Setelah itu siluman itu tertawa terbahak-terbahak bersamaan dengan dua puluhan ekor sekawanannya yang maju menyerang Galuh Tapa dan yang lainya.Galuh Tapa segera memilih pemimpinnya sebagai lawan sepadan. Pemuda itu mengeluarkan pedang pusaka Lintang Kuning dan mengayunkannya, tapi siluman itu berhasil menangkisnya dengan cukup mudah.Baru beberapa menit saja, telah terjadi pertukaran serangan puluhan kali antara Galuh Tapa dan siluman itu. Melihat kemampuan manusia yang dihadapinya, mendadak senyum di wajah Cengkedi hilang.Galuh Tapa sangat mudah menghindari ayunan gadah mahluk itu yang terkesan berat.Suuu....!Sementara gerakan Galuh Tapa setiap detiknya semakin lebih cepat dan lebih mematikan.Ting...!Ting...!Hingga setiap benturan yang terjadi antara gadah dan pedang pusaka Lintang Kuning menciptakan gelombang kejut bertekanan kecil, tapi demikian beberapa kali siluman itu terseret kebelakang.Disisi lain, Kinanti memainkan semua benda yang ada disekitarnya dengan arahan tan
Namun Andaran menghentikan perkataannya, dia menoleh kearah Kinanti yang penuh tanda tanya. ''Dimana Galuh Tapa kenapa dia...''''Disana! Kinanti menunjuk pemuda itu, yang sekarang telah menyerang pasukan siluman lebih dahulu. Setelah tersenyum kecil, wanita itu juga berencana mengikuti Galuh Tapa.''Mereka semua bodoh! ''ucap Andaran sembari mengacak-acak rambutnya kemudian bergegas menyusul bersama dengan panglima kumbang.Galuh Tapa tidak ingin mengulur-ulur waktu saat ini, dia harus menghabisi mereka semua secepatnya. Ada banyak hal yang mungkin sedang terjadi ketika dia sedang menjalankan misi.Pertarungan tak terelakan, Galuh Tapa bergerak lebih gesit dari biasanya. Dia mengibaskan pedang Lintang Kuning pada siluman itu tanpa ampun.Mendapat serangan seperti itu, kelompok para siluman menjadi sangat panik.Disisi Lain Kinanti melepaskan sebuah benda seperti sebuah cakram kecil dengan motif bunga matahari berwarna kuning dengan lingkaran hitam tepat berada ditengahnya.Gung...!
Beberapa dari tempat tidur juga terbuat dari susunan tengkorak manusia dan binatang, dengan gumpalan rambut sebagai alas pembaringan. Baunya tentu saja cukup menyengat, bahkan panglima kumbang harus menjauh beberapa puluh meter dari tempat itu.Selang beberapa menit, dua siluman yang dihadapi Andaran terbunuh seketika mencoba melarikan diri dari serangan pria itu. Tubuh salah satu mahluk itu terpotong menjadi dua bagian, sementara yang satunya lagi terpenggal.Disisi lain, Kinanti telah menyelesaikan pertarungannya. Gadis itu menarik kembali semua cakra yang berterbangan, dan menyimpannya pada jepit rambut yang menghias indah di kepala.''Rupanya jepit itu adalah senjata. ''Galuh Tapa tidak percaya.Melihat rumah kebanggaannya roboh, tatapan bengis sang siluman tertuju kepada Galuh Tapa. Gigi Taringnya menyembul dari balik bibir, sedangkan bola matanya menyala merah darah seperti hendak mengoyak keberanian.''Kalian semua harus mati! ''ucap siluman kera.''Ya...aku setuju, tapi...''G
Sebenarnya tempat yang ditunjuk Galuh Tapa masih cukup jauh, Kinanti belum bisa melihat perkebunan itu, atau suara manusia yang bertukar cerita.''Aku akan mengendongmu jika kau tidak keberatan? ''Galuh Tapa membungkukkan badan, berniat menyabut tubuh Gadis itu.''Tidak perlu aku baik-baik saja. Aku tidak ingin menyusahkan dirimu. ''Kinanti menolak.''Gheer...''Panglima kumbang menggeram pelan.''Tidak, aku tidak akan mengendongmu! ''Galuh Tapa menepiskan tangannya. ''Tubuhmu lebih besar dariku.''Setelah hampir memakan waktu tiga jam lamanya, ketika senja mulai meninggalkan dunia berganti dengan gelap gulita malam, akhirnya mereka memijakkan kaki dipermukaan tanah yang datar.Benar, ini adalah perkebunan yang diucapkan Galuh Tapa dari atas bukit tinggi tadi. Aroma buah itu tercium khas sebab buah matang hampir memenuhi setiap tangkai tanaman tersebut.Ditengah kebun, mereka melihat pendar cahaya pelita yang keluar dari celah papan berlubang pada sebuah rumah panggung.''Permisi...ada
