Batara Geni dan anaknya, Bayu Jaga Geni masih duduk di atas kubah menara menikmati indahnya langit yang tak pernah Bayu sadari karena dia tidak pernah merasakan waktu langka bersama ayahnya seperti saat ini. Padahal itu hanyalah langit buatan sang ayah.Mereka berdua masih memperbincangkan berbagai hal. Sungguh Hari itu adalah hari paling indah yang pernah Bayu rasakan sejak dia lahir ke dunia. Ayahnya ada disana dan berbincang dengan dirinya."Jika aku mengatakan apa yang aku berikan padamu, itu bukan lagi sebuah kejutan. Kau tak perlu menduga hal yang luar biasa, karena pemberian dariku ini hanyalah sebuah hadiah kecil dan tak perlu kau besar-besaran hanya karena itu pemberian dari ayah," kata Jaka Geni."Tapi kau adalah ayahku. Sangat jarang aku bisa mendapatkan hadiah darimu, bahkan hingga ratusan tahun berlalu. Tapi itu tak menutup rasa hormatku padamu sebagai ayahku...Karena aku menjadi sadar, saat ini saja aku hanyalah seorang Raja yang menguru
Duarr!Ledakan dahsyat terjadi setelah dua sinar merah itu menghantam bebatuan yang ada dibawah sana. Sosok yang terbang melayang itu tertawa puas sambil menatap kearah bebatuan yang hancur berantakan oleh serangannya."Mampus kau bocah tolol!" teriaknya.Baru saja dia berkata seperti itu, tiba-tiba saja dari arah bawah sana meluncur satu pedang yang langsung menyerang dirinya. Sosok itu dengan geram menggunakan tangan kirinya untuk menghalau pedang tersebut. Namun tepat sebelum dia menyentuh pedang itu, dari dalam pedang muncul sosok Bayu Jaga Geni yang langsung menggenggam gagang pedang tersebut dan melakukan gerakan berputar. Pedang di tangannya bergerak cepat menebas kedepan.Craas!Tangan kiri sosok itu pun putus oleh pedang di tangan Bayu Jaga Geni."Kau pikir serangan seperti itu akan mengalahkan diriku? Kau salah besar makhluk busuk!" ucap Bayu lalu kakinya pun menendang kedepan. Buk!Dad
Batara Geni tersenyum membuat Dewi Amaterasu melirik kearahnya."Kenapa kau tersenyum?" tanyanya."Hanya hal kecil yang baru aku selesaikan," jawab Jaka Geni membuat wanita cantik berambut panjang itu memiringkan tubuhnya sehingga kini dia bisa menatap wajah pria yang masih terlihat sangat muda tersebut padahal dia sudah berusia ratusan tahun."Kau membuatku penasaran," kata wanita itu sambil menutupi tubuhnya yang terbuka dengan pakaian miliknya yang tadi berserakan di lantai kuil."Ini hanya masalah kecil yang sebenarnya sudah lama ingin kau bereskan. Dan sekarang aku sudah lega, karena satu masalah sudah terselesaikan. Kau tak perlu menduga atau menebak karena itu tidak penting untukmu. Aku ingin bertanya tentang perkembangan anak kita," kata Jaka Geni mengalihkan pembicaraan."Kojiro sudah berada di Ranah Alam Dewa, sedangkan Tatsuka masi dalam pelatihan tertutup untuk naik ke Ranah Alam Dewa sebelum turnamen di mulai," kata Amaterasu masih sambil menatap wajah Jaka Geni. Pria yan
Duaaaaaar!Kojiro Geni lagi-lagi hanya bisa menghindar saat Tatsuki Geni adiknya menyerang dirinya. Sambil menghindari serangan, dia pun memikirkan cara untuk mengalahkan sang adik yang tengah menggunakan Jurus Perisai Langit. Satu jurus yang memiliki kemampuan ganda yaitu untuk bertahan dari serangan dan juga untuk menyerang!"Saat dia melompat, serangan dari perisai tidak terlihat nya itu lima tombak sebelum Tatsuki sampai. Jarak yang cukup jauh. Tapi, itu adalah celah untuk menyerangnya..." batin Kojiro.Tatsuki yang merasa diatas angin terus saja mengejar kakaknya yang juga masih berpikir untuk mengalahkan perisai miliknya. Dengan kecepatan yang Kojiro miliki, akan susah bagi Tatsuka untuk mengalahkan dirinya meski gadis itu menggunakan Jurus Perisai Langit.Seett!Kojiro melesat saat Tatsuki kembali melompat. Gadis itu terkejut karena tiba-tiba sang kakak sudah berada di hadapannya dan langsung menghujamkan lima jarinya yang mengandung kekuatan petir kuning.Bledaaarrr!Kojiro te
