Pagi ini Nino memutuskan pergi ke jakarta ikut mencari Alya. Nino cemas dengan Alya yang belum di temukan sampai malam ini.
Sesampainya di jakarta. Nino langsung pergi ke sekolahnya Alya, untuk bertemu dengan Syiffa dan yang lainnya.
Motor Nino berhenti tepat di depan Pak Mamat, yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah.
Pak Mamat terperanjat kaget dan mundur satu langkah. Sampai kemudian pak Mamat mengamati siapa pemilik motor itu.
'' Dek Nino,'' kata Pak Mamat sambil menunjuk ke arah Nino yang baru saja membuka helmnya.
''Iya Pak.''
Nino turun dari motornya kemudian menyalami Pak Mamat, yang juga ikut menghampiri.
'' Dek Nino ini kemana aja ko baru kelihatan?'' tanya Pak Mamat sambil tersenyum lebar.
'' Saya tinggal di Bandung Pak. Saya kuliah di sana,'' jawab Nino.
'' Teng,teng,teng ''
Terdengar bel pulang berbunyi, tidak lama kemudian terlihat anak-anak mulai behamburan keluar dari kelas mereka masing-masin
Alya pulang kerumahnya bersama Syiffa, Amel dan Rara. Di kamar Alya mereka berkumpul untuk melepas rindu.'' Syukurdeh Al, lo enggak apa-apa. Kita khawatir tau lo kenapa-napa!'' ucap Syiffa sambil tersenyum.'' Iyah kita panik banget tau, pas lo ngilang kemarin siang," celetuk Amel yang menimpali ucapan Syiffa.'' Gue minta maaf yah, gara-gara gue kalian jadi ikut susah,'' sahut Alya kepada teman-temannya.'' Seharusnya gue yang minta maaf. Gara-gara gue kita semua jadi enggak waspada, makanya Haikal punya ruang buat nyulik lo.''Alya tersenyum, kemudian Alya mengusap tangan Rara yang duduk di hadapannya, '' Kalian sahabat terbaik gue, kita mungkin pernah saling jengkel. Tapi seorang sahabat yang baik, dia akan kembali memeluk sahabatnya, saat sahabatnya meminta maaf dan dalam keadaan susah.''Ucapan dari Alya membuat Rara, Syiffa dan Amel ikut terharu, mereka kemudian saling berpelukan.'' Kaya gue nih, walau gue sering teraniyaya sa
Alya kembali akur dengan Rara, mereka kembali utuh sebagai sahabat . Setelah mereka pulang sekolah, Alya, Syiffa, Rara dan Amel berkumpul di rumah Rara.Mereka berkumpul di taman belakang rumah Rara.'' Eh kalo nanti kita kuliah kita kuliahnya di tempat yang sama yah,'' kata Amel mengawali pembicaraan.'' Ya boleh tapikan kita ngambil jurusannya beda,'' sahut Rara,'' lo mau ngambil jurusan apa Al?'' tanya Syiffa ke Alya.'' Gue mau ngambil ekonomi,'' sahut Alya.'' Gue juga,'' celetuk Amel menimpali ucapan Syiffa.'' Kalo gue hukum,'' sahut Rara.'' Kalo gue si dari dulu mau ngambil sikologi'' kata Syiffa.'' Makanya kita nyari kampusnya yang ada ketiga jurusan itu, supaya kita bersama terus. Paling tidak kalo kita mau janjian kita masih satu kampus.'' pinta Syiffa.Alya berbaring di kursi panjang sendirian, matanya memandang langit yang terlihat cerah siang itu.'' Cepet banget ya waktu, enggak kerasa kita udah mau lulus aja,'
Alya dan kedua temannya berjalan keluar dari bandara. Alya masih berat meninggalkan tempat itu, bayang-bayang kepergian Nino masih melintas di kepalanya.'' Sudah Al lo jangan sedih. Lo pasti bisa bertemu lagi sama Nino,'' kata Syiffa sambil merangkul Alya, yang terlihat beberapa kali menengok ke dalam bandara.'' Iya Fa gue tau, suatu saat Nanti gue bakal merindukan gombalan Nino, ketengilan Nino. Gue pasti merindukan momen-momen itu Fa.''Ketiga sahabatnya kembali merangkul dan mengusap pundak Alya pelan. Alya kembali terlihat bersedih, saat mengingat moment bersama Nino.'' Al ... lo tau enggak? sebelum Nino kenal sama lo, Nino itu bandeeel banget, susah di atur, tengil, tukang bolos, tauran, tapi semenjak Nino kenal sama lo, Nino berubah drastis. Itu sebabnya gue yakin, Nino enggak bakalan ninggalin lo, karena lo orang yang bejasa merubah hidup dia jadi lebih baik Al,'' tutur syiffa menasihati.Amel yang ada di samping Alya menyeka air mata Aly
Lidya berfikir sejenak, memikirkan apa yang di inginkan oleh Nino.'' Nino kalo kamu tinggal di Jakarta kamu mau tinggal sama siapa?'' tanya Lidya ke Nino.'' Nino bisa ngekos Tante, sekalian Nino juga mau belajar mandiri,'' jawab Nino serius.Lidya menarik nafas dalam, Lidya berkata.'' Ya sudah nanti Tante pikirkan terlebih dahulu ya Nino,'' Lidya menaruh majalah di tangannya di atas meja. Lidya berdiri.'' Kalo gitu Tante ke kamar dulu yah, tante mau istirahat.''Nino mengangguk,'' Iya Tante,'' jawab Nino singkat.Lidya berjalan meninggalakan Nino, dan masuk ke kamaranya. Di dalam kamar, Liday duduk di atas tempat tidurnya Lidya memikirkan apa yang menjadi keinginan Nino.Walau Nino bukan anak kandungnya, tapi Lidya sudah menganggap Nino seperti anak kandungnya sendiri. Lidya menganggap Nino adalah amanah dari Almarhum suaminya yang harus ia jaga.Lidya berdiri, wanita itu mengambil pas Foto Papanya Nino yang di taruh di atas meja rias
