Batara Geni tersenyum membuat Dewi Amaterasu melirik kearahnya."Kenapa kau tersenyum?" tanyanya."Hanya hal kecil yang baru aku selesaikan," jawab Jaka Geni membuat wanita cantik berambut panjang itu memiringkan tubuhnya sehingga kini dia bisa menatap wajah pria yang masih terlihat sangat muda tersebut padahal dia sudah berusia ratusan tahun."Kau membuatku penasaran," kata wanita itu sambil menutupi tubuhnya yang terbuka dengan pakaian miliknya yang tadi berserakan di lantai kuil."Ini hanya masalah kecil yang sebenarnya sudah lama ingin kau bereskan. Dan sekarang aku sudah lega, karena satu masalah sudah terselesaikan. Kau tak perlu menduga atau menebak karena itu tidak penting untukmu. Aku ingin bertanya tentang perkembangan anak kita," kata Jaka Geni mengalihkan pembicaraan."Kojiro sudah berada di Ranah Alam Dewa, sedangkan Tatsuka masi dalam pelatihan tertutup untuk naik ke Ranah Alam Dewa sebelum turnamen di mulai," kata Amaterasu masih sambil menatap wajah Jaka Geni. Pria yan
Duaaaaaar!Kojiro Geni lagi-lagi hanya bisa menghindar saat Tatsuki Geni adiknya menyerang dirinya. Sambil menghindari serangan, dia pun memikirkan cara untuk mengalahkan sang adik yang tengah menggunakan Jurus Perisai Langit. Satu jurus yang memiliki kemampuan ganda yaitu untuk bertahan dari serangan dan juga untuk menyerang!"Saat dia melompat, serangan dari perisai tidak terlihat nya itu lima tombak sebelum Tatsuki sampai. Jarak yang cukup jauh. Tapi, itu adalah celah untuk menyerangnya..." batin Kojiro.Tatsuki yang merasa diatas angin terus saja mengejar kakaknya yang juga masih berpikir untuk mengalahkan perisai miliknya. Dengan kecepatan yang Kojiro miliki, akan susah bagi Tatsuka untuk mengalahkan dirinya meski gadis itu menggunakan Jurus Perisai Langit.Seett!Kojiro melesat saat Tatsuki kembali melompat. Gadis itu terkejut karena tiba-tiba sang kakak sudah berada di hadapannya dan langsung menghujamkan lima jarinya yang mengandung kekuatan petir kuning.Bledaaarrr!Kojiro te
Kojiro Geni membuka Kedua matanya. Dia terkejut saat melihat ayah dan ibunya tengah sama-sama menatap kearahnya."Apa yang kalian berdua lakukan?" tanya pemuda itu belum ingat apa yang baru saja terjadi."Kau baru saja hampir membunuh Tatsuka nak," sahut Dewi Amaterasu.Terperanjatlah hati pemuda itu dan langsung mencari keberadaan adiknya dengan tatapan mata cemas. Tatsuka adalah adik yang paling dia kasih karena hanya adiknyalah yang bisa mengerti perasaannya. Jaka Geni tersenyum lalu menepuk bahu anaknya tersebut."Tak perlu khawatir, dia baik-baik saja." kata Jaka Geni membuat Kojiro merasa lega."Apa yang terjadi padaku?" tanya pemuda itu pada ibunya.Sang ibu menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan keras."Kau masih belum menguasai Jurus Langkah Pedang Petir dengan sempurna. Jurus pemberian ayahmu itu sangat mudah menguasai jiwa dan pikiran saat kau tidak bisa mengendalikan pikiranmu dengan baik. Kau seharusnya tidak terpancing amarah agar kau tetap bisa mengend
Kojiro Geni terdiam mendengar apa yang Jaka Geni katakan. Dia tidak menyangka sama sekali ayahnya akan berkata seperti itu seolah dia sudah mendapat pengakuan dari sang ayah bahwa dirinya bukan lagi anak kecil dimata Mahadewa tersebut.Setelah beberapa saat diam, pemuda itu pun tersenyum tipis lalu berkata kepada Jaka Geni."Ayah, aku ingin bertarung melawanmu. Apakah kemampuanku ini bisa membuatmu sedikit bekerja," Jaka menatap anaknya tersebut selama beberapa saat sebelum akhirnya dia menganggukkan kepala pertanda dia menyetujui permintaan Kojiro. Girang karena sang ayah mengabulkan permintaannya, Kojiro pun berteriak senang.Pemuda itu melompat menjauh dan langsung memasang kuda-kuda. Di tanah bulan itu mereka bisa bertarung dengan kekuatan penuh tanpa takut merusak dunia manusia ataupun dunia dewa. Kojiro langsung saja menggunakan wujud Dewa miliknya.Jaka Geni tersenyum kecil."Langsung menggunakan kekuatan penuh ya?" tanyanya.Kojiro tersenyum tipis."Tentu saja. Ayah memiliki
