keluar dari kelas mereka masing-masin
'' Untuk hari ini cukup sekian, kita lanjutkan minggu depan,'' kata Pak Jamal. kemudian Pak Jamal menatap kursi Alya yang kosong. '' Alya kemana yah. Dia sakit atau kemana?'' tanya Pak Jamal.'' A-Alya di UKS Pak sakit,'' jawab Syiffa berbohong.'' O gitu, ya sudah nanti bilang ke Alya untuk menyalin pelajaran dari Bapak yah.'' pinta Pak Jamal.'' Iya Pak, nanti saya bilangin ke Alya,'' jawab Syiffa.Pak Jamal kemudian pergi meninggalkan kelas menuju kantor. Setelah Pak Jamal keluar, Syiffa dan Amel buru-buru keluar untuk mencari Alya.Revan yang sedari tadi menyembunyikan kesalahannya juga ikut keluar. Revan berjelan cepat menuju ke gudang, dan itu memancing kecurigaan dari Rara yang sedari tadi memperhatikannya.Revan kaget saat masuk ke gudang ternyata Alya sudah tidak ada, dan talinya sudah terlepas. Revan panik, Revan terus mencari keberadaan Alya di gudang itu.'' Akh ....''Revan teriak saat seseorang memukulnya dari belakan
Alya memang belum membuka Email dari Nino. Alya memiliki dua Email dan semenjak putus dari Nino, Alya sudah tidak pernah lagi menggunakan Email itu.'' Kamu benar-benar sudah melupakan aku Al? Padahal aku masih sayang sama kamu." Gumamnya kembali.Esok harinyaNino yang sedang berada di perpustakaan, terus di ikuti oleh Clara. Clara terus mendekati Nino walau sebenarnya Nino sudah merasa tidak nyaman.'' Lo suka baca sastra?" tanya Clara sambil melihat Cover buku yang sedang di baca oleh Nino.Nino menoleh sebentar kemudian mengangguk. Nino tidak merespon pertanyaan dari Clara, Nino tetap melanjutkan aktivitas membacanya.'' Kalo lo suka sastra, kenapa lo enggak ngambil sastra kuliahnya?''Clara kembali bertanya pada Nino, tapi Nino tetap fokus membaca. Clara semakin kesal karena Nino bersikap cuek.'' Lo udah lama suka sastra?'' tanya Clara kembali.Nino menutup bukunya, dan menatap Clara tajam.'' Gue suka sastr