Di kamarnya, Alya mencoba membuka buku yang ia temukan tadi siang di halaman sekolah. Ia buka secara perlahan, Alya penasaran dengan isi buku tersebut, walau sebenarnya dia sungkan, karena itu bukan miliknya. Rasa penasaran yang menghinggapinya membuat Alya terpaksa bersikap lancang dan membuka buku tersebut.
Alya tersenyum saat melihat ada beberapa Foto yang membuatnya tersentuh. Di dalam foto tersebut, ada seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang masih kecil sedang di peluk oleh seorang perempuan, yang di perkirakan berusia tiga puluh lima tahunan.
Sampai kemudian Alya teralihkan pandangannya, saat melihat anak laki-laki tadi sudah beranjak remaja. Alya mengenali anak itu, walau anak itu di perkirakan masih berusia tiga belas tahunan, tapi Alya mengenalinya dengan jelas.
'' Nino.'' gumam Alya saat melihat foto anak itu, kemudian Alya tersenyum tipis.
Alya kembali membuka lembar demi lembar buku itu, sampai kemudian Alya menemukan sebuah catatan yang membuatnya terpaku pada catatan tersebut. Yah, catatan harian Nino yang ditujukan untuk mamanya.
Alya mulai fokus membaca kata demi kata, tanpa melewatkan satu baitpun.
Dear Mama
Mam ,Nino minta maaf, sampai saat ini Nino belum bisa menjadi anak yang baik seperti yang mama inginkan. Kepergian mama dan kebencian Nino sama papa membuat Nino belum bisa menerima keadaan ini.
Tidak ada cinta yang paling tulus, tidak ada perhatian yang paling nyaman, selain dari mama. Sekali lagi Nino minta maaf, Nino sayang mama. Semoga mama tenang di sana
Nino
Alya tersenyum setelah membaca catatan tersebut, ada kekaguman yang timbul dari dalam diri Alya terhadap Nino.
Gue enggak nyangka, anak setengil, senyebelin kaya dia sangat sayang sama mamanya, batin Alya.
Alya kembali membuka buku itu, tidak ada hal yang aneh, hanya berisi curahan hati Nino dan Foto-foto kebersamaan dia, adik dan mamanya. Sampai lembar terakhir, Alya menemukan sebuah Email dan alamat blog milik Nino.
Rasa penasaran semakin menguasai Alya terhadap Nino, Alya semakin ingin mengetahui lebih jauh tentang Nino. Alya kemudian mencatat Email dan Blog itu di bukunya, sementara bukunya Nino ia masukan lagi ke dalam tas.
*******
"Mampus gue, 5 menit lagi."
Alya semakin mempercepat laju sepedanya. Alya tidak mau terlambat untuk kedua kalinya.
"Bruuk!"
Alya tertabrak sepeda motor Nino yang juga hendak memasuki gerbang sekolah. Alya terjatuh, terlihat wajahnya meringis kesakitan saat tangan dan kakinya terluka. Sedang Nino langsung reflek turun dari motor, dan membantu Alya untuk bangun.
'' Sakit?'' tanya Nino setelah Alya berdiri.
" Menurut lo gimana? dengan luka berdarah di kaki, " jawab Alya terlihat kesal.'' Makanya kalau naik sepeda hati-hati. Lo taukan kalau gue mau masuk? Seharusnya lo biarin gue masuk, baru setelah gue masuk baru lo masuk.''Alya mengernyit, ada yang salah dengan ucapan Nino. '' Kenapa gue yang salah?'''' Ya karena gue yang benar.'''' Egois banget si lo!'' sahut Alya sewot, Alya mencoba membangunkan sepedanya, tapi kemudian Alya meringis sambil jalan terpincang.'' Manja banget sih,'' tutur Nino sambil melihat luka di kaki Alya. "Luka gitu doang."
Alya berhenti, " luka kecil kalo di biarkan bisa jadi bahaya," tukas Alya mengerucut sebal.'' Lo bisa enggak sih, belajar untuk menghargai orang lain?''''Caranya gimana?''
Alya memejamkan matanya, Alya menghela napas. Alya mencoba mengendalikan amarahnya yang hampir saja meledak.
"Lo bisa jalan enggak?''