Iyana Tunggadewi menatap kearah langit saat dia merasakan hawa kehadiran orang yang paling dia tunggu-tunggu. Jaka Geni mendarat didepannya dengan perlahan."Iyana, ada apa?'" tanya Jaka Geni tanpa basa basi. Dia langsung bertanya seperti itu karena dia melihat wajah istrinya yang terlihat gelisah."Kakang, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Tapi sepertinya aku ingin membicarakan masalah ini tanpa satu orang pun yang tahu. Bisakah kita membicarakannya di dalam Kerajaan Jiwa?" tanya Iyana sang Dewi Kematian."Sepertinya kau tidak percaya pada satu orang pun ya? Baiklah, kita pergi ke Kerajaan Jiwa. Aku akan meminta semua orang disana keluar dari Istana untuk sementara," kata Jaka Geni.Pria itu pun duduk bersila diatas tanah berumput. Iyana Tunggadewi melakukan hal yang sama. Saat Jaka memejamkan mata, tubuh wanita itu secara aneh masuk kedalam tubuh Jaka Geni begitu saja.Saat mereka sama-sama membuka mata, keduanya telah berada di dalam istana kerajaan. Keadaan terlihat sepi dan l
Jaya tak bisa berkata apa-apa setelah melihat kedua mata Dewi Durga yang menyala ungu. Tubuhnya terasa kaku tak bisa digerakkan."Aku...Aku tidak bisa melakukannya dengan tubuh selemah ini...! Aku bahkan hampir mati di tangannya. Tak hanya itu, saat aku bertarung melawannya, ada satu sosok yang melayang di langit memperhatikan kami. Akan tetapi dia diam saja dan sepertinya hanya aku yang menyadari keberadaannya. Bocah itu sepertinya tidak tahu tentang sosok tersebut. Itulah kenapa aku memilih untuk kabur menyelamatkan diri setelah membuat bocah Sakti itu tergeletak. Jika aku terus disana, aku takut sosok itu akan turun dan menyerangku," kata Jaya dengan wajah pucat karena tekanan dari kedua mata Durga yang mencekik lehernya."Oh? Siapa yang memiliki kemampuan untuk membuatmu takut dan kabur begitu saja? Apakah kau merasa bahwa kau bukanlah lawannya?" tanya Dewi Durga masih dengan mata menyala."Lepaskan...! Lepaskan dulu tekanan ini...! Aku hampir tidak bisa bernapas...!" teriak Jaya
Setelah pertemuan dengan Dewi Kematian istrinya selesai, Jaka Geni kembali menemui Izanagi dan Amaterasu. Sementara, Iyana kembali ke Dunia Kematian menggunakan portal Gaib miliknya.Dalam perjalanannya menuju ke tempat Izanagi berada, Jaka Geni tersenyum sendiri mengingat apa yang baru saja dia lakukan bersama istrinya."Rasanya masih saja sama seperti dulu. Tidak berubah dan malah semakin indah...Iyana, kau begitu banyak membantuku. Nanti aku akan memberikan hadiah untukmu," batin Jaka Geni.Dia mendarat di halaman kecil dimana terdapat sebuah pondok kayu bercat merah. Izanagi dan Amaterasu telah menantinya sambil minum teh."Kau sudah kembali Jaka?" sapa Izanagi berbasa-basi.Jaka Geni mengangguk. Dia melirik kearah Amaterasu yang tidak menoleh bahkan melirik dirinya sekalipun. Wanita cantik itu nampak diam dan dingin meski Jaka sudah berada di sana. Melihat hal itu, pria itu pun tersenyum dan berniat menggodanya."Ayah mertua, maafkan aku. Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di
Kedua Buto kakak beradik itu balas membungkuk hormat sehingga mereka dan Tatsuka Geni malah jadi saling menghormat satu sama lain sehingga ketiganya terlihat lucu."Tuan Putri tidak perlu memberi hormat kepada kami yang seorang pelayan. Takutnya ini akan membuat hati Pangeran dan Dewi Matahari tersinggung." kata Buto Abang yang wujudnya menyerupai sosok manusia berkulit merah darah dengan kedua mata yang menyala merah. Meski tidak memiliki Tanduk karena dia tengah menjadi sosok manusia, siapa pun akan menduga bahwa dia adalah seorang Iblis."Benar Tuan Putri, kami merasa tidak enak jika harus mendapat penghormatan darimu. Jadi, anggap saja kami ini pelayan mu juga, sama seperti Batara Geni dan kami berdua." timpal Buto Ireng yang wujudnya juga sesosok bertubuh manusia namun memiliki kulit hitam legam dan hanya kedua matanya saja yang menyala merah.Meski mereka berubah menjadi sosok manusia, mereka tetap saja menyeramkan."Tatsuka anakku, kau memiliki hati yang bersih dan polos. Jika