Share

147. Berkelakar

Penulis: Riyen Kaiser
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-14 19:33:37

Dalam catatan itu mengatakan butuh waktu beberapa minggu berjalan dengan kuda untuk tiba dari bumi besemah ke dataran lain ataupun sebaliknya dengan melintasi pegunungan akan bertemu dengan siluman.

Galuh Tapa yakin, siluman kera pernah di kalahkan dengan petapa Atung bungsu, jika tidak bagaiman caranya orang itu bisa sampai ke tanah besemah?.

Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya mereka tiba pula di dataran tinggi pegunungan itu. Disini, sekarang pemandangan jadi terbatas sebab awan datang terkadang menyelimuti permukaan hutan belantara.

Semak belukar yang lebar, serta pohon berdaun lebar menghalangi cahaya matahari menerobos hingga kepermukaan Tanah.

Meski diatas pegunungan, tapi suasananya terasa seperti di lembah, saking lebatnya hutan yang rindang.

Udaranya lebih dingin lagi, padahal Galuh Tapa tidak menyukai suhu yang seperti itu, karena itu dia sudah mempersiapkan jubah yang sangat tebal berwarna hitam, nyaris sehitam panglima kumbang.

Galuh Tapa tampaknya tidak bisa berjalan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Galuh Tapa   148. Cengkedi

    Galuh Tapa memandang, memperhatikan gumpalan asap yang keluar dari lubang kawah, gunung itu lebih besar dari gunung yang pernah dia kunjungi di alam lelembut dan terlihat lebih menakutkan, namun tenang, mereka tidak akan melewati puncak gunung. Galuh Tapa membuka selembar kertas yang dibuat oleh cendikiawan kerajaan Jalang fasema. Itu adalah sebuah peta perkiraan yang disusun berdasarkan dari catatan Atung bungsu. Tidak begitu akurat memang, tapi lebih dari cukup untuk pedoman perjalanan mereka. peta itu nampak seperti titik yang bersambung-bersambung, dengan lingkaran besar sebagai pedoman penunjuk arah. Itu adalah peta bintang, di mana arah ditentukan oleh pergerakkan matahari dan bintang-bintang di malam hari. ''Kanda, lihatlah ini! ini seperti jejak para pendekar yang diutus kebumi besemah. ''Kinanti melirik pada bekas jalan yang sedikit menurun disebelah kanannya. Galuh Tapa melihat peta petunjuknya beberapa saat, memandang matahari dan kemudian memandang puncak gunung seca

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • Legenda Galuh Tapa   149. Menghadapi Siluman

    Setelah itu siluman itu tertawa terbahak-terbahak bersamaan dengan dua puluhan ekor sekawanannya yang maju menyerang Galuh Tapa dan yang lainya.Galuh Tapa segera memilih pemimpinnya sebagai lawan sepadan. Pemuda itu mengeluarkan pedang pusaka Lintang Kuning dan mengayunkannya, tapi siluman itu berhasil menangkisnya dengan cukup mudah.Baru beberapa menit saja, telah terjadi pertukaran serangan puluhan kali antara Galuh Tapa dan siluman itu. Melihat kemampuan manusia yang dihadapinya, mendadak senyum di wajah Cengkedi hilang.Galuh Tapa sangat mudah menghindari ayunan gadah mahluk itu yang terkesan berat.Suuu....!Sementara gerakan Galuh Tapa setiap detiknya semakin lebih cepat dan lebih mematikan.Ting...!Ting...!Hingga setiap benturan yang terjadi antara gadah dan pedang pusaka Lintang Kuning menciptakan gelombang kejut bertekanan kecil, tapi demikian beberapa kali siluman itu terseret kebelakang.Disisi lain, Kinanti memainkan semua benda yang ada disekitarnya dengan arahan tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • Legenda Galuh Tapa   150. Menghadapi Siluman 2

    Namun Andaran menghentikan perkataannya, dia menoleh kearah Kinanti yang penuh tanda tanya. ''Dimana Galuh Tapa kenapa dia...''''Disana! Kinanti menunjuk pemuda itu, yang sekarang telah menyerang pasukan siluman lebih dahulu. Setelah tersenyum kecil, wanita itu juga berencana mengikuti Galuh Tapa.''Mereka semua bodoh! ''ucap Andaran sembari mengacak-acak rambutnya kemudian bergegas menyusul bersama dengan panglima kumbang.Galuh Tapa tidak ingin mengulur-ulur waktu saat ini, dia harus menghabisi mereka semua secepatnya. Ada banyak hal yang mungkin sedang terjadi ketika dia sedang menjalankan misi.Pertarungan tak terelakan, Galuh Tapa bergerak lebih gesit dari biasanya. Dia mengibaskan pedang Lintang Kuning pada siluman itu tanpa ampun.Mendapat serangan seperti itu, kelompok para siluman menjadi sangat panik.Disisi Lain Kinanti melepaskan sebuah benda seperti sebuah cakram kecil dengan motif bunga matahari berwarna kuning dengan lingkaran hitam tepat berada ditengahnya.Gung...!

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-18
  • Legenda Galuh Tapa   151. Menghadapi Siluman 3

    Beberapa dari tempat tidur juga terbuat dari susunan tengkorak manusia dan binatang, dengan gumpalan rambut sebagai alas pembaringan. Baunya tentu saja cukup menyengat, bahkan panglima kumbang harus menjauh beberapa puluh meter dari tempat itu.Selang beberapa menit, dua siluman yang dihadapi Andaran terbunuh seketika mencoba melarikan diri dari serangan pria itu. Tubuh salah satu mahluk itu terpotong menjadi dua bagian, sementara yang satunya lagi terpenggal.Disisi lain, Kinanti telah menyelesaikan pertarungannya. Gadis itu menarik kembali semua cakra yang berterbangan, dan menyimpannya pada jepit rambut yang menghias indah di kepala.''Rupanya jepit itu adalah senjata. ''Galuh Tapa tidak percaya.Melihat rumah kebanggaannya roboh, tatapan bengis sang siluman tertuju kepada Galuh Tapa. Gigi Taringnya menyembul dari balik bibir, sedangkan bola matanya menyala merah darah seperti hendak mengoyak keberanian.''Kalian semua harus mati! ''ucap siluman kera.''Ya...aku setuju, tapi...''G

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Legenda Galuh Tapa   152. Jaka Payang

    Sebenarnya tempat yang ditunjuk Galuh Tapa masih cukup jauh, Kinanti belum bisa melihat perkebunan itu, atau suara manusia yang bertukar cerita.''Aku akan mengendongmu jika kau tidak keberatan? ''Galuh Tapa membungkukkan badan, berniat menyabut tubuh Gadis itu.''Tidak perlu aku baik-baik saja. Aku tidak ingin menyusahkan dirimu. ''Kinanti menolak.''Gheer...''Panglima kumbang menggeram pelan.''Tidak, aku tidak akan mengendongmu! ''Galuh Tapa menepiskan tangannya. ''Tubuhmu lebih besar dariku.''Setelah hampir memakan waktu tiga jam lamanya, ketika senja mulai meninggalkan dunia berganti dengan gelap gulita malam, akhirnya mereka memijakkan kaki dipermukaan tanah yang datar.Benar, ini adalah perkebunan yang diucapkan Galuh Tapa dari atas bukit tinggi tadi. Aroma buah itu tercium khas sebab buah matang hampir memenuhi setiap tangkai tanaman tersebut.Ditengah kebun, mereka melihat pendar cahaya pelita yang keluar dari celah papan berlubang pada sebuah rumah panggung.''Permisi...ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • Legenda Galuh Tapa   153. Menuju Raja Mandare

    Setelah itu mereka lantas melanjutkan kembali perjalanan, meninggalkan rumah dan perkebunan yang berbuah lebat. Jalan setapak bebatuan dan menurun sekarang menyambut langkah kaki mereka bertiga.''Kanda, aku membuatkan ini untukmu. Mungkin tidak terlalu bagus tapi aku yakin pakaian ini cukup berguna untuk menghangatkan tubuhmu.''Kinanti menyerahkan jubah, yang dia buat selama beberapa hari terakhir di tempat pengungsian. pakaian itu berwarna hitam dengan motif merah sebagai perlambangan batu pusaka yang ada ditubuh Galuh Tapa, dengan bahan dari kulit domba.Ditengah dada ada sedikit lubang, bertujuan untuk mempermudah Galuh Tapa ketika mengeluarkan energi batu tersebut.Kekasihnya itu telah memikirkan hal ini beberapa kali dan menurutnya Galuh Tapa harus menggunakan pakaian yang di buatnya untuk menutupi tubuhnya dan agar tidak menarik perhatian bagi siapa yang melihat.Tentu saja, kulit ditubuh itu tidak mirip seperti kulit pada umumnya. Bahkan Jaka Payang beberapa kali kedapatan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Legenda Galuh Tapa   154. Menuju Raja Mandare 2

    Setiap perbatasan yang mereka lalui, terlihat bendera besar berkibar, berwarna merah, lambang api yang membara ditengah bendera itu. Lambang kejayaan, kekuatan, keberanian dan keadilan bagi kerajaan Bumi Besemah.Sekilas segel itu hampir mirip dengan segel para alam lelembut. Bahkan jika mereka menyadarinya ukiran api yang mengeliling bendera mirip dengan tanda yang ada ditubuh Galuh Tapa.Namun rupanya, Galuh Tapa menyadari hal itu, entah apa gerangan? Tapi berada di tanah ini membuatnya tiba-tiba merindukan sesosok ibu, merindukan halaman kampung.''Apa yang terjadi denganku? ''pemuda itu bergumam sembari meraba dadanya yang sesak, aku seperti pernah memijakkan kaki ditempat ini.''Setelah berjalan seharian penuh, pemuda itu menghentikan laju kereta kuda di ujung desa. Tepat dipinggir sawah yang terhampar luas dengan padi menguning siap panen. Beberapa orang terlihat mengusir burung pipit yang pergi dan datang silih berganti.''Apakah kita akan istirahat disini? ''Kinanti keluar dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • Legenda Galuh Tapa   155. Para Bandit 1

    Setelah berjalan cukup jauh, Galuh Tapa menghentikan laju kuda didepan rumah makan yang hampir semua warna ditempat itu berwarna kuning.''Kita akan bermalam ditempat ini. ''Galuh Tapa berkata, sembari menggiring kuda di samping kedai itu.''gheer...''Panglima kumbang menggeram pelan.''Kau harus tetap didalam gerobak, aku akan membawa makanan untukmu.''Hingga kemudian Galuh Tapa bersama Kinanti meniti tangga pendek, lalui menemui seorang pelayan yang sedang sibuk menghitung kepingan perak dan emas. Wajah pria itu, kecil tapi memiliki bola mata besar.''Kisanak kami membutuhkan makanan dan tempat duduk yang kosong. ''Kinanti menyodorkan satu keping emas.''Satu keping emas? ''pria itu mengangkat alis. ''Satu keping emas sama dengan seratus keping perak dan seratus keping perak hanya untuk makan satu orang saja. Beri aku dua keping emas untuk kalian berdua! ''Pria itu tersenyum kecil.Pedagang ulung, setelah melihat gerobak besar yang mereka bawa, pedagang itu bisa menaksir bahwa tamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24

Bab terbaru

  • Legenda Galuh Tapa   244. Dengan Terpaksa

    "Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua

  • Legenda Galuh Tapa   243. Markas Negri Singunan

    Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe

  • Legenda Galuh Tapa   242. Musuh Mengaku Kalah

    "Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru

  • Legenda Galuh Tapa   241. Perang Pasmah 3

    Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam

  • Legenda Galuh Tapa   Perang pasma 2

    "Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan

  • Legenda Galuh Tapa   239. Perang Pasmah

    Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele

  • Legenda Galuh Tapa   238. Bersiap, Musuh Datang.

    Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.

  • Legenda Galuh Tapa   237. Pada Batasnya

    Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j

  • Legenda Galuh Tapa   236. Kekalahan Janggala

    Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa

DMCA.com Protection Status