'' Walau gue enggak bisa jalan. Gue enggak mau di tolongin sama lo,'' jawab Alya ketus, Alya tetap memaksakan berjalan, sambil menuntun sepedanya. Tapi kemudian Alya kembali meringis menahan sakit, sedang Nino yang melihatnya hanya tersenyum miring.'' Jadi orang tuh jangan sok gengsi,'' kata Nino menyindir, sambil mencoba merebut sepedanya Alya.'' Lo gue antar ke ruang UKS, sepedanya lo titip di pos satpam.'''' Gu-'''' Gue bilang enggak usah gengsi!''Alya hanya bisa terdiam saat Nino tetap memaksa menolongnya. Alya berdiri sambil menahan perih, karena kaki dan sikutnya berdarah di tambah kaki Alya terkilir. Sedang Nino mendorong sepeda Alya, kemudian di titipkannya di pos satpam.
Detak jantung Alya bertambah cepat saat Nino mencoba untuk memapahnya. Sepersekian detik mereka saling tatap, sampai kemudian Alya reflek melepaskan tangan Nino yang memegangi tangannya.
'' Lo grogi yah?'' tanya Nino sembari tersenyum lebar, sedang Alya berusaha berkelit.
''Si-siapa yang grogi? Gue risih di pegang sama lo,'' balas Alya cepat.Nino kembali tersenyum saat melihat respon Alya yang asal ucap. Nino tahu bahwa Alya sedang gugup, meski Nino belum pernah pacaran, tapi Nino berpengalaman dalam hal ini. Nino terkenal suka memberi harapan palsu kepada anak-anak perempuan yang ada disini.
'' Lo nurut sama gue, dan lo enggak usah gengsi,'' pinta Nino, sambil mencoba kembali memapah Alya ke UKS. Alya tidak bisa menolak tawaran dari Nino, karena benar adanya, kaki Alya yang terkilir sulit untuk ia bawa jalan.
"Auuw ... bisa pelan enggak sih? " Alya berteriak saat Nino mencoba mengobati lukanya, Nino juga berusaha memijat kaki Alya yang terkilir.
Alya sekali lagi memperhatikan wajah Nino, Alya mengakui kalau Nino memiliki wajah tampan yang mungkin saja menjadi idaman anak-anak perempuan di sekolah ini.
'' Lo kagum sama ketampanan gue?''
Alya reflek membuang muka saat Nino mengetahui kalau ia sedang memperhatikannya.
'' Hati-hati,'' kata Nino sembari berdiri.'' Berawal dari rasa kagum, biasanya akan timbul rasa cinta.'' Nino semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Alya, sedang Alya mencoba untuk menghindar. '' Gue enggak tanggung jawab kalau lo sampai jatuh cinta sama gue,'' bisik Nino di samping telinga Alya.
Nino tersenyum, kemudian berjalan pergi meninggalkan Alya yang masih terpaku dengan tingkah Nino.
Alya mencoba meninggalkan ruang UKS dengan langkah terpincang, sementara di kaki dan lengannya sudah tertempel perban yang menutupi lukanya.
"Al, lo kenapa?'' tanya Syiffa saat melihat Alya jalan terpincang. Alya tidak menjawab pertanyaan Syiffa dan langsung duduk di kursi. " lo kenapa sih? Sebal banget kayanya, terus kaki lo kenapa tuh? ''
"Iya Al, kaki sama tangan lo kenapa sih ? lo habis balapan sama tukang sayur yah, lo kalah kemudian lo jatuh" canda Amel sambil tersenyum.
"Gue habis di tabrak motor."
"Haah!! Sama siapa? Di mana kejadiannya." tanya Rara penasaran, sedang Syiffa dan Amel menatap tajam Alya, sambil menunggu Alya berbicara.
" Di gerbang!"
"Sama?'' tanya Amel yang juga ikut penasaran.
"Nino!"
" Haah! ka Nino yang rese itu? Terus dia juga yang ngobatin luka lo? '' Alya hanya mengangguk menjawab pertanyaan Amel ." Tapi lo senengkan di obatin sama dia?'' ledek Amel sambil melirik ke Syiffa dan Rara.
Alya mengernyit wajahnya, Alya langsung membalikan badan dan berhadapan langsung dengan wajah Amel. " Senang apaan? Gua nahan perih kaya gini senangnya di mana?'' jawab Alya jengkel.
Dua menit kemudian, Pak Dedi guru matematika masuk kelas. Pak Dedi menaruh buku-buku pelajaran yang dia bawa dari kantor di atas mejanya.