Setelah ijazah di dapat, Alya dan ketiga sahabatnya sepakat untuk kuliah di tempat yang sama, walau mengembil jurusan yang berbeda. Hari ini Alya sudah mulai melaksanakan Ospek di Kampus Bina Sarana.Di kamarnya, Alya memandangi penampilannya yang tampak aneh. Alya memakai kemeja putih dan Rok hitam selutut, tidak lupa pula rambutnya di kepang dua dengan pita berwarna biru'' Malas banget gue pake beginian. Memang apa manfaatnya si ada acara beginian, aneh banget dunia pendidikan di Indonesia ini.'' gerutu Alya sambil memandangi penampilannya.'' Haaah ...'' Alya menghela nafasnya, kemudian mengambil tas dan keluar kamar.'' Bunda Alya berangkat yah ....''Bu Mia yang sedang membereskan meja makan, terlihat menahan tawa saat Alya keluar dengan penampilan seperti itu.'' Bunda jangan ngetawain Alya'' omel Alya ke Bundanya.'' Maaf sayang ...,'' Bu Mia mendekati Alya, kemudian ia genggam wajah anaknya itu dengan kedua tangannya,'' Kamu te
'' Tolong keluarin gue,'' teriak Alya, matanya mulai berkaca-kaca.'' Buka pintunya ... gue takuut'' rengek Alya sambil memukul-mukulkan tangannya ke pintu. Di luar sana, rupanya perbuatan Lola dan kedua temannya di ketahui oleh anak ospek yang lainnya. '' Eh, tadi ada anak perempuan yang di kurung di gudang sama kaka senior,'' bisik anak itu, dan kedengeran oleh Tristan yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka. Tristan langsung bergegas menuju tempat yang di sebutkan oleh anak tadi. Secara bersamaan Nino yang juga kuliah di kampus ini, tidak sengaja mendengar teriakan Alya, saat Nino lewat di dekat gudang itu. '' Alya,'' bisik Nino, Nino paham dengan suara kekasihnya itu. Nino langsung berlari dan mencari sumber suara itu. Setelah menemukannya Nino mencoba membuka pintu itu, tapi tidak bisa karena pintunya di kunci. '' Tolong buka ... !! tolongin ...,'' teriak Alya dari dalam. Nino berusaha mencari kuncinya, sampai akhirn
'' Pa, tolong Papa janga pergi. Mama butuh Papa.'' Permintaan dari Bu laras tidak di gubris oleh suaminya, yang tetap terfokus dengan isi koper yang akan dia bawa. '' Pa, Mama sedang sakit ... Mama butuh Papa.'''' Ma, kerjaan kali ini sangat penting buat Papa. Papa enggak mau melewatkan begitu saja, tolong Mama ngerti.'' Tidak ada rasa iba, hanya bentakan yang di terima oleh Bu Laras. Tubuhnya yang semakin lemas karena penyakit jantung yang di derita, tidak membuat hati Pak Arif tersentuh. Menurut Pak Arif, pekerjaannya kali ini jauh lebih penting dari apapun. Toh, kalau dia sukses untuk anak istrinya juga, itulah yang ada di pikiran Pak Arif saat itu. '' Mama jangan manja. Di rumah ada Nino, Nino yang akan menjaga Mama.'''' Nino bisa apa Pa? Nino masih kecil.'''' Nino sudah SMP, dia pasti bisa menjaga Mamanya sendiri,'' tutur Pak Arif bersiap untuk pergi, sedang Bu Laras berusaha dengan sekuat tenaga, membujuk supaya suaminya tida
'' Teng,teng,teng.'' Anak-anak berseru girang saat terdengar bel istirahat berbunyi. Satu persatu anak-anak mulai meninggalkan kursinya, kemudian mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sedang Alya dan ketiga temannya berjalan santai ke kantin. ''Bang, saya pesen bakso tiga yah," pinta Syiffa sambil mengacungkan ketiga jarinya. "Al lo mau?" '' Gue minum aja deh,'' jawab Alya singkat. Amel berseru girang saat abang tukang bakso membawa tiga mangkuk bakso yang di bawanya di atas nampan. Mata dan lidahnya mulai tidak tahan untuk segera menyantap bakso yang sudah ada di depan mata. '' Hajaar!!'' seru Amel, bersiap menghabisi bakso yang ada di depannya. Tapi beberapa menit kemudian, suasana kantin menjadi bertambah riuh saat sekelompok anak laki-laki masuk ke kantin, dan membuat sedikit keributan. Mata Alya terbelalak saat melihat salah satu anak laki-laki yang ada di kelompok itu. Alya mengenali salah satunya, anak itu yang me