Sementara itu, di halaman kediaman Sekte Xiao keadaan tengah kacau setelah kemunculan Zu Feng yang menyandera Xue Ruo.Raja Xue menatap geram kearah Zu Feng. Sedangkan Ratu Song Yue hanya diam melihat apa yang dilakukan oleh pria tersebut."Aliansi Pemburu Iblis, beraninya kalian menyandera putriku hah!?" hardik Raja Xue.Zu Feng tersenyum. "Maafkan aku Raja Xue, aku melakukan hal yang tidak sopan pada putrimu. Tapi tujuanku sudah tercapai. Saat aku bisa pergi dari sini, putrimu akan kembali dalam keadaan baik-baik saja. Aku jamin itu," kata Zu Feng.Hati pria tersebut mulai gelisah setelah mendengar suara gelegar petir di tempat dimana kawan-kawannya yang lain mencari pasangan pedang yang dibawa olehnya saat ini."Aku tidak bisa menghubungi Gu dan yang lainnya. Apa yang sebenarnya terjadi?" batin Zu Feng.Di gerbang kediaman Sekte Xiao, Zu Feng menotok leher Xue Ruo lalu dia pun melompat dan terbang kearah sumber suara ledakan petir. Perasaannya mengatakan sesuatu yang buruk telah t
Ratu Song Yue mengedarkan pandangan matanya ke orang-orang yang duduk di lantai menanti cerita darinya tentang Pedang Sepasang Naga Emas."Sebenarnya, cerita Pedang ini berhubungan dengan dunia dewa..."Ling Xin Jiang meletakkan dua pedang dengan ukuran yang berbeda di atas sebuah batu datar. Wajah cantiknya menampakkan senyuman bahagia karena telah berhasil membuat sepasang pedang yang mengeluarkan aura emas dan sangat kuat."Aku beri nama kalian Sepasang Naga Emas. Dengan pedang ini, lambang kesetiaan tak bisa dipecahkan..." ucapnya sambil menatap dua pedang dengan gagang yang sama-sama berbentuk kepala Naga."Seratus tahun menempa, hasilnya sangat memuaskan. Aku bisa memberikan kenang-kenangan kepada dua muridku sebelum naik ke kahyangan..."Ling Xin Jiang duduk bersila didepan sepasang pedang tersebut. Kedua tangannya bergerak membuat sebuah gerakan berputar seperti orang yang tengah menari. Rupanya itu adalah sebuah rapalan karena beberapa saat kemudian sepasang pedang itu berdir
"Pedang pun beralih kepada Ling Zao Jin dan Ling Xue Qi. Setelah pemberian dua senjata dewa tersebut, Ling Xin Jiang naik ke kahyangan menjadi Dewa Penguasa Alam. Dia menjadi Dewa kedua yang paling dihormati di kahyangan Utara selain Kaisar Langit." kata Ratu Song Yue."Jadi, Guru Qing Long mempunyai paman bernama Bima? Nama yang terdengar asing di telingaku. Setahuku, guru tidak pernah mengatakan apa-apa perihal orang bernama Bima. Darimana kau tahu hal itu, Ratu Song Yue?" tanya Tuan Agung Yuang Shi.Ratu Song menatap pria bertubuh besar tersebut."Kau belum lahir saat itu terjadi. 500 tahun yang lalu, peradaban belum sebagus sekarang. Aku mengetahui semua itu tentu saja dari ibuku. Karena ibuku berteman dekat dengan Dewa Chang Yun. Dan hal itu bukan rahasia lagi di keluarga besar kami," kata Ratu Song Yue.Banyak orang yang belum paham. Siapa Dewi bernama Chang Yun dan juga siapa itu Qing Long. Namun Ratu Es tak peduli. Dia sudah menjawab rasa ingin tahu orang-orang sehingga dia pu
Wanita cantik dengan rambut pirang dan tubuh tinggi semampai itu duduk di kursi yang empuk didalam sebuah penginapan yang terbilang paling mahal di kawasan Dermaga Tanjungradja. Matanya yang biru mengawasi dua pria yang menawarkan minuman dan juga makanan kepadanya."Uni, boleh kami tahu siapa nama Uni?" tanya pria bertubuh kurus.Wanita yang tak lain adalah Afrodit sang Dewi Asmara itu tersenyum kecil."Panggil saja aku Putri," sahutnya."Putri ya...Kalau begitu, ijinkan kami memperkenalkan diri. Nama saya Repati," kata si kurus memperkenalkan dirinya."Kalau saya Rasda," timpal pria bertubuh tambun.Afrodit tersenyum."Baiklah, aku akan menginap semalam disini. Kalau bisa, besok pagi buta perahuku sudah siap untuk berlayar," ucapnya sambil meminum teh panas yang disediakan oleh Repati."Hm...Minuman ini cukup enak. Ini kali pertama aku meminum sesuatu dari dunia manusia. Sialnya, aku meminum air seperti kencing ini di wilayah lain..." batin wanita tersebut.Namun dia mengakui minuma
