Beranda / Romansa / Lord The Bastard / Hilang Kesadaran

Share

Hilang Kesadaran

Penulis: Langit Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-06 08:08:05

Ryan membekap mulut Raline saat mendengar pintu kamar mereka diketuk. Raline yang awalnya akan berteriak, segera diam tak berdaya.

"Ssttt, diam! Aku akan melihat siapa yang datang mengganggu kita pagi-pagi begini. Kuharap kau tenang dan tak berulah."

Raline mengangguk, airmatanya turun menetes dipipinya. Dengan perlahan, Ryan menggeser tangan yang membekap mulut Raline tadi.

Tapi saat tangan itu bergeser, lagi-lagi Raline sudah akan siap berteriak meminta tolong lagi. Secepat kilat tangan Ryan membekapnya kembali.

"Apa kau tak mendengarkan perkataanku? Apa kau ingin aku menyumpal lagi mulutmu dengan kain dan mengikat tanganmu?"

Raline menggeleng, dia kembali sesenggukan di depan Ryan. Di ujung bulu matanya yang lentik, terdapat beberapa tetes keringat yang mulai turun dari pelipisnya karena merasa ketakutan.

"Kalau begitu diam dan patuhilah apa kataku! Jangan sampai aku bertindak kasar kepadamu! Mengerti!!"

Raline kembali mengangguk, Ryan kembali membuka dekapan tangannya, kali ini Raline menepati janjinya. Dia diam tak memberontak.

Ryan turun dari ranjang mereka, memakai celana dan bajunya untuk segera bergegas membukakan pintu kamar mereka.

"Selamat pagi Tuan."

"Kau? Bagaimana kau tahu aku di tempat ini?"

"Mencari anda sangat mudah bagiku Tuan."

"Ada apa kau menggangguku pagi-pagi begini?"

"Tuan Andreas mengancam akan membatalkan kontrak kerja kerasnya dengan perusahaan kita jika anda kekeh tidak ingin menikahi putrinya."

"Persetan dengan dia! Aku tak peduli!"

"Tapi Tuan, dia merupakan satu dari sepuluh pemegang saham terbesar di perusahaan kita."

"Sudah kubilang aku tak peduli! Biarkan dia dengan keputusannya, kalau memang dengan hengkangnya dia dari perusahaan kita membuat kita rugi, kita tinggal kasih pelajaran saja padanya."

"Apa maksud Tuan seperti biasanya?"

"Ya, seperti biasanya. Hancurkan dia sampai dia lupa bagaimana caranya dia sampai ke posisinya saat ini!"

"Baik Tuan, akan segera saya laksanakan! Saya permisi dulu."

"Tunggu!"

"Ada hal lain yang bisa saya bantu Tuan?"

"Ya, beritahu sekertarisku batalkan semua schedule milikku hari ini! Aku ingin libur satu hari ini saja."

"Baik Tuan, ada lagi?"

"Bawakan aku segelas kopi dan susu hangat. Juga belikan aku sebuah pakaian wanita. Ukuran dan modelnya kukirimkan via ponselmu nanti."

"Baik Tuan."

Pengawal Ryan yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu hanya menyetujui semua permintaan Tuannya itu.

Dia tak berani sama sekali untuk bertanya atau menolak perintah dari Ryan. Meskipun kadang perintahnya itu terkesan absurd.

Ryan kembali menutup pintu kamarnya, kemudian dia melepas kembali kaus miliknya dan bergegas naik ke atas ranjang miliknya tadi.

Dengan perlahan dia kembali menindih tubuh Raline yang matanya sedang terpejam itu.

"Apa kau sedang tidur?"

Ryan bertanya kepada Raline sambil membelai wajah dan memainkan rambut Raline.

Seketika wajah Raline berubah menjadi pucat pasi. Dia membuka mata indahnya dan mendelik kearah Ryan seperti menahan sesuatu.

Ryan suka sekali pada mata indah milik Raline, apalagi saat dia mendelik, Ryan dibuat sangat gemas olehnya.