"Anak-anak, minggu kemarin kalian sudah mempelajari rumus luas permukaan dan Volume Bangun ruang dan juga Rumus barisan dan Deret Aritmatika. Bapak harap rumus tersebut kalian sudah mempelajarinya di rumah yah? Karena hari ini, Bapak akan memberi kalian soal sebanyak 20 soal, kalian harus selesaikan hari ini juga."
Tugas yang diberikan oleh Pak Dedi di tanggapi berbeda oleh setiap anak, ada yang kaget, ada yang biasa, ada juga yang antusias.
''Kalian kerjakan sekarang! waktunya empat puluh lima menit. Setelah itu kalian kumpulkan di meja Bapak,'' perintah Pak Dedi tegas.
Waktu terus berjalan, mata tajam Pak Dedi terus mengawasi anak-anak yang terlihat fokus dengan kertas soal yang ada di hadapannya.
"Al, lo sudah selesai belum?'' tanya Amel sambil mencolek pinggang Alya. "Gue nyontek dong." pinta Amel setengah berbisik.
''Ntar, dua lagi," jawab Alya cuek.
''Syiffa," Amel mencolek Syiffa
" Apa? " Syiffa berbalik badan, menatap tajam Amel. "Gue lima soal lagi tuh," Syiffa menunjukan kertas soalnya ke Amel.
"lo emang nggak belajar di rumah? tanya Alya serius. Amel hanya menggelengkan kepalanya sambil nyengir kuda. " Lo pasti nonton drakor yah?'' Amel mengangguk, "lo mah nonton drakor mulu.Tu liat Rara serius banget, pasti Rara sudah selesai?'' tunjuk Alya yang melihat Rara terlihat khusu mengerjakan soal.
''Emang bener Ra ?"
" 2 " Rara mengacungkan dua jarinya sambil tersenyum.
"Serius lo tinggal dua soal lagi?'' tanya Amel semakin penasaran.
"2 biji"
"Maksudnya?'' tanya Amel dan Alya kompak.
"Baru 2 soal gue kerjain. Gue kalau pelajaran matematika entah kenapa otak gue mendadak lemot, " balas Rara ngeles.
"Yeees..." Syiffa yang sedari tadi anteng enggak berkutik ,diam enggak bersuara, tiba-tiba berteriak kegirangan.
" Sudah? " tanya Rara dan Amel ke Syiffa, Syiffa hanya tersenyum penuh kemenangan sambil menunjukan kertas soalnya.
" Yah lo curang, gue pinjam! " Rara langsung merebut kertas soal yang di pegang oleh Syiffa, sedang Amel merebut kertas soalnya Alya
Suara Adit yang berebut contekan semakin terdengar riuh, Adit berebut Contekan dengan teman satu bangkunya. Seketika suara mereka berdua tiba-tiba hening, hanya sesekali terdengar mulutnya komat kamit membacakan jawaban yang dia salin.
'' Sudah selesai?'' tanya Pak Dedi,'' kalau sudah, silahkan kumpulkan di meja Bapak.''
Anak-anak satu persatu mulai berjalan ke depan untuk mengumpulkan kertas soal di meja pak Dedi, termasuk Alya dan ketiga temannya.
'' Kalau sudah selesai kalian boleh istirahat,'' ujar Pak Dedi yang terdengar nyaring.
Alya dan ketiga sahabatnya keluar dari kelas setelah menyelesaikan tugas dari pak Dedi. Alya melihat Nino seperti kebingungan mencari sesuatu di halaman sekolah, Alya teringat buku yang dia temukannya kemarin.
Nino pasti sedang mencari buku itu, batin Alya sambil tersenyum.
"Eh gue nyusul yah! " kata Alya sambil berbalik badan meninggalkan ketiga sahabatnya, yang hendak pergi ke kantin.
Dengan langkah sedikit pincang, Alya masuk ke kelas dan mengambil buku diary yang dia simpan di dalam tas. Alya kemudian menulis sesuatu di secarik kertas, yang dia sisipkan di buku diarynya Nino.
Alya bergegas turun dari lantai dua, mengendap-ngendap berjalan ke halaman. Alya menaruh buku diary Nino di stang motornya Nino, setelah itu Alya pergi ke kantin untuk menemaui sahabatnya yang sudah menunggu.
