Setelah itu Galuh Tapa lantas pergi meninggalkan kediaman Raja Jalang Fasma itu. Tempat ini sebenarnya paling tinggi di banding tenda-tenda pengungsi yang lain. Di sepanjang perjalanannya pemuda itu bertemu dengan orang- orang yang telah dia kenal menatapnya dengan heran.Setelah beberapa jam kemudian, tepat matahari berada diatas kepala, Galuh Tapa akhirnya berpamitan dengan Sang Guru untuk memulai perjalannya.''Semoga keberuntungan selalu memihakmu, muridku! ''ucap Ki Santa.''Terima kasih Eyang Guru.''Setelah berpimitan dengan guru, saudarnya, dan teman-temannya. Galuh Tapa menuju tenda perguruan lembah teratai Putih.Dia melayang dengan cepat melintasi beberapa tenda pengungsi dan mendarat tepat diantara tenda lembah Teratai Putih dan Harimau putih.Ki Jangga mengintip dari cela jendela ketika pemuda itu masuk dalam Tenda Satu Jagat dengan curiga.''Apa yang akan dilakukan pemuda itu? ''Sesepuh Angsa Putih dan Harimau Putih berkata setelah mengintip dari cela tenda yang berluba
Dalam catatan itu mengatakan butuh waktu beberapa minggu berjalan dengan kuda untuk tiba dari bumi besemah ke dataran lain ataupun sebaliknya dengan melintasi pegunungan akan bertemu dengan siluman.Galuh Tapa yakin, siluman kera pernah di kalahkan dengan petapa Atung bungsu, jika tidak bagaiman caranya orang itu bisa sampai ke tanah besemah?.Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya mereka tiba pula di dataran tinggi pegunungan itu. Disini, sekarang pemandangan jadi terbatas sebab awan datang terkadang menyelimuti permukaan hutan belantara.Semak belukar yang lebar, serta pohon berdaun lebar menghalangi cahaya matahari menerobos hingga kepermukaan Tanah.Meski diatas pegunungan, tapi suasananya terasa seperti di lembah, saking lebatnya hutan yang rindang.Udaranya lebih dingin lagi, padahal Galuh Tapa tidak menyukai suhu yang seperti itu, karena itu dia sudah mempersiapkan jubah yang sangat tebal berwarna hitam, nyaris sehitam panglima kumbang.Galuh Tapa tampaknya tidak bisa berjalan
Galuh Tapa memandang, memperhatikan gumpalan asap yang keluar dari lubang kawah, gunung itu lebih besar dari gunung yang pernah dia kunjungi di alam lelembut dan terlihat lebih menakutkan, namun tenang, mereka tidak akan melewati puncak gunung. Galuh Tapa membuka selembar kertas yang dibuat oleh cendikiawan kerajaan Jalang fasema. Itu adalah sebuah peta perkiraan yang disusun berdasarkan dari catatan Atung bungsu. Tidak begitu akurat memang, tapi lebih dari cukup untuk pedoman perjalanan mereka. peta itu nampak seperti titik yang bersambung-bersambung, dengan lingkaran besar sebagai pedoman penunjuk arah. Itu adalah peta bintang, di mana arah ditentukan oleh pergerakkan matahari dan bintang-bintang di malam hari. ''Kanda, lihatlah ini! ini seperti jejak para pendekar yang diutus kebumi besemah. ''Kinanti melirik pada bekas jalan yang sedikit menurun disebelah kanannya. Galuh Tapa melihat peta petunjuknya beberapa saat, memandang matahari dan kemudian memandang puncak gunung seca
Setelah itu siluman itu tertawa terbahak-terbahak bersamaan dengan dua puluhan ekor sekawanannya yang maju menyerang Galuh Tapa dan yang lainya.Galuh Tapa segera memilih pemimpinnya sebagai lawan sepadan. Pemuda itu mengeluarkan pedang pusaka Lintang Kuning dan mengayunkannya, tapi siluman itu berhasil menangkisnya dengan cukup mudah.Baru beberapa menit saja, telah terjadi pertukaran serangan puluhan kali antara Galuh Tapa dan siluman itu. Melihat kemampuan manusia yang dihadapinya, mendadak senyum di wajah Cengkedi hilang.Galuh Tapa sangat mudah menghindari ayunan gadah mahluk itu yang terkesan berat.Suuu....!Sementara gerakan Galuh Tapa setiap detiknya semakin lebih cepat dan lebih mematikan.Ting...!Ting...!Hingga setiap benturan yang terjadi antara gadah dan pedang pusaka Lintang Kuning menciptakan gelombang kejut bertekanan kecil, tapi demikian beberapa kali siluman itu terseret kebelakang.Disisi lain, Kinanti memainkan semua benda yang ada disekitarnya dengan arahan tan
Namun Andaran menghentikan perkataannya, dia menoleh kearah Kinanti yang penuh tanda tanya. ''Dimana Galuh Tapa kenapa dia...''''Disana! Kinanti menunjuk pemuda itu, yang sekarang telah menyerang pasukan siluman lebih dahulu. Setelah tersenyum kecil, wanita itu juga berencana mengikuti Galuh Tapa.''Mereka semua bodoh! ''ucap Andaran sembari mengacak-acak rambutnya kemudian bergegas menyusul bersama dengan panglima kumbang.Galuh Tapa tidak ingin mengulur-ulur waktu saat ini, dia harus menghabisi mereka semua secepatnya. Ada banyak hal yang mungkin sedang terjadi ketika dia sedang menjalankan misi.Pertarungan tak terelakan, Galuh Tapa bergerak lebih gesit dari biasanya. Dia mengibaskan pedang Lintang Kuning pada siluman itu tanpa ampun.Mendapat serangan seperti itu, kelompok para siluman menjadi sangat panik.Disisi Lain Kinanti melepaskan sebuah benda seperti sebuah cakram kecil dengan motif bunga matahari berwarna kuning dengan lingkaran hitam tepat berada ditengahnya.Gung...!