Dengan sekuat tenaga Raline mendorong tubuh Ryan yang berada di atas tubuhnya itu. Ryan terdorong ke samping, dia menopangkan satu lengannya untuk kepala bagian belakangnya. Tubuhnya miring, menatap intens masih kearah Raline.

"Kuat sekali tenagamu! Apa yang ingin kau lakukan dengan mendorongku?"

Raline segera bangkit dari ranjang itu. Dia berlari ke toilet yang berada di pojok kamar. Raline sudah tidak peduli lagi dengan pakaiannya.

Dia terus berlari, hingga tangannya menggapai wastafel kamar mandi. Dia memuntahkan semua isi dalam perutnya.

Raline muntah-muntah tak berhenti sama sekali. Ryan penasaran dengan apa yang terjadi pada Raline.

Dia mengikuti Raline masuk ke dalam kamar mandi dan membuka pintu kamar mandi itu.

Masih dalam kondisi muntah parah, Raline mendapati bayangan Ryan dalam kaca wastafel. Dia segera menutupi tubuhnya yang setengah telanjang itu dengan kedua tangannya.

"Hai!! Kenapa kau masuk ke dalam toilet saat ada seseorang di dalamnya! Itu sangat tidak sopan!"

"Aku hanya khawatir kepadamu. Lagipula, untuk apa kau menutupi tubuhmu seperti itu! Aku bahkan sudah tau semua rasa dan lekuk tubuhmu!"

"Kau sangat menjijikan!"

Ryan mendekat, dia memeluk Raline dari belakang, Raline tak kuasa untuk berontak. Tubuhnya benar-benar lemas saat ini.

"Lepaskan aku!"

"Tidak!"

"Lepas!!"

"Baiklah, kalau itu maumu."

Ryan melepaskan pelukannya, Raline lemah dan hilang keseimbangan. Kepalanya terasa sangat sakit dan matanya berbayang.

Raline hampir saja jatuh kalau Ryan tidak dengan sigap menangkapnya. Kini tubuh Raline, berada dalam dekapan Ryan.

Ryan menggendong Raline kembali ke ranjang mereka. Saat kedua kulit mereka saling bersentuhan, ada gelenyar aneh dalam diri Raline yang ia rasakan.

Belum lagi aroma tubuh Ryan yang sangat tercium olehnya. Aroma maskulin khas laki-laki yang sedikit tercampur keringat.

Juga bulu halus yang berada di dada Ryan yang membuat sensasi saat bersentuhan dengan kulit Raline.

Ryan menidurkan Raline kembali di ranjang dengan sangat  berhati-hati. Raline memejamkan matanya dan memijat pelipisnya.

Ryan merangkak naik ke atas ranjang. Memposisikan tubuhnya di atas Raline, dia menatap wajah Raline yang terlihat pucat pasi hanya dengan jarak beberapa centi saja dari wajahnya.

"Apa yang terjadi denganku? Kenapa kepalaku sangat sakit dan perutku terus merasa mual?"

"Itu efek minuman yang kau minum semalam. Tunggulah di sini, aku akan mencarikanmu segelas susu hangat dan juga baju ganti untukmu."

"Tidak perlu! Aku tidak memerlukan apapun darimu!"

Mata Raline kembali terbuka dan mendelik tajam kearah Ryan.

Ryan menyeringai, dia bangkit dan memegangi kedua tangan Raline yang bebas dengan tangannya. Ryan memenjarakan Raline dalam pelukannya.

Kemudian dia menempelkan tubuhnya di atas tubuh Raline yang terbalut selimut. Ryan mendekatkan wajahnya, hingga hidung mereka saling bertabrakan satu sama lainnya.

"Apa yang ingin kau lakukan? Menyingkirlah dariku!"

Napas Ryan memburu, dia mulai menelusuri setiap lekuk leher milik Raline. Raline coba melawan dan mendorong tubuh Ryan di atasnya untuk menyingkir.

Tetapi tenaga Ryan lebih kuat, Raline tak kuasa lagi. Dia sangat lemas pagi itu. Mulutnya sudah bersiap untuk mengeluarkan senjata terakhirnya, yaitu berteriak.