Rasda segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Putri. Dia mengenakan pakaiannya kembali lalu dengan perasaan yang benar-benar sulit untuk dijelaskan, dia menyeret tubuh Repati kawannya yang sudah hancur dan dalam keadaan sekarat itu menuju keluar dari dalam kamar.Wajah pria tambun itu benar-benar terlihat pucat karena saking takutnya. Dia berpikir untuk kabur dari dalam perahu tersebut. Tapi, angan-angan itu seolah telah sirna saat Rasda sampai di atas geladak perahu."Ini...sejak kapan perahu ini berlayar?" batin pria muda tersebut.Dia yakin sebelumnya perahu itu masih bersandar di dermaga Tanjungradja. Alangkah kagetnya pria tambun itu saat mendapati dirinya dan perahu itu sudah berada di tengah lautan."Uda...Kita tertipu...wanita ini jelas bukan seorang manusia..." ucap Rasda dengan air mata yang mulai menetes di pipi.Namun orang yang dipanggil Uda (kakak laki-laki bahasa minang) itu telah tewas setelah kehabisan banyak darah. Dengan air mata berlinang, Rasda pun menceburk
Bara melesat dengan cepat menuju kearah Ko Jing yang masih berdiri dengan tatapan mata terkejut. Siapa sangka pemuda itu akan menyerangnya secara langsung tanpa pikir panjang.Tiba-tiba dari arah atas melesat Ko Sui yang langsung melancarkan serangan kaki memotong gerakan Bara Sena dengan keras.Blam!Bara berhasil menghindar dari serangan tersebut hingga akhirnya serangan Ko Sui menghantam tanah dengan keras hingga meledak dan hancur."Kau cepat juga ya...? Ini baru saja dimulai," kata Ko Sui sambil menyeringai didalam topengnya.Bara menyeringai sinis."Benarkah? Aku sudah memulainya sejak tadi," ucapnya dengan kedua mata yang menyala ungu."Ko Sui! Hati-hati!" seru Ko Jing.Ko Sui pun segera melompat ke udara saat dirinya menyadari sesuatu yang ada di bawah kakinya. Dari dalam tanah muncul rantai ungu yang langsung melesat dengan cepat kearahnya."Rantai mengandung racun!?" batin Ko Sui yang bisa merasakan aura dari rantai tersebut.Tangannya bergerak menyilang lalu dari dalam leng
Ko Jing menatap pria yang berdiri tak jauh di hadapannya. Kedua matanya menatap tajam."Siapa kau?" tanyanya.Pria tersebut tersenyum. Saat dia mendekat kearah Ko Jing, nampak sebuah pedang tergantung di pinggangnya."Aku biasa dipanggil sebagai Pendekar Bayangan Ganda. Namaku Xu Yuan Liu. Kau boleh memanggilku Yuan Liu," kata pria bernama Xu Yuan Liu tersebut."Yuan Liu? Apakah kau berasal dari keluarga Liu?" tanya Ko Jing."Benar sekali...Aku baru saja datang bersama beberapa orang untuk menangkap orang yang membunuh saudara kami di Jiangsu. Tenang saja, aku tidak akan mencampuri urusanmu dengan Pedang Sepasang Naga Emas itu. Aku hanya menawarkan sebuah kerjasama. Apakah kau berminat?" kata Yuan Liu."Maksudmu, Tetua Liu yang tinggal di Kota Jiangsu dibunuh oleh pemuda itu!?" tanya Ko Jing tak percaya."Iya, tak hanya saudara Liu kami. Bahkan ratusan anggota keluarga Liu yang ada di Jiangsu dibantai habis olehnya. Aku mendapat kabar ini melalui pesan dari salah satu kepala keluarga
Jung Seo menguap lebar-lebar. Dia yang tengah duduk diatas atap penginapan Xue Ruo dan Bara merasa bosan. Sosok berwujud bocah usia 10 tahu itu duduk sambil menopang dagunya. Matanya menatap kearah penginapan Raja Xue yang berjarak tak begitu jauh."Membosankan sekali...Pasti bocah itu mau merayu Xue Ruo dan mendapatkan keperawanannya. Sialan, sejak kapan aku menjadi anjing kecil yang menjaga rumah ini? Benar-benar babi..." umpat Jung Seo kesal.Wajahnya cemberut. Sejak semalam dia berada di atas atap atas permintaan Bara. Sejak Bara dan Xue Ruo mendapatkann hadiah dari Chang Mei berupa sepasang pedang, bocah tua itu selalu diminta menjaga penginapan Bara dan Xue Ruo oleh Kahiyang Dewi.Saat dirinya tengah bosan, kedua bola matanya yang berwarna merah menangkap satu gerakan tak jauh dari dari penginapan tersebut. Itu adalah kelebatan seekor burung gagak."Burung gagak? Hm...Pagi-pagi buta sudah ada penyusup mencari mati ya," batin Jung Seo.Dia menempelkan jarinya ke keningnya sendiri