Galuh Tapa terkadang dihadapkan dengan padang pasir yang luas, kemudian entah kenapa berdiri di atas lautan biru kemudian berubah lagi pada awan-awan tipis di atas langit.Ketika dia berada di luapan api, pemuda itu kepanasan bukan kepalang. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan pancaran cahaya api terang adalah hal yang dia sukai. Pemuda itu berteriak, hingga seluruh jiwanya lenyap tanpa sisa."Galuh...Galuh!" sayup-sayup pemuda itu mendengar suara seorang gadis, semakin lama suara itu tampak begitu jelas ditelinga. "Galuh! apa kau baik-baik saja"Sementara pemuda itu tidak berniat membuka matanya, lebih jelasnya takut apa yang dia lihat adalah hal yang paling menakutkan. Namun tamparan pelan di pipinya dan itu menandakan dia masih hidup.Ketika dia membuka mata Ringgina telah berurai air matanya hingga jatuh di pipi Galuh Tapa. Dia baru sadar jika kepalanya berada di pangkuan gadis itu."Tenanglah! Tenanglah!" Ringgina berkata di telinganya.Hari itu Galuh Tapa mengalami dema
Mereka bukan pasukan Kelabang Iblis, tampaknya bukan pula para bandit. Pakaian mereka tampak begitu bagus dengan jubah yang bergambar Harimau putih di bagian belakangnya. Persatuan Hulubalang.Itu lebih buruk lagi, Pikir gadis itu. Persatuan Hulubalang sudah keluar dari persembunyiannya, itu artinya mereka sudah memiliki sesuatu yang digunakan untuk merebut kembali dataran Pasmah, situasi ini akan semakin buruk. Jika mereka menemukannya Galuh Tapa akan direbut paksa. Salah satu dari empat orang penunggang kuda itu cukup terkenal dikalangan para gadis, ya meski Ringgina tidak pernah bertemu secara langsung, tapi dia bisa tahu bahwa itu adalah pemuda yang bernama Galingga Tirta, ada banyak sketsa gambar yang di lukiskan para gadis.Beberapa gadis menjadikan dia buah bibir sebelum terjadinya perang beberapa bulan yang lalu."Akan sangat buruk jika sampai berurusan dengan pemuda itu!" Ringgina bergumam pelan.Dari informasi yang diberikan bawahannya, Galingga Tirta mampu menandingi pend
Sementara Galuh Tapa termenung cukup lama, bukan memikirkan pertanyaan Ringgina tapi memikirkan alasan Galingga Tirta mengikutinya. Dia yakin ada alasan khusus mengenai hal itu.Tidak mungkin pula jika Galingga Tirta berniat menangkap Ringgina, di saat racun sedang bersarang di dalam tubuh teman-temannya."GHeer" panglma kumbang mengaum seakan-akan berkata."Untuk saat ini, aku tidak ingin memikirkan hal apapun" Galuh Tapa memantapkan niatnya,. "Aku akan ikut bersamamu untuk mendapatkan penawar racunnya."Sekarang kau telah terbebas dari beban?" Ringgina tersenyum kecil. "Galinga Tirta tidak datang sendirian, meski aku tidak pernah bertemu langsung dengan dirinya, tapi dia adalah putra dari Damar Tirta, pemimpin pendekar Persatuan Hulubalang. Kami sudah mempelajari organisasi itu sebelum perang besar terjadi, pemuda itu memiliki kemampuan di atas rata-rata, teknik pedang perak, begitukan kalian menyebutnya.?""Jadi saat ini, gadis itu melanjutkan ucapannya. "Aku yakin Markas Perianga
"Tidak terlalu buruk" Ucap Galuh Tapa. "Kita berdua memiliki keahlian yang cukup berimbang." Galuh Tapa terkekeh kecil memperhatikan raket yang mereka buat.Keduanya mulai memasukan raket kedalam air, Ringgina lantas menaikinya lebih dahulu kemudian disusul dengan panglima kumbang dan terakhir tentu saja Galuh Tapa.Hari ini cuacanya cukup mendukung, angin berhembus menuju gunung kecil, ombak tidak terlalu besar.Menaiki Rakit ataupun perahu adalah hal yang pertama Galuh Tapa, dan itu membuatnya merasa cemas.Ketika alat itu memecah ombak , Galuh Tapa adalah orang yang paling khawatir diantara yang lainya. Sial sekali dia orang yang tidak pandai berenang, jika saja rakit ini pecah di tengah laut.Sebab pemuda itu tidak bisa menggunakan tenaga dalamnya untuk terbang. Ini menjengkelkan sekali, pikirnya. Dia pernah menghabiskan seisi perutnya ketika menaiki gerobak dan mungkin saja kejadian itu akan terulang lagi, disini dan sekarang juga.Dalam beberapa menit itupun terjadi."UWAK..."Ga