Tapi sayang, Ryan telah lebih dulu membekap mulut milik Raline itu dengan mulutnya.

__To be continue__

Bab terkait

  • Lord The Bastard   Lelaki Yang Menyebalkan

    Raline berusaha mengelak, dia mendorong Ryan sekuat tenaga. Namun usahanya sia-sia saja. Tubuh Raline sangat lemas hari itu.Raline ingin mencoba jurus terakhirnya, yaitu berteriak. Tetapi saat mulutnya sudah bersiap untuk berteriak dengan sigap Ryan membekap mulut Raline dengan mulutnya.Ryan mencium Raline dengan lembut, tanpa paksaan sama sekali. Dia pintar memainkan trik agar seorang wanita tampak terlena oleh permainannya.Raline sulit bernapas, dia segera menarik bibirnya. Ryan terkekeh, melihat Raline yang kehabisan napas itu."Kenapa kau menciumku sembarangan! Aku bahkan tidak mengenal siapa dirimu! Lepaskan aku dari tempat ini! Aku ingin pulang ke rumahku!"Raline berteriak lagi, masih sambil mengeluarkan satu dua bulir bening dari matanya yang indah itu."Jangan nenangis, matamu yang indah itu bisa bengkak jika kau terus saja menangis seperti itu.""Tok tok tok""Ah, sial! Kenapa selalu saja ada pengganggu saat aku sedang ing

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • Lord The Bastard   Kamu yang Menggemaskan

    Ryan menyeringai saat Raline sedang menyisir rambutnya di depan cermin. Raline kaget, melihat bayangan Ryan di sana.Raline menoleh, kemudian Ryan mendekat kearahnya secara perlahan-lahan."Mau apa lagi kau kesini?"Ryan tak menjawab perkataan Raline. Dia semakin mendekat, hingga tubuh mereka berdua kini saling menempel.Raline berusaha lepas dari Ryan. Tapi Ryan malah menggendongnya naik ke atas meja rias itu. Raline mundur, hingga punggungnya terpojok cermin.Ryan terkekeh, dipegangnya kaki mulus milik Raline dengan satu tangan miliknya. Sementara tangan lainnya menelusup kearah bagian punggung Raline."Lepaskan!! Apa yang akan kau lakukan lagi padaku!"Ryan melumat bibir Raline dengan paksa. Raline mendelik, tak menyangka akan mendapatkan serangan tiba-tiba ini dari Ryan.Raline menggigit bibir bawah milik Ryan. Ryan melepaskan ciumannya."Sial! Kenapa kau menggigit bibirku kencang sekali!""Bukankah tadi sudah

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-18
  • Lord The Bastard   Dua Bola Mata Biru

    Ryan membawa Raline ke basement hotel dan memaksanya masuk ke dalam mobil. Raline menolak ikut, tetapi Ryan tetap memaksa."Lepaskan aku! Kau mau membawaku kemana?""Masuk saja dulu! Nanti juga kau akan tahu!"Dengan terpaksa Raline ikut masuk ke dalam mobil itu bersama Ryan. Di dalam mobil sudah terdapat seorang supir yang menunggu mereka."Bil, apa kau sudah tahu dimana rumahnya?""Sudah Tuan.""Kalau begitu, ayo segera kita pergi!""Baik Tuan."Supir setengah baya itu melajukan mobil dengan kecepatan teratur. Ryan duduk di belakang bersama Raline."Hai, Tuan! Katakan padaku, kau akan membawaku kemana lagi? Aku ingin pulang! Aku ingin segera bekerja kembali. Bos ku bisa marah besar kalau aku sampai terlambat lagi malam ini!""Tuan? Apa kau tak bisa memanggilku dengan nama saja?""Nama? Maaf Tuan, aku bahkan belum mengetahui siapa namamu.""Hahaha! Sehari semalam kita bersama-sama, tapi kau belum mengetahui nam

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Lord The Bastard   Bertanggung Jawab Padamu

