~Pertemuan yang tidak sengaja ternyata sudah disengajakan oleh mimpi lewat perjalanan yang bukan kita impi~
🥀🥀🥀
Setengah jam setelah perjalanan, mereka sampai di kantor Detektif Swasta. Sebelum masuk, Amanda menyalami tangan Papa berpamitan kemudian masuk ke kantor. Amanda disambut hangat oleh para kolega. Melambai tangan menebar senyum penuh semangat. Amanda masuk ke ruang pribadinya. Membuka laptop kerjanya hendak menyimpan segala bukti real berupa foto dan vidio saat di lapangan.
Suara ketukan pintu terdengar. Amanda mengizinkannya masuk. Ternyata teman seperjuangannya, Alifa.
"Amanda, kita ada diskusi mendadak mengenai pelatihan pemula Detektif."
"Oh ya terima kasih atas pemberitahuannya."
Amanda dan Alifa berjalan bersama masuk ke ruang diskusi antara Detektif senior dan junior.
Sebagai Agen di kantor Detektif Swasta, Andara mengawali diskusi dengan menceritakan sedikit tentang berdirinya Jack's Angels bagi Detektif junior yang baru masuk ke pekerjaan ini. Detektif Swasta Jack's Angels yang didirikan sejak tahun 1997 memiliki visi misi melakukan tugasnya mencari bukti kebenaran secara totalitas. Mengapa bisa dinamakan Jack's Angels? Karena Jack diambil nama dari pendirinya sementara Angels adalah para malaikat tak bersayap yang melakukan tugasnya mencari bukti kebenaran secara tersembunyi. Memang tersembunyi karena dari pendirinya pun membantu klien-nya tanpa mengharapkan apapun. Yang terpenting tugasnya selesai, klien-nya sudah mengerti kebenarannya, Detektif pun lega.
Tapi perlu diingat, totalitas dalam pekerjaan Detektif Swasta ini sistemnya menyewa sesuai dengan harga masing-masing dengan beberapa kasus antara lain, kasus perselingkuhan, cek background seseorang, cek pengantin dan lain-lain. Bahkan jasa Detektif swasta ini menerima membantu kasus yang ditangani seorang pengacara. Dalam bertugaspun harus penuh kehati-hatian dengan cara tidak menerima penyamaran langsung pada target tetapi penyamaran dilakukan berdasarkan pekerjaan target. Misalkan si target pekerjaannya menjadi pedagang sayur, maka mereka sebagai Detektif harus sebagai pedagang sayur, bukan pada permasalahannya si klien yang curiga si target selingkuh, Detektif menyamar jadi teman selingkuhannya. Itu salah. Nanti si target semakin curiga."Jadi, dari Detektif yang masih junior ada yang bisa kami bantu?" Andara memberi mereka ruang untuk bertanya.
"Saya." Dari ujung kanan, sebut saja namanya Amor. Dia mengangkat tangan.
"Baik Amor, apa yang bisa kami bantu?"
"Ada klien saya yang curiga sama pacarnya yang telah berselingkuh, nah, tapi masalahnya, klien saya cowok, pacarnya juga cowok. Mereka ternyata melakukan hubungan. Bagaimana penanganannya pak?"
"Sudah di telurusi di tempat kejadian?"
"Iya, Pak. Mereka sama-sama suka datang ke klub malam.""Lalu, apa yang Anda bingungkan dalam kasus Anda?"
"Saya harus menyamar jadi apa?"
"Ada yang bisa menjawab?" Andara melemparkan pertanyaannya.
"Mungkin jadi pelayan atau kasir." Salah satu kolega yang di ujung kiri menjawab.
"Kurang tepat," Andara langsung bisa menjawabnya. "kalau kalian jadi pelayan atau kasir kemungkinan kalian kurang bisa memantau lebih dekat pada target. Lebih baik, kau jadi banci."
Para kolega tertawa serempak.
"Saya jadi banci?" Amor masih tidak percaya dengan pendapat Andara.
"Iya. Dengan begitu, Si target tidak akan mencurigai. Karena di klub malam sudah pasti ada yang banci."
Amor hanya bisa pasrah dengan pekerjaannya.
"Ingat ya, pekerjaan harus totalitas. Karena apa?"
"Kita adalah malaikat yang tak bersayap." Mereka serempak mengatakannya.
