Kojiro Geni membuka Kedua matanya. Dia terkejut saat melihat ayah dan ibunya tengah sama-sama menatap kearahnya."Apa yang kalian berdua lakukan?" tanya pemuda itu belum ingat apa yang baru saja terjadi."Kau baru saja hampir membunuh Tatsuka nak," sahut Dewi Amaterasu.Terperanjatlah hati pemuda itu dan langsung mencari keberadaan adiknya dengan tatapan mata cemas. Tatsuka adalah adik yang paling dia kasih karena hanya adiknyalah yang bisa mengerti perasaannya. Jaka Geni tersenyum lalu menepuk bahu anaknya tersebut."Tak perlu khawatir, dia baik-baik saja." kata Jaka Geni membuat Kojiro merasa lega."Apa yang terjadi padaku?" tanya pemuda itu pada ibunya.Sang ibu menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan keras."Kau masih belum menguasai Jurus Langkah Pedang Petir dengan sempurna. Jurus pemberian ayahmu itu sangat mudah menguasai jiwa dan pikiran saat kau tidak bisa mengendalikan pikiranmu dengan baik. Kau seharusnya tidak terpancing amarah agar kau tetap bisa mengend
Kojiro Geni terdiam mendengar apa yang Jaka Geni katakan. Dia tidak menyangka sama sekali ayahnya akan berkata seperti itu seolah dia sudah mendapat pengakuan dari sang ayah bahwa dirinya bukan lagi anak kecil dimata Mahadewa tersebut.Setelah beberapa saat diam, pemuda itu pun tersenyum tipis lalu berkata kepada Jaka Geni."Ayah, aku ingin bertarung melawanmu. Apakah kemampuanku ini bisa membuatmu sedikit bekerja," Jaka menatap anaknya tersebut selama beberapa saat sebelum akhirnya dia menganggukkan kepala pertanda dia menyetujui permintaan Kojiro. Girang karena sang ayah mengabulkan permintaannya, Kojiro pun berteriak senang.Pemuda itu melompat menjauh dan langsung memasang kuda-kuda. Di tanah bulan itu mereka bisa bertarung dengan kekuatan penuh tanpa takut merusak dunia manusia ataupun dunia dewa. Kojiro langsung saja menggunakan wujud Dewa miliknya.Jaka Geni tersenyum kecil."Langsung menggunakan kekuatan penuh ya?" tanyanya.Kojiro tersenyum tipis."Tentu saja. Ayah memiliki
Iyana Tunggadewi menatap kearah langit saat dia merasakan hawa kehadiran orang yang paling dia tunggu-tunggu. Jaka Geni mendarat didepannya dengan perlahan."Iyana, ada apa?'" tanya Jaka Geni tanpa basa basi. Dia langsung bertanya seperti itu karena dia melihat wajah istrinya yang terlihat gelisah."Kakang, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Tapi sepertinya aku ingin membicarakan masalah ini tanpa satu orang pun yang tahu. Bisakah kita membicarakannya di dalam Kerajaan Jiwa?" tanya Iyana sang Dewi Kematian."Sepertinya kau tidak percaya pada satu orang pun ya? Baiklah, kita pergi ke Kerajaan Jiwa. Aku akan meminta semua orang disana keluar dari Istana untuk sementara," kata Jaka Geni.Pria itu pun duduk bersila diatas tanah berumput. Iyana Tunggadewi melakukan hal yang sama. Saat Jaka memejamkan mata, tubuh wanita itu secara aneh masuk kedalam tubuh Jaka Geni begitu saja.Saat mereka sama-sama membuka mata, keduanya telah berada di dalam istana kerajaan. Keadaan terlihat sepi dan l
Jaya tak bisa berkata apa-apa setelah melihat kedua mata Dewi Durga yang menyala ungu. Tubuhnya terasa kaku tak bisa digerakkan."Aku...Aku tidak bisa melakukannya dengan tubuh selemah ini...! Aku bahkan hampir mati di tangannya. Tak hanya itu, saat aku bertarung melawannya, ada satu sosok yang melayang di langit memperhatikan kami. Akan tetapi dia diam saja dan sepertinya hanya aku yang menyadari keberadaannya. Bocah itu sepertinya tidak tahu tentang sosok tersebut. Itulah kenapa aku memilih untuk kabur menyelamatkan diri setelah membuat bocah Sakti itu tergeletak. Jika aku terus disana, aku takut sosok itu akan turun dan menyerangku," kata Jaya dengan wajah pucat karena tekanan dari kedua mata Durga yang mencekik lehernya."Oh? Siapa yang memiliki kemampuan untuk membuatmu takut dan kabur begitu saja? Apakah kau merasa bahwa kau bukanlah lawannya?" tanya Dewi Durga masih dengan mata menyala."Lepaskan...! Lepaskan dulu tekanan ini...! Aku hampir tidak bisa bernapas...!" teriak Jaya