Tapi entah mengapa, seolah dirinya tidak memiliki daya upaya."Mereka telah memberi kita racun...?" Ringgina berkata lirih. Racun ini tidak akan membunuh kita, tapi efek yang diakibatkan racun dapat membuat tubuh kita menjadi sangat lemah. Meski jenisnya berbeda, tapi negeri Singunan ada racun seperti ini. Racun Badan Sare."Tenang saja aku Akan menyelamatkan kalian berdua," ujar pemuda itu. "Bertahanlah sebentar saja, kita akan selamat..."Belum usai perkataan pemuda itu, tiba-tiba seorang mahluk datang menendang sel tahanannya. Tendangannya begitu kuat,membuat kandang tahanan melayangbeberapa meter. Galuh Tapa terpaksajungkir balik di dalam sana.Kerangkeng tahanan berhenti tepat diantara puluhan mahluk di dataran luas.Galuh Tapa belum pernah melihatmahluk seperti mereka ini sebelumnya. Bertubuh kerdil, hanya seukuran pinggangnya dengan tubuh kekar dan jari-jari kasar lagi berbulu tipis. Mereka seperti monyet, tapi bukan monyet.Dan hal yang paling mengejutkan pemuda itu adala
Sembilan orang temannya berniat membantu mahluk itu, dengan menyentuh tulang keringnya yang terkulai tapi bukan mendapatkan sambutan baik, malah sembilan orang itu mendapatkan tamparan keras di wajahnya.Kesal bukan main terlihat di raut-raut wajah mereka, sembilan orang mahluk itu lantas melakukan hal yang sama-menendang kerangkeng Galuh Tapa. Akkhh...Semuanya berteriak kesakitan, kerangkeng itu tidak kunjung bergerak.Bahkan saat ini, pedar cahaya yangmengelilingi pemuda itu lebih terang dari sebelumnya. Semua orang bisa melihat, aliran energi seperti aliran air berputar ditubuh Galuh Tapa, seperti pusaran air.Sehingga pemimpin dari mahluk itu segera bergegas mendatangi Galuh Tapa. Dia tampak berpikir lama, kemudian raut panik terlihat jelas di wajahnya. Mahluk itu berteriak,melompat lompat membuat getaran kecil di permukaan tanah."Mesaba...Mesaba..." Dia berteriak.Ringgina tidak mengerti apa yang akanterjadi, hingga akhirnya dua orang mahluk itu membawa kerangkeng tahanann
Mendapati hal itu, tubuh pemimpin mahluk kerdil bergetar hebat. Puluhan mahluk lain terlihat waspada, tapi tidak ada yang cukup bodoh untuk bertindak gegabah. Dengan isyarat kecil, akhirnya mahluk itu menyerahkan satu botol kecil yang terbuat dari bambu, berisi ramuan penawar racun."Terima kasih banyak." Galuh Tapa tersenyum kecil, kemudian segeramenghampiri Ringgina dan juga Panglima kumbang. "Minumlah, setelah itu kita akan pergi dari tempat ini."Mereka mulai meninggalkan pulau itu,Galuh Tapa tidak lagi menaiki perahujadi dia melayang di udara mengikuti perahu kecil yang berisi Ringgina danPanglima kumbang. Setelah menelan penawar racun, tubuh mereka berdua terlihat lebih segar dan bertenaga.Hanya saja, luka-luka yang diderita mereka berdua tidak akan pulih dalam waktu dekat. Galuh Tapa sudah mencoba beberapa kali untuk menyalurkan energi alam, agar tubuh mereka berdua kembali seperti dirinya saat ini, tapi rupanya tidak bisa.Energi alam bisa menyembuhkan luka yang diderita
Biasanya yang bertugas mendatangaiMarkas Utama adalah para utusan dariKelabang lblis itu sendiri. Sedangkanperwakilan dari Sekutu alias Negri Singunan, harus mendapat pengawalanlebih dan di jaga dengan penuh curiga.Belum pula menyimpulkan rencana apayang akan dilakukan oleh Ringgina, Galuh Tapa sudah melepaskan beberapa serpihan batu mustika didalam tubuhnya sangat kecil menembus lima orang di atas tembok hingga tewas."Ini adalah jalan paling mudah." Galuh Tapa menarik tubuh Ringgina lalu membawanya terbang keatas tembok.Rupanya tembok itu berbentuk sepertilingkaran. Didalam tembok ribuan prajuritsedang melakukan aktivitas masing-masing layaknya para rakyat jelata, ya ampun mereka bahkan ada yang sedang menggarap sawah.Lingkaran tembok begitu luas, tidakterhitung berapa diameternya. Tapi tepat di tengah tembok kayu itu, berdiri pula sebuah tembok lain yang terbuat dari beton berwarna gelap. Itu adalah Markas utamanya."Tempat ini dijaga oleh Pendekar yang bernama Janggala