Kojiro Geni membuka Kedua matanya. Dia terkejut saat melihat ayah dan ibunya tengah sama-sama menatap kearahnya."Apa yang kalian berdua lakukan?" tanya pemuda itu belum ingat apa yang baru saja terjadi."Kau baru saja hampir membunuh Tatsuka nak," sahut Dewi Amaterasu.Terperanjatlah hati pemuda itu dan langsung mencari keberadaan adiknya dengan tatapan mata cemas. Tatsuka adalah adik yang paling dia kasih karena hanya adiknyalah yang bisa mengerti perasaannya. Jaka Geni tersenyum lalu menepuk bahu anaknya tersebut."Tak perlu khawatir, dia baik-baik saja." kata Jaka Geni membuat Kojiro merasa lega."Apa yang terjadi padaku?" tanya pemuda itu pada ibunya.Sang ibu menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan keras."Kau masih belum menguasai Jurus Langkah Pedang Petir dengan sempurna. Jurus pemberian ayahmu itu sangat mudah menguasai jiwa dan pikiran saat kau tidak bisa mengendalikan pikiranmu dengan baik. Kau seharusnya tidak terpancing amarah agar kau tetap bisa mengend
Kojiro Geni terdiam mendengar apa yang Jaka Geni katakan. Dia tidak menyangka sama sekali ayahnya akan berkata seperti itu seolah dia sudah mendapat pengakuan dari sang ayah bahwa dirinya bukan lagi anak kecil dimata Mahadewa tersebut.Setelah beberapa saat diam, pemuda itu pun tersenyum tipis lalu berkata kepada Jaka Geni."Ayah, aku ingin bertarung melawanmu. Apakah kemampuanku ini bisa membuatmu sedikit bekerja," Jaka menatap anaknya tersebut selama beberapa saat sebelum akhirnya dia menganggukkan kepala pertanda dia menyetujui permintaan Kojiro. Girang karena sang ayah mengabulkan permintaannya, Kojiro pun berteriak senang.Pemuda itu melompat menjauh dan langsung memasang kuda-kuda. Di tanah bulan itu mereka bisa bertarung dengan kekuatan penuh tanpa takut merusak dunia manusia ataupun dunia dewa. Kojiro langsung saja menggunakan wujud Dewa miliknya.Jaka Geni tersenyum kecil."Langsung menggunakan kekuatan penuh ya?" tanyanya.Kojiro tersenyum tipis."Tentu saja. Ayah memiliki
Iyana Tunggadewi menatap kearah langit saat dia merasakan hawa kehadiran orang yang paling dia tunggu-tunggu. Jaka Geni mendarat didepannya dengan perlahan."Iyana, ada apa?'" tanya Jaka Geni tanpa basa basi. Dia langsung bertanya seperti itu karena dia melihat wajah istrinya yang terlihat gelisah."Kakang, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Tapi sepertinya aku ingin membicarakan masalah ini tanpa satu orang pun yang tahu. Bisakah kita membicarakannya di dalam Kerajaan Jiwa?" tanya Iyana sang Dewi Kematian."Sepertinya kau tidak percaya pada satu orang pun ya? Baiklah, kita pergi ke Kerajaan Jiwa. Aku akan meminta semua orang disana keluar dari Istana untuk sementara," kata Jaka Geni.Pria itu pun duduk bersila diatas tanah berumput. Iyana Tunggadewi melakukan hal yang sama. Saat Jaka memejamkan mata, tubuh wanita itu secara aneh masuk kedalam tubuh Jaka Geni begitu saja.Saat mereka sama-sama membuka mata, keduanya telah berada di dalam istana kerajaan. Keadaan terlihat sepi dan l
Jaya tak bisa berkata apa-apa setelah melihat kedua mata Dewi Durga yang menyala ungu. Tubuhnya terasa kaku tak bisa digerakkan."Aku...Aku tidak bisa melakukannya dengan tubuh selemah ini...! Aku bahkan hampir mati di tangannya. Tak hanya itu, saat aku bertarung melawannya, ada satu sosok yang melayang di langit memperhatikan kami. Akan tetapi dia diam saja dan sepertinya hanya aku yang menyadari keberadaannya. Bocah itu sepertinya tidak tahu tentang sosok tersebut. Itulah kenapa aku memilih untuk kabur menyelamatkan diri setelah membuat bocah Sakti itu tergeletak. Jika aku terus disana, aku takut sosok itu akan turun dan menyerangku," kata Jaya dengan wajah pucat karena tekanan dari kedua mata Durga yang mencekik lehernya."Oh? Siapa yang memiliki kemampuan untuk membuatmu takut dan kabur begitu saja? Apakah kau merasa bahwa kau bukanlah lawannya?" tanya Dewi Durga masih dengan mata menyala."Lepaskan...! Lepaskan dulu tekanan ini...! Aku hampir tidak bisa bernapas...!" teriak Jaya