~Dia datang dalam mimpi. Bertemu keesokan hari. Berdebar di kemudian hari. Apakah ini namanya jatuh hati meski hanya pertemuan dini~
🥀🥀🥀
Senja memancarkan warnanya di pelupuk langit. Menghias suasana menjadi membukit. Merekam momen yang sudah lama belum bangkit. Berdebar menyaksikan saat ini. Mungkin suatu saat terbiasa memandang seperti ini.
Gadis yang rambutnya tergerai berkilau. Harum memukau. Meratapi kehidupan demi pendidikan dengan merantau. Sambil mendorong pelan tas koper, ia langkahkan kaki menebar asa dan doa. Melepas ketegangan berupa keikhlasan. Ia siap menjalani hari-hari menjadi seorang Detektif. Menghimpun masalah, melacak, bahkan membuktikan dengan cara yang signifikan.
Situasi bandara sore itu sangat lengang. Para penumpang pada sibuk dengan kegiatan masing-masing. Maka, ia menyibukkan diri dengan bermain game terfavorit. Game yang tidak akan habis-habisnya menguras tenaga dan lebih parahnya membuang waktu saja. Sesekali ia melirik jam tangannya. Masih kurang dua jam lagi penerbangan akan diberangkatkan.
Game sungguh menghipnotis semuanya. Rasa candunya berujung kekecewaan. Tanpa sadar, ia bermain game dua jam lebih. Pesawat sudah lepas landas. Ia mematahkan kekesalan sendiri. Berulang kali mengacak-acak rambutnya dengan penuh penyesalan. Keberangkatan pesawat menuju Jakarta hanya bisa dijadwalkan besok pagi. Ia terpaksa tinggal di lobi.
"Udara sangat dingin." Seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya. Ia perlahan menatap pria itu dari atas sampai ke bawah. Pria klasik memakai kaos oblong dilapisi jaket jeans. Mengenakan headset mendengarkan lagu dengan nikmat. Celana juga berbahan jeans. Ia sudah bisa menebak bahwa pria yang di sampingnya adalah mahasiswa. Pria itu merasa terus diawasi maka ia pun berbalik memandangnya. Dengan cekatan, ia mengalihkan pandangan.
"Jangan melihat aku seperti itu," katanya tersenyum mendengus.
"Siapa yang melihatmu. Aku dari tadi melihat pemandangan." Pria itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Meluruskan pandangan Gadis itu ke arah mana. Pria itu bisa menangkap Gadis itu melihat nenek dan kakek yang sedang bermanja.
"Kau bohong." Gadis itu merasa skakmat.
"Namamu Amanda kan? Namaku Arjuna."
Tebakan pria itu benar-benar tidak main. Alangkah baiknya, Amanda lebih bersikap dingin dan pendiam agar Arjuna tidak bertanya melulu.
"Kau lahir di bulan sabit saat senja tepat pada hari ini." Arjuna sungguh gila. Soal kapan kelahiran Amanda ia juga tahu.
"Aku bulan purnama saat ada pelangi. Maka dari itu, namaku Arjuna dan namamu Amanda."
Amanda langsung memberinya tatapan yang tajam sebagai peringatan.
"Maaf Arjuna. Tebakanmu salah. Dan aku sama sekali tidak mengenalmu."
"Kau bohong lagi. Padahal kau tidak tau kenapa alasanku datang kesini."
Arjuna melepaskan headsetnya. Memandang lekat wajah Amanda. Wajah yang sepuluh tahun ia dambakan dan sengaja bertemu di saat dia dilahirkan.
"Aku adalah masa lalumu yang tak akan pernah menjadi masa depanmu."
Amanda menyergah tak maksud apa yang ia katakan. Arjuna mendadak memegang lembut rambutnya dan menepiskan rambutnya ke belakang daun telinga.
"Kita sama-sama masa lalu. Pergi ke masa depan yang tak akan pernah kau ingat."
"Aku datang dalam mimpimu hanya mengingatkan. Pergi dari mimpimu untuk melupakan," lanjutnya.
Amanda hanya menekuk alisnya tak mengerti perkataannya.