Nino tersenyum sekaligus bertanya-tanya, saat ia menemukan Bukunya yang hilang ternyata ia temukan di motornya sendiri. Nino melihat kesekeliling tempat itu, tidak ada satu anakpun yang terlihat mencurigakan. Nino mengambil buku itu. Dia buka helai demi helai buku diarynya, tidak ada yang hilang ataupun hal yang aneh. Sampai akhirnya secarik kertas terjatuh dari buku itu, Nino mengambil kertas itu, kemudian membaca tulisan yang ada di dalamnya. Hidup itu tidak akan bisa lepas dari bayang-bayang, sampai kapanpun akan terus mengikuti. Kita nggak akan bisa menghindar dari bayang-bayang itu.Kecuali kalo kita hidup dalam kegelapan, mungkin kita bisa menghindar. Terus hidup dalam kegelapan juga bukan solusi,suatu saat kita juga perlu cahaya biar hidup kita berwarna.Tapi resikonya kita akan selalu di ikuti oleh bayangan itu,kita cuma butuh nerima, nerima kalo bayangan itu bagi
Alya merasa Nino masih marah kepadanya. Karena sejengkel apapun Alya kepada Nino, tidak seharusnya ia menyinggung mamanya Nino yang sudah tiada. '' Nino,'' panggil Alya dan Nino berhenti. Alya mencoba mendekati Nino yang sedang berdiri di hadapannya, ada yang harus ia luruskan dengan Nino. '' Gu-gue minta maaf ... soal omongan gue soal nyokap lo. Gue enggak tau kalau nyokap lo sudah enggak ada,'' jelas Alya,'' Tapi semuakan gara-gara lo juga. Kalau lo enggak bikin gue jengkel, gue enggak akan menyinggung soal nyokap lo.'' Nino tersenyum miring, kemudian berbalik menghadap Alya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat serius saat melihat Alya. '' Lo minta maaf ... tapi kemudian lo menyalahkan gue!'' seru Nino,'' lo serius minta maaf enggak sih? Kalau lo enggak serius minta maaf mendingan enggak usah.'' '' Tapi ...'''' Enggak perlu minta maaf!!'' teriak Nino yang memotong ucapan Alya kemudian pergi. ''Iiiiih ... egois banget sih jadi manus
'' Happy Birthday to you ...happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you.'' " Selamat ulang tahun sayang.'' Alya reflek mendongakan kepalanya, saat ia membuka pintu kamar hendak pergi kekamar mandi. Ayah dan Bundanya sedang berdiri di depan pintu dengan kue ulang tahun di tangan. Mata Alya yang awalnya malas untuk terbuka, sekarang terbuka lebar dan menatap kedua orang tuanya haru. Alya terdiam, alya benar-benar terharu atas kejutan yang di berikan oleh ayah bundanya. Alya langsung memeluk Ayah Bundanya dengan penuh Cinta. " Terima kasih Ayah, Bunda,'' kata Alya sembari tersenyum, tapi kemudian wajahnya mengernyit.''Berarti yang tadi malam Alya dengar, benar-benar suara Ayah dong?'' Pak Alfin dan Bu Sania saling tatap, kemudian tersenyum. '' Iyah, Ayah sengaja sembunyi. Kan mau ngasih kamu kejutan! kalau Ayah sampai ketahuan, kejutannya bisa gagal dong.'' '' Tapi tetap saja Alya kecewa, Alya merasa di bo
Di hari ulang tahunnya, Cindy harus memendam dua kesedihan sekaligius. Pertama, harapan Cindy untuk melihat kaka dan papanya bisa akur sekarang pupus sudah. karena Nino menolak untuk berdamai. Dan masalah yang paling berat yang Cindy alami adalah masalah kedua. Masalah ini sangat sulit untuk Cindy ceritakan ke siapapun. Malam itu Cindy menangis di kamar, anak itu memiliki masalah yang sulit untuk dia selesaikan. Bahkan yang biasanya dia selalu menceritakan semua masalahnya ke Pak Arif dan Nino, untuk masalah ini Cindy tidak berani. Bahkan merasakan ketakutan yang teramat sangat. Beruntungnya di rumah itu masih ada sosok lidya. Walau bukan ibu kandungnya, tapi nalurinya sebagai perempuan membimbingnya untuk peka terhadap masalah yang sedang di hadapi oleh anak tirinya. Perempuan itu merasakan ada sesuatu yang aneh dari prilaku Cindy beberapa hari terakhir ini. Cindy memang beberapa terakhir ini tidak seperti biasa, dia terlihat lebih murung & serin