    Ryan menarik tangan Raline untuk segera keluar dari mobilnya. Raline dengan terpaksa mengikuti kemana Ryan menarik tangannya.Raline seketika kaget melihat jalan yang sedang ia lalui bersama dengan Ryan. Di ujung gang, yang sedang mereka lewati terdapat sebuah rumah sederhana yang Raline sangat hapal dengan bentuknya.Raline menelan ludah, dia benar-benar kaget dan tak menyangka kalau Ryan akan membawanya ke tempat ini."Bill, cepat panggil si empunya rumah.""Baik Tuan."Pengawal berusia setengah abad itu mendekat kearah rumah sederhana itu dan mengetuknya. Sementara Ryan dan Raline diam menunggu di bawah pohon mangga yang berada di depan rumah itu."Kenapa kau mengajakku pulang? Aku bisa mati, jika ayahku tahu aku pulang dengan seorang pria sepertimu! Ayo kita pergi dari sini! Aku ingin kembali ke tempat kontrakanku.""Oh, rumah yang berada dekat Klub malam tadi?""Ya! Aku tak ingin pulang! Aku masih ingin bekerja, masih ingi

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • Lord The Bastard   Melamarmu

    "Aku akan bertanggung jawab kepada Raline dengan menikahinya.""Apa maksud perkataanmu Tuan, saya benar-benar tidak mengerti," ucap ibu Raline."Tidak ibu! Lelaki gila ini hanya bercanda. Dia tak serius dengan perkataannya," Raline mengelak."DIAM!!" sahut Ryan dan ibu Raline bersamaan.Raline tersentak, dia kaget dengan perkataan Ryan dan ibunya bersamaan."Akan saya jelaskan Tante, jadi kemarin malam saat Raline sedang bekerja teman-teman saya memanggil dia dan mengerjainya.""Mengerjai bagaimana maksudmu?""Mereka memberikan Raline banyak minum dan juga menaruh obat dalam minumannya. Mereka berniat menggagahi Raline.""APA?? Apa benar yang kau katakan? ujar ibu Raline dan Raline bersamaan juga."Ya itu benar. Aku datang saat mereka hampir merenggut sesuatu yang berharga milik Raline. Kalau aku tidak datang tepat waktu, entah apa yang akan terjadi.""Lalu, kalau kau yang menyelamatkan Raline kenapa saat ini kau

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Lord The Bastard   Malam Penuh Masalah

    Malam itu Ryan dan beberapa temannya sedang menikmati malam seperti biasanya. Di klub yang sama, tempat mereka bersenang-senang seperti biasanya. Beberapa wanita dengan baju minim menemani Ryan dan juga beberapa teman-temannya untuk minum."Bos, apa ada yang kau pilih?""Ga ada yang pas buat malam ini.""Kenapa? Ga tau, lagi males aja!""Bos, gimana kalau dengan wanita itu?"Salah satu teman Ryan menunjuk seorang pelayan wanita yang lumayan manis. Dia sedang mengantarkan minuman kebeberapa pengunjung Klub. Ryan sudah banyak minum malam itu, dia tak begitu jelas melihat wajah wanita yang ditunjuk oleh temannya tadi."Buat kalian aja, kalau kalian mau.""Oke bos!"Ketiga teman Ryan memanggil pelayan itu. Dia mendekat dan menanyakan apa keperluan mereka."Ada apa Pak? Apa ada yang bisa saya bantu?""Hai, siapa namamu?""Aku?""Ya, kamu! Kami sedang bertanya padamu! Apa ada orang lain selain kamu di tempat ini?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01

