Mendapati hal itu, tubuh pemimpin mahluk kerdil bergetar hebat. Puluhan mahluk lain terlihat waspada, tapi tidak ada yang cukup bodoh untuk bertindak gegabah. Dengan isyarat kecil, akhirnya mahluk itu menyerahkan satu botol kecil yang terbuat dari bambu, berisi ramuan penawar racun."Terima kasih banyak." Galuh Tapa tersenyum kecil, kemudian segeramenghampiri Ringgina dan juga Panglima kumbang. "Minumlah, setelah itu kita akan pergi dari tempat ini."Mereka mulai meninggalkan pulau itu,Galuh Tapa tidak lagi menaiki perahujadi dia melayang di udara mengikuti perahu kecil yang berisi Ringgina danPanglima kumbang. Setelah menelan penawar racun, tubuh mereka berdua terlihat lebih segar dan bertenaga.Hanya saja, luka-luka yang diderita mereka berdua tidak akan pulih dalam waktu dekat. Galuh Tapa sudah mencoba beberapa kali untuk menyalurkan energi alam, agar tubuh mereka berdua kembali seperti dirinya saat ini, tapi rupanya tidak bisa.Energi alam bisa menyembuhkan luka yang diderita
Biasanya yang bertugas mendatangaiMarkas Utama adalah para utusan dariKelabang lblis itu sendiri. Sedangkanperwakilan dari Sekutu alias Negri Singunan, harus mendapat pengawalanlebih dan di jaga dengan penuh curiga.Belum pula menyimpulkan rencana apayang akan dilakukan oleh Ringgina, Galuh Tapa sudah melepaskan beberapa serpihan batu mustika didalam tubuhnya sangat kecil menembus lima orang di atas tembok hingga tewas."Ini adalah jalan paling mudah." Galuh Tapa menarik tubuh Ringgina lalu membawanya terbang keatas tembok.Rupanya tembok itu berbentuk sepertilingkaran. Didalam tembok ribuan prajuritsedang melakukan aktivitas masing-masing layaknya para rakyat jelata, ya ampun mereka bahkan ada yang sedang menggarap sawah.Lingkaran tembok begitu luas, tidakterhitung berapa diameternya. Tapi tepat di tengah tembok kayu itu, berdiri pula sebuah tembok lain yang terbuat dari beton berwarna gelap. Itu adalah Markas utamanya."Tempat ini dijaga oleh Pendekar yang bernama Janggala
Ya boleh dikatakan Gumolo adalah muriddari Pendekar Janggala. Meski ilmu Mabuk Putar Kuyung yang di pelajari Gumolo masih belum sempurna, tapi sudah menunjukkan tingkatan berbeda dengan Pendekar Tanpa Tanding di dataran Pasmah.Sementara itu, dua wanita yangmengenakan pakaian merah Jambu,Merah Jambon Timur dan Merah Jambon Barat juga mempelajari ilmu lain yang diturunkan langsung oleh Pendekar Janggala, jurus Dewi Mabuk Dari Langit.Pendekar Janggala bahagia bukan mainmendapatkan mereka bertiga, bukan hanya jurusnya begitu cocok digunakan oleh Gumolo, Merah Jambon Timur dan Merah Jambon Barat tapi memang tidak ada yang sudi untuk belajar dengannya.Hingga Gumolo mendekati pendekar Janggala, ''Guru! Membawa pesan dari Patmawati, wanita dari marka periangan datang meminta izin untuk meneruskan perjalanannya ke markas sekutu. Markas negeri Singunan."Biarkan saja dia lewat" pendekar Janggala terlihat tidak peduli." Wanita berambut putih itu, munkin ada satu hal yang harus disampaika
Sementara itu, pintu telah terbuka lebar tanpa disadari oleh Gumolo, mungkin karena begitu bernafsunya terhadap temannya sendiri, hingga tidak sadar ada orang yang memasuki ruangan.Gumolo berusaha berdiri dengan susahpayah. Dia meraba batok kepalanya, tapiada beberapa bagian seketika menjadi licin. Dia mengalihkan pandangan pada sosok pemuda yang berdiri di depan Patmawati. Di telapak tangan pemuda itu ada segenggam rambut miliknya."Jahanam keparat, siapa kau berani sekali menggangguku!" Gumolo berteriakberingasan. "Akan ku kirim kau ke neraka"Namun Galuh Tapa hanya tersenyum kecil, kemudian mengibaskan telapak tangannya membuat rambut Gumolo yang di genggam melayang-layang di udara beberapa saat."Pria hidung belang seperti dirimu yanglayaknya masuk Neraka Jahanam."Merasa begitu tertantang, Gumolo menyerang Galuh Tapa dengan jurusmabuk yang sudah dipelajarinya dariPendekar Janggala alias Kakek Segalatahu. Gerakannya penuh dengan tipuan,mengandalkan kepalan tinju sebagai
