Bola merah raksasa itu mengeluarkan semburat cahaya merah membara. Bukan hawa panas membara yang terasa, namun hawa dingin yang bercampur dengan hawa panas sehingga semua orang akan menyepelekan Pukulan Membakar Amarah Iblis. Siapa pun yang terkena seranganan itu akan mengalami lumpuh di seluruh tubuh dan perlahan-lahan tubuhnya pun akan hancur menjadi serbuk merah membara seperti terbakar oleh api.Semua orang terkejut saat tahu Tatsuka Geni sudah berada didalam kubah merah milik Jaka Geni dan langsung mengerahkan Jurus Perisai Langit miliknya untuk melindungi sang kakak. Kojiro sempat melihat kedatangan Tatsuka yang tiba-tiba muncul begitu saja didalam kubah merah."Bagaimana bisa dia masuk kedalam tempat ini?" batin Kojiro.Tubuhnya pun menghantam tanah dengan keras. Brak!Darah keluar dari mulutnya pertanda dia terluka dalam. Sementara itu, bola raksasa berwarna merah milik Buto Abang menghantam Perisai langit milik Tatsuka.DUUUM!Bola merah itu tertahan di udara. Kedua mata gadi
Kojiro hanya bisa menunduk mendengar nasehat dari sang ayah. Dia merasa konyol dengan dirinya sendiri yang selalu merasa hebat. Setelah mengalami kekalahan yang tidak jauh berbeda dengan saat dirinya di Probo Lintang dulu, akhirnya dia mulai berpikir jernih. Kesombongan akan runtuh dengan cepatnya karena kurangnya waspada."Baik, aku mengerti ayah...Mulai sekarang, aku akan berlatih lebih giat lagi. Apakah paman Abang dan Paman Ireng akan tetap disini untuk melatih kami?" tanya Kojiro."Mereka memang kuat. Tapi setelah pertarungan tadi, aku khawatir kau dan Tatsuka justru akan menindasnya. Oleh karena itu, aku akan memberikan seorang pelatih yang paling cocok dengan kalian. Tapi jangan harap dia akan sesopan dua Buto ini. Bagaimana?" tanya Bara.Buto Abang dan Buto Ireng saling pandang dan mereka sama-sama tersenyum kecil."Pasti makhluk itu," bisil Buto Ireng."Siapa lagi yang memiliki perangai paling buruk di Kerajaan Jiwa Batara Geni? Dia hanya patuh pada Batara saja," sahut Buto A
Dewi Amaterasu melangkah menuju ke kolam jernih tersebut. Dengan perlahan dia melepas satu persatu pakaian miliknya. Hingga Jaka Geni bisa melihat tubuh tanpa selembar benang pu dari belakang. Rambutnya yang terurai panjang meliuk-liuk saat kakinya melangkah dengan anggun menuju ke kolam.Jaka menatap tak berkedip kearah tubuh istrinya tersebut. Dia tersenyum kecil sambil duduk di dalam pendopo kayu."Sudah lama aku bersamanya, tak ada yang berubah dari dirinya. Apakah dia selalu menjadi gadis setiap aku datang berkunjung? Atau dia pandai merawat diri? Hm...Apa yang wanita lakukan untuk merawat tubuhnya agar tetap indah? Sungguh hal tabu untuk diriku..." batin Jaka sambil menatap kearah kolam air dimana istrinya tengah mandi.Wanita itu menggosok tubuhnya dengan lembut. Sesekali dia mencelupkan kepalanya masuk kedalam air. Jaka Geni yang melihat tubuh wanita itu meliuk-liuk di air tidak bisa bertahan lebih lama lagi untuk menunggu.Dia pun berjalan menuju ke kolam lalu melepas pakaian
Kojiro Geni yang melihat sinar hitam itu menderu kearahnya segera menyilangkan kedua tangan didepan kepalanya sambil mengerahkan perisai petir miliknya. Suuut!Daaar!Tubuh putra Jaka Geni itu terpental sejauh lima tombak dan mendarat di tanah dengan punggung lebih dulu. Lao Hu menyeringai lebar mengerikan lalu dia melepaskan cekikan nya pada leher Tatsuka sehingga gadis itu terlepas dan jatuh ke tanah sambil memegangi lehernya yang terasa sakit."Kalian kalah! Aku beri waktu istrirahat sampai tenaga kalian pulih kembali. Setelah itu kita akan melihat sejauh mana kalian bisa bekerjsama dan menahan serangan setengah kekuatanku. Jika itu berhasil, maka aku akan meningkat sedikit setiap serangan dan kecepatan. Jangan salah paham, aku melakukan ini karena permintaan Batara Geni. Bukan karena aku mengasihi kalian. Mengerti!?" kata Lao Hu lalu tanpa menunggu jawaban dia segera melompat kearah batu besar sambil mengaum keras.Kojiro Geni segera bangkit berdiri. Dia menatap kearah lengan kana