Bab terbaru

  • Lord The Bastard   Melamarmu

    "Aku akan bertanggung jawab kepada Raline dengan menikahinya.""Apa maksud perkataanmu Tuan, saya benar-benar tidak mengerti," ucap ibu Raline."Tidak ibu! Lelaki gila ini hanya bercanda. Dia tak serius dengan perkataannya," Raline mengelak."DIAM!!" sahut Ryan dan ibu Raline bersamaan.Raline tersentak, dia kaget dengan perkataan Ryan dan ibunya bersamaan."Akan saya jelaskan Tante, jadi kemarin malam saat Raline sedang bekerja teman-teman saya memanggil dia dan mengerjainya.""Mengerjai bagaimana maksudmu?""Mereka memberikan Raline banyak minum dan juga menaruh obat dalam minumannya. Mereka berniat menggagahi Raline.""APA?? Apa benar yang kau katakan? ujar ibu Raline dan Raline bersamaan juga."Ya itu benar. Aku datang saat mereka hampir merenggut sesuatu yang berharga milik Raline. Kalau aku tidak datang tepat waktu, entah apa yang akan terjadi.""Lalu, kalau kau yang menyelamatkan Raline kenapa saat ini kau

  • Lord The Bastard   Bertanggung Jawab Padamu

    Ryan menarik tangan Raline untuk segera keluar dari mobilnya. Raline dengan terpaksa mengikuti kemana Ryan menarik tangannya.Raline seketika kaget melihat jalan yang sedang ia lalui bersama dengan Ryan. Di ujung gang, yang sedang mereka lewati terdapat sebuah rumah sederhana yang Raline sangat hapal dengan bentuknya.Raline menelan ludah, dia benar-benar kaget dan tak menyangka kalau Ryan akan membawanya ke tempat ini."Bill, cepat panggil si empunya rumah.""Baik Tuan."Pengawal berusia setengah abad itu mendekat kearah rumah sederhana itu dan mengetuknya. Sementara Ryan dan Raline diam menunggu di bawah pohon mangga yang berada di depan rumah itu."Kenapa kau mengajakku pulang? Aku bisa mati, jika ayahku tahu aku pulang dengan seorang pria sepertimu! Ayo kita pergi dari sini! Aku ingin kembali ke tempat kontrakanku.""Oh, rumah yang berada dekat Klub malam tadi?""Ya! Aku tak ingin pulang! Aku masih ingin bekerja, masih ingi

  • Lord The Bastard   Dua Bola Mata Biru

    Ryan membawa Raline ke basement hotel dan memaksanya masuk ke dalam mobil. Raline menolak ikut, tetapi Ryan tetap memaksa."Lepaskan aku! Kau mau membawaku kemana?""Masuk saja dulu! Nanti juga kau akan tahu!"Dengan terpaksa Raline ikut masuk ke dalam mobil itu bersama Ryan. Di dalam mobil sudah terdapat seorang supir yang menunggu mereka."Bil, apa kau sudah tahu dimana rumahnya?""Sudah Tuan.""Kalau begitu, ayo segera kita pergi!""Baik Tuan."Supir setengah baya itu melajukan mobil dengan kecepatan teratur. Ryan duduk di belakang bersama Raline."Hai, Tuan! Katakan padaku, kau akan membawaku kemana lagi? Aku ingin pulang! Aku ingin segera bekerja kembali. Bos ku bisa marah besar kalau aku sampai terlambat lagi malam ini!""Tuan? Apa kau tak bisa memanggilku dengan nama saja?""Nama? Maaf Tuan, aku bahkan belum mengetahui siapa namamu.""Hahaha! Sehari semalam kita bersama-sama, tapi kau belum mengetahui nam

  • Lord The Bastard   Kamu yang Menggemaskan

    Ryan menyeringai saat Raline sedang menyisir rambutnya di depan cermin. Raline kaget, melihat bayangan Ryan di sana.Raline menoleh, kemudian Ryan mendekat kearahnya secara perlahan-lahan."Mau apa lagi kau kesini?"Ryan tak menjawab perkataan Raline. Dia semakin mendekat, hingga tubuh mereka berdua kini saling menempel.Raline berusaha lepas dari Ryan. Tapi Ryan malah menggendongnya naik ke atas meja rias itu. Raline mundur, hingga punggungnya terpojok cermin.Ryan terkekeh, dipegangnya kaki mulus milik Raline dengan satu tangan miliknya. Sementara tangan lainnya menelusup kearah bagian punggung Raline."Lepaskan!! Apa yang akan kau lakukan lagi padaku!"Ryan melumat bibir Raline dengan paksa. Raline mendelik, tak menyangka akan mendapatkan serangan tiba-tiba ini dari Ryan.Raline menggigit bibir bawah milik Ryan. Ryan melepaskan ciumannya."Sial! Kenapa kau menggigit bibirku kencang sekali!""Bukankah tadi sudah