"Arjuna, mungkin kau salah orang. Aku sama sekali tidak mengenalmu." Amanda kekeh tidak mempercayai perkataannya.
"Aku tidak memaksamu mengingatkannya. Cukup aku saja yang mengingat semua itu."
Amanda terdiam terpaku memandangnya. Entah kenapa, perasaan saat berada di dekatnya seperti sudah pernah akrab. Wajahnya pun tak asing. Tapi hati Amanda bersikeras untuk tidak mudah mempercayai laki-laki yang baru dikenalnya.
Malam makin dekat. Dingin pun amat pekat. Udara berhembus menghebat. Amanda meremas tangannya kedinginan. Musim pancaroba seperti ini merisaukan seluruh penduduk. Pagi dinginnya sempat. Siangnya panas menghebat. Malamnya menggelitik pekat. Arjuna dengan cekatan mengalungkan shallnya ke lehernya. Amanda memandangnya penuh arti. Dingin melekat, hati pun berdebar hebat. Perasaan apa yang ditorehkan ketika Arjuna datang?
Amanda bukanlah tipe yang suka memainkan perasaan lelaki. Tidak mudah menerima cinta lelaki jika ia memang benar-benar mencintainya. Apakah Arjuna termasuk orangnya?
"Sudah tidur besok ketinggalan pesawat lagi." Arjuna memberi perhatian. Amanda menyandarkan punggungnya ke dada kursi lobi. Mata sudah ia upayakan agar bisa tidur. Tapi Amanda tak bisa membohongi kalau ia mengalami insomnia.
Suasana sangat sepi. Matanya tidak mengantuk sama sekali. Arjuna merasakan perasaannya. Ia pun terbangun. Melihat mata Amanda yang masih menyala.
"Tidak bisa tidur?"
Amanda menggelengkan kepala.
"Aku dongengin."
Arjuna mengatur posisi agar bisa bertatap muka dengannya. Hati Amanda makin berdebar.
"Aku adalah Arjuna..."
Arjuna menceritakan dongeng kehidupannya. Nama lengkap Arjuna adalah Arjuna Wiratikta. Anak pertama dari tujuh bersaudara. Menempa beban keluarga dan membina adik-adiknya mencapai tujuannya. Arjuna adalah seorang Dokter Spesialis Bedah. Hal yang paling menyakitkan baginya menjadi Dokter ketika salah satu dari keluarganya mengalami kecelakaan tunggal. Ya. Adik pertamanya yang bandelnya minta ampun. Belum memiliki stnk dan sim sudah berani mengendarai motor. Parahnya lagi, enggan memakai helm.
Terlepas dari itu semua, Arjuna melakukan apapun demi menyembuhkan adik pertamanya. Untungnya, dia tidak diberi hukuman. Cuma diberi surat peringatan. Ia mengalami luka dalam di bagian lutut. Arjuna merasa lega usaha untuk menyembuhkan adiknya berhasil sempurna. Ia siuman dalam beberapa jam setelah dioperasi.
"Bagaimana dengan dongengku?"
Amanda tersenyum kemudian.
"Itu bukan dongeng tapi cerita fiktif."
"Bagaimana dengan dongengmu?"
"Tidak ada."
"Ayolah nanti tidak terasa sudah pagi."
"Baiklah. Namaku adalah Amanda."
Amanda menuruti kemauannya. Nama lengkap Amanda adalah Amanda Hanif. Nama belakang Hanif diambil dari singkatan nama orang tuanya, Hamidah dan Nadif. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Ya. Ia hanya memiliki satu adik namanya Arafa. Ia masih duduk di bangku SMA akhir. Dibilang bandel tidak terlalu. Mungkin bandelnya karena ada yang menyakitinya atau menyakiti keluarganya.
Amanda adalah seorang Detektif. Alasan terjun ke dunia Detektif karena meneruskan pekerjaan Ayahnya. Ayahnya yang sampai menyandang status tertinggi sebagai hakim tak mematahkan semangatnya mengikuti jejak Ayahnya. Ibunya seorang koki yang sedari kecil memang hobi memasak. Lucunya, saking hobi sekali memasak, ia punya cita-cita ingin segera menikah dengan Nadif. Ia kekeh hanya menerima lamaran dari Nadif.