Dewi Durga menatap tubuh Jaya yang sudah mengering hanya menyisakan tulang berkulit. Darah, daging dan jiwanya semua terhisap masuk kedalam tubuhnya. Perut wanita itu pun nampak terlihat besar seperti wanita yang sudah hamil sembilan bulan.Dengan perlahan Durga bangkit berdiri dan melayang turun dari atas batu datar tersebut. Dia mengusap perutnya yang besar seperti ibu yang menyayangi anaknya."Tak akan lama lagi, aku akan kembali...Dengan kekuatan yang lebih sempurna. Jaka Geni, tunggu sampai aku datang padamu dan menghancurkan dirimu!" ucap Dewi Durga.Dia pun berjalan dengan perlahan menuju ke sebuah peti kayu kecil yang tertutup. Lalu dengan perlahan wanita itu mengambil botol kecil berwarna putih yang didalamnya terdapat darah miliknya."Ini yang terakhir. Aku akan mengalami kematian untuk kedua kalinya...Benar-benar menyiksa sekali hidup ini. Setelah ini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi..." batin Durga lalu dia membuka tutup botol yang terbuat dari kaca tersebut. Sesaat d
Tibet...Pegunungan Tibet yang menjulang tinggi itu porak poranda dan hancur di banyak sisi tebingnya. Bahkan ada satu gunung yang hancur tak berbekas alias menghilang hingga membentuk lubang seperti baru saja terjadi ledakan yang sangat besar. Api berkobar dimana-mana dengan asap yang membubung tinggi ke langit.Bara Sena melayang terbang sambil menggenggam Golok Iblis di tangannya. Beberapa luka nampak terlihat di wajah dan tangannya. Pakaiannya pun robek di beberapa bagian. Napasnya tersengal dan seperti mau putus.Didepan sana, dengan jarak belasan tombak terlihat satu sosok Kera bertubuh sebesar dirinya membawa tongkat emas dalam keadaan yang tidak jauh berbeda. Sosok Kera tersebut adalah Raja Kera Iblis Sun Wukong.Ganesha menatap bergantian kearah mereka berdua."Tujuh hari mereka bertarung tanpa henti hingga menghancurkan pegunungan ini. Tapi kenapa Guru tak kunjung bangun dari pertapaannya? Apakah guncangannya belum cukup untuk membangunkannya? Keadaan semakin genting...Jika
Pertarungan Pendekar Golok Iblis Bara Sena melawan Raja Kera Iblis Sun Wukong terhenti saat terjadi getaran hebat di wilayah pegunungan Tibet. Keduanya sama-sama tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan sama-sama mencurigai bahwa itu kekuatan salah satu dari mereka. Namun setelah Sun menanyakan tentang kekuatan tersebut, Bara menjadi penasaran, apa sebenarnya yang terjadi dengan tempat yang dipijaknya. Rasa penasaran mereka semakin mencuat saat salah satu gunung yang tingginya lebih dari seribu tombak itu amblas masuk kedalam bumi!Rasa penasaran sekaligus khawatir terlihat di wajah mereka berdua, namun tidak untuk Dewa berkepala gajah yang tidak lain adalah Ganesha yang juga berada di sana menyaksikan pertarungan mereka berdua. Ganesha justru malah tersenyum senang.Tanah terbelah hingga membuat guncangan dahsyat. Bara masih berada di tanah tersebut karena dia tak mungkin pergi dalam keadaan Tongkat Pilar Langit dan jurus Tangan Dewa Menghujam Bumi milik Sun Wukong masih menekan d
Dewa Kera Putih Anoman melesat kearah Bara Sena dan Sun Wukong yang baru saja tertawa cekikikan. Kedatangan Anoman membuat mereka berdua hentikan tawa dan segera melompat mundur."Berpencar!" teriak Bara.Sun Wukong kearah kiri dan Bara kearah kanan. Anoman yang sempat bingung langsung saja melesat kearah Sun Wukong yang sebelumnya tertawa paling kencang. Melihat dirinya yang menjadi sasaran, Sun Wukong bersiul memanggil Tongkat Pilar Langit miliknya.Tongkat Emas yang menancap di tanah itu tercabut dengan sendirinya dan melayang di udara. Lalu secara aneh meluncur kearah Sun Wukong yang tengah dikejar oleh Anoman.Tepat disaat Anoman hampir meraih kaki Sun Wukong, Tongkat Pilar Langit datang dan menyerangnya. Dengan cepat Kera Putih tersebut menghalau tongkat tersebut dengan tangannya.Trak!Tongkat itu pun terpental dan menjauh. Sun Wukong yang merasakan kekuatan Anoman melemah akibat menggunakan Golok Iblis milik Bara menjadi merasa sedikit berani. Dia menoleh kearah Dewa Kera Puti