  • Lord The Bastard   Lelaki Yang Menyebalkan

    Raline berusaha mengelak, dia mendorong Ryan sekuat tenaga. Namun usahanya sia-sia saja. Tubuh Raline sangat lemas hari itu.Raline ingin mencoba jurus terakhirnya, yaitu berteriak. Tetapi saat mulutnya sudah bersiap untuk berteriak dengan sigap Ryan membekap mulut Raline dengan mulutnya.Ryan mencium Raline dengan lembut, tanpa paksaan sama sekali. Dia pintar memainkan trik agar seorang wanita tampak terlena oleh permainannya.Raline sulit bernapas, dia segera menarik bibirnya. Ryan terkekeh, melihat Raline yang kehabisan napas itu."Kenapa kau menciumku sembarangan! Aku bahkan tidak mengenal siapa dirimu! Lepaskan aku dari tempat ini! Aku ingin pulang ke rumahku!"Raline berteriak lagi, masih sambil mengeluarkan satu dua bulir bening dari matanya yang indah itu."Jangan nenangis, matamu yang indah itu bisa bengkak jika kau terus saja menangis seperti itu.""Tok tok tok""Ah, sial! Kenapa selalu saja ada pengganggu saat aku sedang ing

  • Lord The Bastard   Hilang Kesadaran

    Ryan membekap mulut Raline saat mendengar pintu kamar mereka diketuk. Raline yang awalnya akan berteriak, segera diam tak berdaya."Ssttt, diam! Aku akan melihat siapa yang datang mengganggu kita pagi-pagi begini. Kuharap kau tenang dan tak berulah."Raline mengangguk, airmatanya turun menetes dipipinya. Dengan perlahan, Ryan menggeser tangan yang membekap mulut Raline tadi.Tapi saat tangan itu bergeser, lagi-lagi Raline sudah akan siap berteriak meminta tolong lagi. Secepat kilat tangan Ryan membekapnya kembali."Apa kau tak mendengarkan perkataanku? Apa kau ingin aku menyumpal lagi mulutmu dengan kain dan mengikat tanganmu?"Raline menggeleng, dia kembali sesenggukan di depan Ryan. Di ujung bulu matanya yang lentik, terdapat beberapa tetes keringat yang mulai turun dari pelipisnya karena merasa ketakutan."Kalau begitu diam dan patuhilah apa kataku! Jangan sampai aku bertindak kasar kepadamu! Mengerti!!"Raline kembali mengangguk,

  • Lord The Bastard   Malam Penuh Masalah

    Malam itu Ryan dan beberapa temannya sedang menikmati malam seperti biasanya. Di klub yang sama, tempat mereka bersenang-senang seperti biasanya. Beberapa wanita dengan baju minim menemani Ryan dan juga beberapa teman-temannya untuk minum."Bos, apa ada yang kau pilih?""Ga ada yang pas buat malam ini.""Kenapa? Ga tau, lagi males aja!""Bos, gimana kalau dengan wanita itu?"Salah satu teman Ryan menunjuk seorang pelayan wanita yang lumayan manis. Dia sedang mengantarkan minuman kebeberapa pengunjung Klub. Ryan sudah banyak minum malam itu, dia tak begitu jelas melihat wajah wanita yang ditunjuk oleh temannya tadi."Buat kalian aja, kalau kalian mau.""Oke bos!"Ketiga teman Ryan memanggil pelayan itu. Dia mendekat dan menanyakan apa keperluan mereka."Ada apa Pak? Apa ada yang bisa saya bantu?""Hai, siapa namamu?""Aku?""Ya, kamu! Kami sedang bertanya padamu! Apa ada orang lain selain kamu di tempat ini?"

DMCA.com Protection Status