Nino termenung di kamarnya. Nino masih menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Cindy. Nino berjalan keluar kamar, Nino menengok Cindy di kamarnya, dia masuk secara perlahan, Nino melihat adiknya itu sudah tertidur pulas. " Kaka minta maaf. Kaka belum bisa menjadi kaka yang baik. " Di belainya rambut sang adik penuh kasih sayang. Nino berdiri, tapi seketika matanya teralihkan ke handphonenya Cindy yang tergeletak di atas meja. Ada rasa penasaran yang mengusik pikirian Nino terutama tentang Dewa. Dengan hati-hati, Nino membuka handphonenya Cindy, terutama isi Chat W******p. Mata Nino terbelalak seketika saat membaca isi Chat Itu, tangannya semakin mengepal dan urat di wajahnya semakin menegang saat Nino membaca isi Chat dari Dewa yang terkesan merendahkan Cindy. Nino meletakan handphonenya kembali di atas meja, kemudian keluar kamar. Tanpa sepengetahuan Nino, Cindy ternyata masih terjaga dan mengetahui apa yang di lakukan oleh Nino. Ada ke
'' Buat apasih Video itu?'' tanya Ucup heran.'' Sudah, lo enggak perlu tau,'' jawab Nino,'' gue kirim videonya ke handpone gue, terus video di handpone lo gue hapus.'' Ucup masih terlihat bingung dengan apa yang di lakukan oleh Nino. Ucup tidak tau apa yang sedang di rencanakan oleh Nino pada Alya, Ucup hanya di perintahkan oleh Nino untuk merekam kejadian saat Alya tadi berebut kunci dengan Nino. Dan beruntungnya Nino, ia mendapatkan Video saat Alya terjatuh dan mencium pipinya. Kemudian Nino melihat Alya mulai menjauh dengan sepedanya, meninggalkan halaman sekolah. Nino bergegas berlari menuruni anak tangga satu persatu, Nino berlari cepat ke parkiran sekolah kemudian mengambil motornya. Tanpa membuang waktu lebih banyak lagi, Nino segera menyakalan motornya kemudian mengejar Alya yang sudah menjauh. Beruntung, Nino melihat Alya dari kejauhan sedang menggoes sepedanya. '' Hai!'' sapa Nino, sedang Alya reflek menengok ke arah Nino.'' Ngapain
'' Alya kamu kenapa?'' tanya Bu Sania di luar kamar, saat mendengar teriakan dari Alya.'' Enggak apa-apa Bunda, ada kecoa aja.'' Tring. Mata Alya semakin terbelalak saat Nino mengirimkan video lagi. 0821 xxxxKerenkan Videonya? Apalagi kalau Video ini di tonton oleh anak satu sekolah. Ya Tuhan! Tenang Alya, tenang. Manusia aneh itu hanya menggertak, batin Alya. 0838 xxxxApanya yang keren? Gue malah jijik tau nggak. Hapus enggak Videonya. 0821 xxxxKenapa harus di hapus? Rugi kalau gue hapus, karena besok gue akan sebarin Video ini di sekolah. Alya memejamkan matanya, seketika pikirannya terasa berat saat memikirkan apa yang akan terjadi kalau benar Nino menyebarkan Video itu. Alya menarik napas, mencoba kembali mengumpulkan keberaniannya. 0838 xxxxLo pikir gue takut? Gue nggak takut. 0821 xxxxYakin? Gue pengen tau, seheboh apa di sekolah besok kalau Video ini tersebar. '' Aduh!'' Al
" Eh Al, bukunya mana? " tanya Syiffa ke Alya, " Ada nih, " Alya menunjukan bukunya ke Syiffa."Awas aja lo kalau nggak di bawa, gue jodohin lo sama si Adit.'' Alya menoleh kebelakang dan di balas oleh kedipan mata genit oleh Adit. Alya hanya mengernyitkan wajahnya melihat si adit seperti itu. " Eh Al, lo beneran sekarang jadi bendahara OSIS?'' tanya Amel dengan ekspresi sangat penasaran. Alya memang di tunjuk oleh Denis sang ketua Osis untuk menjadi bendahara Osis. Alya sebenarnya sudah menolak, kerena dia merasa banyak anak yang lain yang lebih pantas. Tapi karena Denis terus merayunya Alya dengan berat hati menerimanya. " Iya, kenapa? " jawab Alya singkat sambil menganggukan kepalanya. " Asik dong, tiap hari lo bisa ketemu terus sama ka Denis." " Emang kenapa? Gue si biasa ajah. " " Iiih Alya ka Deniskan ganteng , ketua OSIS, masa lo nggak tertarik sama sekali.'' " Enggak, " Alya kembali menggelengkan kepalany