Mereka larut dalam alur cerita hingga tak sadar tertidur saling menyender kepala.
Paginya seseorang tiba-tiba menyemprotkan air ke wajahnya sambil terus mengomel. Tak tahan dengan suara cempreng menggelegarnya, Amanda terbangun. Ia kira di depan matanya adalah Arjuna. Ternyata ibunya sendiri.
"Cepat bangun ini sudah jam berapa? Nanti klienmu marah," kata ibu yang terus mengomel.
"Iya, aku mandi," jawab Amanda
Amanda bergegas masuk ke kamar mandi.
Terlepas dari itu semua, Amanda hanya mimpi bukan kenyataan. Mimpi yang menimbulkan tanda tanya besar baginya. Siapa Arjuna yang sebenarnya?
🌨🌨🌨
~Tatapan matamu mengartikan sebuah rasa. Kedekatan pada pandangan pertama itu, membuktikan kaulah masa lalu dalam mimpiku~ 🥀🥀🥀Makanan sudah disiapkan Mama sejak pagi buta sekali. Menu nasi goreng sudah menjadi andalan khas bagi keluarga Nadif. Baiklah, di meja makan hari ini, Amanda siap memperkenalkan keluarga besar yang jumlahnya tidak besar.Yang duduk di samping Amanda adalah Mamanya yang bernama Hamidah. Dia adalah wanita mandiri yang berkarir. Dia sudah melengkapi pendidikannya sebelum menikahi Papanya, Nadif. Lulus SMA, ia mengemban pendidikan di Universitas Wijaya dengan jurusan psikolog. Sikap bijaksananya membuktikan bahwa ia sudah pantas menjadi ibu sejati. Setelah lulus sarjana, ia memilih meniti karir di dunia periklanan dan model. Hebatnya lagi menjadi Brand Ambassador Glowing Skincar
~Pertemuan yang tidak sengaja ternyata sudah disengajakan oleh mimpi lewat perjalanan yang bukan kita impi~ 🥀🥀🥀 Setengah jam setelah perjalanan, mereka sampai di kantor Detektif Swasta. Sebelum masuk, Amanda menyalami tangan Papa berpamitan kemudian masuk ke kantor. Amanda disambut hangat oleh para kolega. Melambai tangan menebar senyum penuh semangat. Amanda masuk ke ruang pribadinya. Membuka laptop kerjanya hendak menyimpan segala bukti real berupa foto dan vidio saat di lapangan.Suara ketukan pintu terdengar. Amanda mengizinkannya masuk. Ternyata teman seperjuangannya, Alifa."Amanda, kita ada diskusi mendadak mengenai pelatihan pemula Detektif.""Oh ya terima kasih atas pemberitahuannya."Amanda d
~Termaktub indah kisah cinta yang menarik, penuh intrik dan berkarismatik. Bermodalkan pertemuan mimpi itu, cinta mereka berkembang menjadi nyata~ 🥀🥀🥀"Apa urusannya sama Kakak?" Ketus Arafa menutupi sesuatu."Arafa, pacarmu itu dituduh, jadi tolong bantu pacarmu," tegas Amanda menghadapi keangkuhan adiknya."Baik, baik, iya Kak. Roy terlibat dalam kasus kematian Bruno. Puas?" Jawaban yang menyakiti. Tanpa perasaan, dia menutup laptopnya, meletakkannnya di atas meja kemudian merebahkan tubuhnya tidur. Amanda hanya bisa menghela napas panjang. Pikiran Amanda tidak tenang. Takut Arafa terjadi sesuatu sete
~Masa lalu bergulir merangkai realita yang ada. Masa depan menjadi bayang-bayang mimpi semata~ 🥀🥀🥀Pulang ke rumah, Pengacara Bahrun tidak langsung mampir. Ia memutuskan langsung pulang karena takut orang tuanya khawatir. Amanda hanya menurut saja dan mengucapkan terima kasih padanya. Masuk rumah, Papa dan Mama nampak mesra menonton televisi."Aku pulang Ma Pa," seru Amanda. Ia langsung bersalaman pada mereka."Tumben pulang awal," ujar Papa."Iya Pa. Pekerjaanku hanya menyelidiki kasus kematian Bruno.""Amanda, sampai kapan kau menyelidiki masalah orang lain," sahut Mama.