Setelah pertemuan dengan Dewi Kematian istrinya selesai, Jaka Geni kembali menemui Izanagi dan Amaterasu. Sementara, Iyana kembali ke Dunia Kematian menggunakan portal Gaib miliknya.Dalam perjalanannya menuju ke tempat Izanagi berada, Jaka Geni tersenyum sendiri mengingat apa yang baru saja dia lakukan bersama istrinya."Rasanya masih saja sama seperti dulu. Tidak berubah dan malah semakin indah...Iyana, kau begitu banyak membantuku. Nanti aku akan memberikan hadiah untukmu," batin Jaka Geni.Dia mendarat di halaman kecil dimana terdapat sebuah pondok kayu bercat merah. Izanagi dan Amaterasu telah menantinya sambil minum teh."Kau sudah kembali Jaka?" sapa Izanagi berbasa-basi.Jaka Geni mengangguk. Dia melirik kearah Amaterasu yang tidak menoleh bahkan melirik dirinya sekalipun. Wanita cantik itu nampak diam dan dingin meski Jaka sudah berada di sana. Melihat hal itu, pria itu pun tersenyum dan berniat menggodanya."Ayah mertua, maafkan aku. Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di
Kedua Buto kakak beradik itu balas membungkuk hormat sehingga mereka dan Tatsuka Geni malah jadi saling menghormat satu sama lain sehingga ketiganya terlihat lucu."Tuan Putri tidak perlu memberi hormat kepada kami yang seorang pelayan. Takutnya ini akan membuat hati Pangeran dan Dewi Matahari tersinggung." kata Buto Abang yang wujudnya menyerupai sosok manusia berkulit merah darah dengan kedua mata yang menyala merah. Meski tidak memiliki Tanduk karena dia tengah menjadi sosok manusia, siapa pun akan menduga bahwa dia adalah seorang Iblis."Benar Tuan Putri, kami merasa tidak enak jika harus mendapat penghormatan darimu. Jadi, anggap saja kami ini pelayan mu juga, sama seperti Batara Geni dan kami berdua." timpal Buto Ireng yang wujudnya juga sesosok bertubuh manusia namun memiliki kulit hitam legam dan hanya kedua matanya saja yang menyala merah.Meski mereka berubah menjadi sosok manusia, mereka tetap saja menyeramkan."Tatsuka anakku, kau memiliki hati yang bersih dan polos. Jika
Kojiro Geni menatap kearah Buto Abang. Dia terkejut melihat wujud asli dari lawannya tersebut. Tidak hanya itu, dia pun merasakan aura yang luar biasa dari rasaksa merah itu."Aura yang sangat kuat...! Bahkan ini lebih kuat dari Dewa Lang yang pernah mengajari diriku di Probo Lintang!" seru Kojiro dalam hati.Meskipun dia merasa ragu untuk melanjutkan pertarungan, mengingat keangkuhan yang dia tunjukkan sejak awal, pemuda itu pun tidak berniat sedikitpun untuk menyerah. Tak peduli seberapa kuatnya makhluk diatas sana, dia akan tetap melawannya sampai dia benar-benar tak bisa bergerak.Buto Abang meluncur kebawah bagai meteor yang menyala merah. Tekanan aura dari tubuhnya membuat tanah di bawah kaki Kojiro bergetar. Pemuda itu tidak merasa takut sedikit pun. Dia langsung meluncur keatas menyongsong serangan Buto Abang dengan sangat cepat.Tinju kedua makhluk itu pun saling beradu dengan keras.Buk!BLEGAAAAAAAR!Ledakan keras disertai gelombang tenaga dalam menyebar ke segala arah. Jak
Bola merah raksasa itu mengeluarkan semburat cahaya merah membara. Bukan hawa panas membara yang terasa, namun hawa dingin yang bercampur dengan hawa panas sehingga semua orang akan menyepelekan Pukulan Membakar Amarah Iblis. Siapa pun yang terkena seranganan itu akan mengalami lumpuh di seluruh tubuh dan perlahan-lahan tubuhnya pun akan hancur menjadi serbuk merah membara seperti terbakar oleh api.Semua orang terkejut saat tahu Tatsuka Geni sudah berada didalam kubah merah milik Jaka Geni dan langsung mengerahkan Jurus Perisai Langit miliknya untuk melindungi sang kakak. Kojiro sempat melihat kedatangan Tatsuka yang tiba-tiba muncul begitu saja didalam kubah merah."Bagaimana bisa dia masuk kedalam tempat ini?" batin Kojiro.Tubuhnya pun menghantam tanah dengan keras. Brak!Darah keluar dari mulutnya pertanda dia terluka dalam. Sementara itu, bola raksasa berwarna merah milik Buto Abang menghantam Perisai langit milik Tatsuka.DUUUM!Bola merah itu tertahan di udara. Kedua mata gadi