Beberapa dari tempat tidur juga terbuat dari susunan tengkorak manusia dan binatang, dengan gumpalan rambut sebagai alas pembaringan. Baunya tentu saja cukup menyengat, bahkan panglima kumbang harus menjauh beberapa puluh meter dari tempat itu.Selang beberapa menit, dua siluman yang dihadapi Andaran terbunuh seketika mencoba melarikan diri dari serangan pria itu. Tubuh salah satu mahluk itu terpotong menjadi dua bagian, sementara yang satunya lagi terpenggal.Disisi lain, Kinanti telah menyelesaikan pertarungannya. Gadis itu menarik kembali semua cakra yang berterbangan, dan menyimpannya pada jepit rambut yang menghias indah di kepala.''Rupanya jepit itu adalah senjata. ''Galuh Tapa tidak percaya.Melihat rumah kebanggaannya roboh, tatapan bengis sang siluman tertuju kepada Galuh Tapa. Gigi Taringnya menyembul dari balik bibir, sedangkan bola matanya menyala merah darah seperti hendak mengoyak keberanian.''Kalian semua harus mati! ''ucap siluman kera.''Ya...aku setuju, tapi...''G
Sebenarnya tempat yang ditunjuk Galuh Tapa masih cukup jauh, Kinanti belum bisa melihat perkebunan itu, atau suara manusia yang bertukar cerita.''Aku akan mengendongmu jika kau tidak keberatan? ''Galuh Tapa membungkukkan badan, berniat menyabut tubuh Gadis itu.''Tidak perlu aku baik-baik saja. Aku tidak ingin menyusahkan dirimu. ''Kinanti menolak.''Gheer...''Panglima kumbang menggeram pelan.''Tidak, aku tidak akan mengendongmu! ''Galuh Tapa menepiskan tangannya. ''Tubuhmu lebih besar dariku.''Setelah hampir memakan waktu tiga jam lamanya, ketika senja mulai meninggalkan dunia berganti dengan gelap gulita malam, akhirnya mereka memijakkan kaki dipermukaan tanah yang datar.Benar, ini adalah perkebunan yang diucapkan Galuh Tapa dari atas bukit tinggi tadi. Aroma buah itu tercium khas sebab buah matang hampir memenuhi setiap tangkai tanaman tersebut.Ditengah kebun, mereka melihat pendar cahaya pelita yang keluar dari celah papan berlubang pada sebuah rumah panggung.''Permisi...ada
Setelah itu mereka lantas melanjutkan kembali perjalanan, meninggalkan rumah dan perkebunan yang berbuah lebat. Jalan setapak bebatuan dan menurun sekarang menyambut langkah kaki mereka bertiga.''Kanda, aku membuatkan ini untukmu. Mungkin tidak terlalu bagus tapi aku yakin pakaian ini cukup berguna untuk menghangatkan tubuhmu.''Kinanti menyerahkan jubah, yang dia buat selama beberapa hari terakhir di tempat pengungsian. pakaian itu berwarna hitam dengan motif merah sebagai perlambangan batu pusaka yang ada ditubuh Galuh Tapa, dengan bahan dari kulit domba.Ditengah dada ada sedikit lubang, bertujuan untuk mempermudah Galuh Tapa ketika mengeluarkan energi batu tersebut.Kekasihnya itu telah memikirkan hal ini beberapa kali dan menurutnya Galuh Tapa harus menggunakan pakaian yang di buatnya untuk menutupi tubuhnya dan agar tidak menarik perhatian bagi siapa yang melihat.Tentu saja, kulit ditubuh itu tidak mirip seperti kulit pada umumnya. Bahkan Jaka Payang beberapa kali kedapatan me