~Apa yang kau inginkan pasti ada alasan tapi bagaimana dengan menginginkan tanpa ada alasan seperti aku ingin kau menjadi milikku~ ***"Kkk...kau..."Roy datang kembali. Memakai jas Detektif Jack's Angels. Amanda masih tak menyangka yang ada di depannya adalah Roy."Iya. Boleh aku duduk disini?"Mata Amanda masih terpaku. Syukurlah, Alifa selesai ke toilet. Ia juga ikut kaget melihat seorang pria yang sudah berani menduduki kursinya. Ia tidak bisa diam. Dengan cekatan, ia langsung mejewer telinga Roy."Siapa kau berani duduk di sebelah sahabatku." Celoteh Alifa dengan suara cemprengnya. Para kolega terbangun dan merasa terganggu dengan suaranya. Mereka dengan seksama melihat Alifa menjewer telinga seorang pria. Roy malu dibuatnya."Eh, iya iya aku duduk di belakang." Roy akhirnya berdiri."Tidak muat." Jutek Alif
~Semakin menjauh semakin rasa penasaran bagaimana cara untuk bisa mendapatkanmu. Menolak bukanlah gagal. Justru aku belum sempurna untuk memilikimu~ ***"Kau sudah gila!" Gerutu Amanda."Bagaimana?" Roy mendesak. Amanda melepas shallnya dan melemparkannya di hadapan Roy."Adikku lebih mencintaimu dibandingkan aku." Amanda menatapnya nanar. Tanpa rasa kehangatan, ia pergi meninggalkannya. Menyisakan rasa kekecewaan yang menyesakkan dadanya. Amanda kembali ke tenda merebahkan tubuhnya. Membiarkannya sendirian bernuansa dingin yang menyengat.Sepuluh tahun yang lalu, Roy mati-matian memperjuangkan cintanya. Wanita yang tidak pernah berubah dengan sikap dingin, cuek, kaku, jutek dan tidak pernah memahami perasaan orang lain.Di malam yang sesunyi ini, Roy menyembunyikan air
~Pelangi hadir mempermanis setelah hujan. Senja terlukis mengukir nama ketika langit mengizinkan menampakkan rupawannya~ ***"Mengenalmu saja tidak, kenapa aku harus memanggilmu Arjuna." Pekik Amanda."Baiklah, aku akan memprediksimu suatu hari nanti kau akan memanggilku Arjuna."Kebiasaan Amanda yang tak memahami perasaan orang lain, beralih pada Roy yang sengaja meninggalkannya di tepi pantai. Amanda menatap sendu ombak pantai. Ia masih terbayang tatapan mata itu dan membandingkannya dengan wajahnya. Mencoba memahami perasaannya.Amanda yang bisa merasakan liburan baru-baru ini bersama teman-temannya berbeda halnya dengan Arafa. Ia harus melewati beberapa ujian untuk kelulusannya serta upaya agar bisa masuk ke perkuliahan impian. Memasuki bulan maret, Arafa berjuang menyelesaikan u
~Mendekatimu adalah karunia sejak dahulu. Memilikimu adalah keistimewaan yang aku idamkan sampai sekarang. Pelan-pelan kau akan memahamiku~ ***Sang Gadis pujaan, alangkah indah wajahmu...Alangkah manis senyummu...Berwarna warni sekian sikapmu...Pelukismu agung menciptakan karyamu...Siapa gerangan yang berhak bersanding denganmu?Aku hanyalah Senja yang selalu takut mendekatimu...Berharap ketika kau membenciku...Pantaskah aku memperjuangkanmu?Puisi sang Senja yang sedang merindu. Ia tulis di sebuah kertas dengan pena pemberian raja sewaktu ia mengikuti sayembara puisi untuk sang putri. Ia sangat dekat dengan raja tapi tidak tahu maksud kedekatan itu karena memiliki perasaan dengan sang putri. Sayembara itu hanyalah hadiah berupa uang bagi rakyat jelata sepertinya. Ibunya menjadi dayang. A