Setelah itu mereka lantas melanjutkan kembali perjalanan, meninggalkan rumah dan perkebunan yang berbuah lebat. Jalan setapak bebatuan dan menurun sekarang menyambut langkah kaki mereka bertiga.''Kanda, aku membuatkan ini untukmu. Mungkin tidak terlalu bagus tapi aku yakin pakaian ini cukup berguna untuk menghangatkan tubuhmu.''Kinanti menyerahkan jubah, yang dia buat selama beberapa hari terakhir di tempat pengungsian. pakaian itu berwarna hitam dengan motif merah sebagai perlambangan batu pusaka yang ada ditubuh Galuh Tapa, dengan bahan dari kulit domba.Ditengah dada ada sedikit lubang, bertujuan untuk mempermudah Galuh Tapa ketika mengeluarkan energi batu tersebut.Kekasihnya itu telah memikirkan hal ini beberapa kali dan menurutnya Galuh Tapa harus menggunakan pakaian yang di buatnya untuk menutupi tubuhnya dan agar tidak menarik perhatian bagi siapa yang melihat.Tentu saja, kulit ditubuh itu tidak mirip seperti kulit pada umumnya. Bahkan Jaka Payang beberapa kali kedapatan me
Setiap perbatasan yang mereka lalui, terlihat bendera besar berkibar, berwarna merah, lambang api yang membara ditengah bendera itu. Lambang kejayaan, kekuatan, keberanian dan keadilan bagi kerajaan Bumi Besemah.Sekilas segel itu hampir mirip dengan segel para alam lelembut. Bahkan jika mereka menyadarinya ukiran api yang mengeliling bendera mirip dengan tanda yang ada ditubuh Galuh Tapa.Namun rupanya, Galuh Tapa menyadari hal itu, entah apa gerangan? Tapi berada di tanah ini membuatnya tiba-tiba merindukan sesosok ibu, merindukan halaman kampung.''Apa yang terjadi denganku? ''pemuda itu bergumam sembari meraba dadanya yang sesak, aku seperti pernah memijakkan kaki ditempat ini.''Setelah berjalan seharian penuh, pemuda itu menghentikan laju kereta kuda di ujung desa. Tepat dipinggir sawah yang terhampar luas dengan padi menguning siap panen. Beberapa orang terlihat mengusir burung pipit yang pergi dan datang silih berganti.''Apakah kita akan istirahat disini? ''Kinanti keluar dar
Setelah berjalan cukup jauh, Galuh Tapa menghentikan laju kuda didepan rumah makan yang hampir semua warna ditempat itu berwarna kuning.''Kita akan bermalam ditempat ini. ''Galuh Tapa berkata, sembari menggiring kuda di samping kedai itu.''gheer...''Panglima kumbang menggeram pelan.''Kau harus tetap didalam gerobak, aku akan membawa makanan untukmu.''Hingga kemudian Galuh Tapa bersama Kinanti meniti tangga pendek, lalui menemui seorang pelayan yang sedang sibuk menghitung kepingan perak dan emas. Wajah pria itu, kecil tapi memiliki bola mata besar.''Kisanak kami membutuhkan makanan dan tempat duduk yang kosong. ''Kinanti menyodorkan satu keping emas.''Satu keping emas? ''pria itu mengangkat alis. ''Satu keping emas sama dengan seratus keping perak dan seratus keping perak hanya untuk makan satu orang saja. Beri aku dua keping emas untuk kalian berdua! ''Pria itu tersenyum kecil.Pedagang ulung, setelah melihat gerobak besar yang mereka bawa, pedagang itu bisa menaksir bahwa tamu
Namun pria itu tidak berhasil melanjutkan ucapannya, setelah satu kacang mendarat tepat di rahangnya yang keras, membuat dia terhempas di meja makan hingga berhamburan.Dia meringis kesakitan, menatap sosok wanita yang baru saja menyerangnya dengan biji kacang dan sekarang serangan kedua kembali menghantam bola matanya.Akkk...! Akkk...!Akkk...!Pria itu meringis kesakitan, sementara Kinanti tersenyum sinis memandangi dirinya.''Kurang ajar, rupanya kau hendak mencari kematian! ''Salah satu bandit yang lain menghunus golok besar.Bersamaan dengan itu, pemilik warung makan segera berlari menghampiri anak gadisnya kemudian memandangi Kinanti dengan rasa bersalah.''Maafkan aku tuan pendekar, karena mempermainkan harga kepada kalian berdua, tapi sekarang aku harap belas kasihan kalian untuk menolong kami. ''ucapnya.Kinanti menatap pemilik warung penuh makna. ''Tidak usah merengek seperti bayi kecil! Aku akan menghajar semua orang ini bukan karena dirimu tapi demi anak gadismu.''Hing