Setelah mendengar hal itu, Gumolo melepaskan tenaga dalam pada bagian kakinya, membuat ledakan kecil dan berhasil keluar dari dalam lantai. "Beri aku sedikit lebih banyak arak!" Pria itu berteriak. "Akan aku tunjukkan jurus mabuk yang telah aku latih beberapa bulan terakhir."Ruangan kamar yang memang luas,sekarang menjadi sempit sesak karena puluhan orang yang berkumpul di tempat itu.Semua orang tanpa terkecualimengeluarkan aura membunuh yang tertuju pad pemuda pemilik pedang pusaka Lintang Kuning, tapi niat mereka tertahan karena Gumolo mulai menunjukkan hasil kerja kerasnya beberapa bulan terakhir.Setelah berhasil mengeluarkan kakinya dari dalam lantai, Gumolo kembali melancarkan serangan. Kali ini serangan pria itu lebih kuat dari sebelumnya, bahkan bukan hanya itu saja, tenaga dalam yang dimilikinya juga mengalami peningkatan."Sekarang kita bisa merasakan level empat tenaga dalam Gumoloi." Merah Jambon Barat bergumam kepada Merah Jambon Timur. "Dia telah menjadi orang terkuat
Sehingga tubuh Gumolo melayang beberapa saat di udara, kemudian jatuh di atas atap Markas.Melihat hal itu Merah Jambon barat berniat menolongnya tapi sayang hal itu tidak kesampaian. Galuh Tapa sudah berada tepat di hadapannya. Dua pukulan bertenaga dalam di dapatkan wanita itu, buah dari kelengahannya. "Merah Jambon Timur!!" Merah Jambon Barat melepaskan tusuk konde ke arah Galuh Tapa sebelum pemuda itu melanjutkan tindakannya.Mendapati serangan itu, Galuh Tapa mundur dua langkah untuk menghindari. Namun pada waktu bersamaan, Merah Jambon Barat berhasil menangkap tubuh Merah Jambon Timur yang terhuyung-huyung tak karuan.Celbuuk...Suara benda terjatuh terdengar, Gomolo terlentang di permukaan tanah tanpa sempat ada orang yang menangkapnya. Ketinggian Markas Utama mungkin dua kali pohon pinang, cukup tinggi.Sehingga tubuh Gumolo mengeluarkan darah segera pada setiap liang lubang di dalam tubuhnya. Ada 3 tulang rusuk yang patah, dan lebih banyak lagi urat tubuh yang putus. Belum l
Sehingga pendekar Janggala terkekeh kecil, dia menggaruk kepalanya sambil berusaha mengatur keseimbangan tubuhnya. "Ini jurus kuat, anak muda. Jika kau tidak berhati-hati, bisa saja baluk kayu itu membunuhmu!"Galuh Tapa tersenyum pahit, dia hanya mengeluarkan serpihan batu mustika sebagai senjata yang bermata pendek. Menurutnya akan lebih efektip jika berhadapan dengan orang mabuk seperti lawan di depannya.Pertarungan kembali terjadi dengan sengit, baru beberapa menit saja sudah terjadi pertukaran puluhan serangan.Galuh Tapa masih berada di situasibertahan, dia belum bisa menemukan titik lemah dari teknik mabuk lawannya.Tap..tap..tap,Suara Pendekar Janggala melompat dengan pola tidak menentu, kemudian melepaskan pukulan kosong di tubuh Galuh Tapa.Pukulan itu sangat mudah dihindari, tapirupanya ada serangan susulan dengansundulan kepala yang tanpa didugamenyerang dadanya.Galuh Tapa tidak sempat menghindar,sehingga tubuhnya melayang beberapabelas meter dan mendarat dengan k
Sehingga Galuh Tapa hampir memutuskan urat besar di pergelangan itu. Pendekar Janggala mengerahkan sedikit tenaga dalam untuk menghentikan pendarahan, dia juga mencari sesuatu di dalam sakunya sebuah ramuan lalu menegaknya.Sehingga baru beberapa detik ramuan itu ditelan, dia bisa bergerak seperti sedia kala, seolah kakinya yang terluka sudah sembuh total."Pak tua ***** kau meminum ramuanpereda sakit." Galuh Tapa terkekehkecil. "Ramuan itu hanya memiliki satu kegunaan, yaitu menipu dirimu.""Jangan berkata seperti kau tahu apa yang akan kuperbuat, Kunyuk Jahanam." pendekar Janggala terkejut bukan alang kepalang, bahkan muridnya sendiri tidak tahu mengenai ramuan itu."Mulutmu benar-benar berbisa pak tua!" Galuh Tapa menggelengkan kepala.Meski serangan pemuda itu tidak berhasil melukai bagian vital, tapi kaki adalah hal paling penting bagi seorang pendekar. Jika kaki terluka cukup parah, gerakan kuda-kuda tidak akan terlalu baik. Bukankah kuda-kuda menyumbang setengah kekuatan d
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa