Tantili menggenggam pedang ungu miliknya dengan kuat. Dia menyadari bahwa dirinya bukanlah tandingan pria itu sama sekali. Apalagi setelah melihat Jaya yang memiliki kekuatan Dewi Durga dihantam petir hitam dan Wasundoro yang dihisap oleh jurus Penghisap Arwah milik anak Jaka Geni tersebut. Jelas dia bukan apa-apa lagi disana kecuali menunggu datangnya kematian.
Raya Geni melangkah dengan perlahan menuju kearah Tantili yang mulai merasakan tekanan dari kekuatan pemuda tersebut."Mantra Penyegel Jiwamu direncanakan untuk menjebak diriku saat aku bergerak sesuai anjuran Rawuni yang dirasuki Wasundoro bukan? Tapi sayang sekali, sejak awal aku sudah tahu Utusan Dewi Durga itu berada di dalam tubuh Rawuni. Aku hanya mengalir mengikuti rencananya, itu saja. Dan seperti yang aku duga, kalian sudah bersiap. Kalian mungkin bisa menipu mata ayahku yang seorang Mahadewa, tapi kau tidak bisa menipu Mata Siluman milikku ini...Semua terlihat jelas di mata ini...Sungguh sayang sRaya Geni mengernyit menahan sakit. Tantili tertawa cekikikan karena usaha terakhirnya berhasil meski hanya melukai tangan kiri pemuda keturunan Jaka Geni tersebut."Kau sudah terkena Pedang Darah Dewi Durga! Hidupmu tidak akan nyaman setiap waktu! hik hik hik!" ucap Tantili membuat Raya geram dan langsung menggerakkan tangan kirinya hingga semakin tembus dan akhirnya dia meraih tangan wanita tersebut."Mati kau bajingan!" umpat nya sambil menarik tangan Tantili yang membawa pedang hingga tubuhnya condong kedepan. Kaki kanan Raya bergerak cepat menyambar ketiak wanita tersebut.Krak! Tangan wanita itu pun patah. Jeritan setinggi langit kembali terdengar. Raya menarik pedang ungu tersebut dari telapak tangannya yang tertembus pedang. Rasa sakitnya tidak seberapa dibanding perasaan kesal karena wanita itu bisa melukai dirinya.Dengan kejam Raya menusuk leher Tantili hingga tembus ke belakang.Crruuk!Terdengar suara
Raya Geni melayang turun di tepian lubang dengan tatapan mata yang masih menggunakan Mata Siluman miliknya. Dia semakin yakin saat jaraknya dengan tubuh Jaya semakin dekat."Benar...Didalam tubuh manusia ini ada jiwa dan darah Mahabali. Meskipun itu sangat sedikit, bagaimana mungkin Tantili dan Wasundoro memiliki darah dan jiwa Mahabali? Darah ini tercampur dengan darah Durga. Apakah ini berhubungan dengan kebangkitan Dewi Durga...?" batin Raya.Jaya masih tergeletak didalam lubang tersebut dalam keadaan tubuh yang mengenaskan. Akan tetapi dia masih hidup. Raya menyadari betul pemuda itu masih hidup meski sudah dihajar habis-habisan olehnya.Tiba-tiba saja mata Jaya yang hitam semua terbuka. Lalu dari dalam punggungnya muncul satu tangan yang menjulur panjang menyerang Raya yang berada di tepi lubang. Jarak mereka berdua tak lebih dari satu tombak.Suuuut!Raya yang menyadari adanya serangan tiba-tiba, segera berkelit dan menend
Bayu Jaga Geni yang mendengar kabar kekalahan Raya Geni terlihat sangat terkejut. Apalagi ditambah setelah dia tahu ternyata Rawuni yang saat itu melapor tentang hasil penyelidikan di kota Daha justru pernah dirasuki makhluk bernama Wasundoro. Dan dia sama sekali tidak menyadarinya.Tinjunya terkepal menahan amarah."Sial...Aku seperti orang buta...Padahal musuh menyusup kedalam Kerajaan...Bagaimana bisa aku tidak mengetahuinya...?" geram Bayu.Sementara itu, Raya Geni masih berbaring di atas kasur tebal di kamarnya yang memang telah disediakan oleh Kerajaan untuk dirinya karena Sukma menginginkan Mahadewi istri Jaka Geni atau ibu yang lain selain ibu kandungnya untuk tinggal di Kerajaan. Hal itu dikarenakan Sukma merasa kesepian sejak sang Ibu, Iyana Tunggadewi menjabat sebagai Dewi Kematian menggantikan posisi Dewi Durga.Dengan tinggalnya Raya dan juga ibunya, Sukma menjadi merasa lebih senang karena dia tak lagi sendirian. "Jadi
Batara Geni dan anaknya, Bayu Jaga Geni masih duduk di atas kubah menara menikmati indahnya langit yang tak pernah Bayu sadari karena dia tidak pernah merasakan waktu langka bersama ayahnya seperti saat ini. Padahal itu hanyalah langit buatan sang ayah.Mereka berdua masih memperbincangkan berbagai hal. Sungguh Hari itu adalah hari paling indah yang pernah Bayu rasakan sejak dia lahir ke dunia. Ayahnya ada disana dan berbincang dengan dirinya."Jika aku mengatakan apa yang aku berikan padamu, itu bukan lagi sebuah kejutan. Kau tak perlu menduga hal yang luar biasa, karena pemberian dariku ini hanyalah sebuah hadiah kecil dan tak perlu kau besar-besaran hanya karena itu pemberian dari ayah," kata Jaka Geni."Tapi kau adalah ayahku. Sangat jarang aku bisa mendapatkan hadiah darimu, bahkan hingga ratusan tahun berlalu. Tapi itu tak menutup rasa hormatku padamu sebagai ayahku...Karena aku menjadi sadar, saat ini saja aku hanyalah seorang Raja yang menguru
Duarr!Ledakan dahsyat terjadi setelah dua sinar merah itu menghantam bebatuan yang ada dibawah sana. Sosok yang terbang melayang itu tertawa puas sambil menatap kearah bebatuan yang hancur berantakan oleh serangannya."Mampus kau bocah tolol!" teriaknya.Baru saja dia berkata seperti itu, tiba-tiba saja dari arah bawah sana meluncur satu pedang yang langsung menyerang dirinya. Sosok itu dengan geram menggunakan tangan kirinya untuk menghalau pedang tersebut. Namun tepat sebelum dia menyentuh pedang itu, dari dalam pedang muncul sosok Bayu Jaga Geni yang langsung menggenggam gagang pedang tersebut dan melakukan gerakan berputar. Pedang di tangannya bergerak cepat menebas kedepan.Craas!Tangan kiri sosok itu pun putus oleh pedang di tangan Bayu Jaga Geni."Kau pikir serangan seperti itu akan mengalahkan diriku? Kau salah besar makhluk busuk!" ucap Bayu lalu kakinya pun menendang kedepan. Buk!Dad
Batara Geni tersenyum membuat Dewi Amaterasu melirik kearahnya."Kenapa kau tersenyum?" tanyanya."Hanya hal kecil yang baru aku selesaikan," jawab Jaka Geni membuat wanita cantik berambut panjang itu memiringkan tubuhnya sehingga kini dia bisa menatap wajah pria yang masih terlihat sangat muda tersebut padahal dia sudah berusia ratusan tahun."Kau membuatku penasaran," kata wanita itu sambil menutupi tubuhnya yang terbuka dengan pakaian miliknya yang tadi berserakan di lantai kuil."Ini hanya masalah kecil yang sebenarnya sudah lama ingin kau bereskan. Dan sekarang aku sudah lega, karena satu masalah sudah terselesaikan. Kau tak perlu menduga atau menebak karena itu tidak penting untukmu. Aku ingin bertanya tentang perkembangan anak kita," kata Jaka Geni mengalihkan pembicaraan."Kojiro sudah berada di Ranah Alam Dewa, sedangkan Tatsuka masi dalam pelatihan tertutup untuk naik ke Ranah Alam Dewa sebelum turnamen di mulai," kata Amaterasu masih sambil menatap wajah Jaka Geni. Pria yan
Duaaaaaar!Kojiro Geni lagi-lagi hanya bisa menghindar saat Tatsuki Geni adiknya menyerang dirinya. Sambil menghindari serangan, dia pun memikirkan cara untuk mengalahkan sang adik yang tengah menggunakan Jurus Perisai Langit. Satu jurus yang memiliki kemampuan ganda yaitu untuk bertahan dari serangan dan juga untuk menyerang!"Saat dia melompat, serangan dari perisai tidak terlihat nya itu lima tombak sebelum Tatsuki sampai. Jarak yang cukup jauh. Tapi, itu adalah celah untuk menyerangnya..." batin Kojiro.Tatsuki yang merasa diatas angin terus saja mengejar kakaknya yang juga masih berpikir untuk mengalahkan perisai miliknya. Dengan kecepatan yang Kojiro miliki, akan susah bagi Tatsuka untuk mengalahkan dirinya meski gadis itu menggunakan Jurus Perisai Langit.Seett!Kojiro melesat saat Tatsuki kembali melompat. Gadis itu terkejut karena tiba-tiba sang kakak sudah berada di hadapannya dan langsung menghujamkan lima jarinya yang mengandung kekuatan petir kuning.Bledaaarrr!Kojiro te
Kojiro Geni membuka Kedua matanya. Dia terkejut saat melihat ayah dan ibunya tengah sama-sama menatap kearahnya."Apa yang kalian berdua lakukan?" tanya pemuda itu belum ingat apa yang baru saja terjadi."Kau baru saja hampir membunuh Tatsuka nak," sahut Dewi Amaterasu.Terperanjatlah hati pemuda itu dan langsung mencari keberadaan adiknya dengan tatapan mata cemas. Tatsuka adalah adik yang paling dia kasih karena hanya adiknyalah yang bisa mengerti perasaannya. Jaka Geni tersenyum lalu menepuk bahu anaknya tersebut."Tak perlu khawatir, dia baik-baik saja." kata Jaka Geni membuat Kojiro merasa lega."Apa yang terjadi padaku?" tanya pemuda itu pada ibunya.Sang ibu menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan keras."Kau masih belum menguasai Jurus Langkah Pedang Petir dengan sempurna. Jurus pemberian ayahmu itu sangat mudah menguasai jiwa dan pikiran saat kau tidak bisa mengendalikan pikiranmu dengan baik. Kau seharusnya tidak terpancing amarah agar kau tetap bisa mengend