Setelah setengah jam mereka berdiskusi, para kolega akhirnya melakukan tugasnya di ruang pribadinya.
Amanda sedang dihubungi beberapa klien terkait kasus perselingkuhan. Memang sekarang marak terjadinya perselingkuhan apalagi di bantu oleh sosial media. Klien Amanda pun segera datang ke kantor untuk memberikan keterangan.
"Selamat pagi Bu, apa keluhannya selama ini?" Amanda bertanya setelah beberapa menit klien-nya datang.
"Sebelumnya saya minta maaf jika telah menganggu mbaknya.""Oh tidak Bu. Kami siap melayani dengan totalitas pekerjaan kami. Jadi, apa keluhan ibu selama ini?"
"Saya curiga sama suami saya mbak. Tiap malam, dia selalu pulang dalam keadaan mabuk. Tiap pagi, dia selalu langsung bekerja tanpa sarapan terlebih dulu. Saya lihat di film-film rata-rata itu tandanya orangnya lagi selingkuh. Maka dari itu, saya meminta pihak Detektif ini membantu mencarikan buktinya."
"Baik, sebelumnya, apa pekerjaan suami ibu?"
"Dia menjadi Ceo di Perusahaan Perfilman."
"Baik, nanti kabari saya gerak gerik suami ibu hendak kemana."
Satu kasus telah dipegang erat oleh Amanda. Klien-nya berpamitan. Satu saja belum tuntas, tiba-tiba teman Amanda sewaktu di kampus datang ingin meminta bantuan. Dia seorang pengacara yang menangani kasus kematian Bruno lima tahun lalu yang sangat misterius. Dia adalah Bahrun.
"Kematian lima tahun yang lalu, tapi kenapa masih dipertanyakan lagi? Apa ada hal yang menjanggal?"
"Iya Amanda. Dari pihak keluarga yang melapor, Bruno ini anaknya pendiam, tertutup, tapi sebelum meninggal, tengah malam, dia dalam keadaan mabuk."
"Lalu?"
"Pihak kepolisian menemukan bukti berupa jam tangan di mobil kecelakaan itu. Anehnya, saat diselidiki dalam mobil, mereka tidak ada. Usut punya usut, jam tangan itu milik klien saya. Padahal klien saya tidak memakai jam itu."
"Apa pekerjaan klien-mu itu?"
"Dia masih SMA."
"Siapa namanya?"
"Roy."
Hati Amanda tersentak. Ia langsung berpikir apakah yang dimaksud Roy itu adalah pacar adiknya?
"Dia sekolah di SMA Garuda?"
"Iya."
Tidak salah lagi, Roy yang dimaksud adalah pacar adiknya. Kecurigaan penuh juga ia rasakan terhadap Arafa yang selama ini tergila-gila pada Roy.
Usai sudah Amanda mendapat keterangan dari dua klien-nya. Saatnya Amanda beserta dua temannya, Alifa dan Agatha melakukan penyelidikan di lapangan. Untuk kasus pertama sudah dijelaskan, ada seorang ibu melapor bahwa suaminya tiap malam seringkali pulang dalam keadaan mabuk. Dia curiga kalau suaminya selingkuh. Maka, jasa Jack's Angels mengirim Amanda, Alifa dan Agatha melakukan penyeldikan pada sore harinya.Penyelidikan diawali dengan menghubungi klien-nya."Ibu, apa suami ibu ada di rumah?" Amanda menelponnya.
"Tidak Mbak."
"Baiklah, apa suami ibu masih bekerja?"
"Masih."
"Baiklah, kami akan segera menyelidikannya di kantor suami ibu."
Tiga Detektif melajukan mobilnya menuju kantor milik suami klien. Sesampainya disana, mereka mulai beraksi membuat penyamaran.Pertama-tama yang beraksi adalah Amanda menjadi seorang office boy. Dengan berseragam biru juga topinya sambil membawa peralatan kebersihan, Amanda berpura-pura mengepel di depan pintu ruang kerja target. Sedikit menguping pembicaraan target yang kebetulan dia menelpon seseorang. Ia bereaksi merekam suaranya.
"Nanti malam ya jam delapan ke rumahku." Suara itu terdengar seperti seorang perempuan.
"Iya ke tempat sepi itu."
Perbincangan mereka agak lama. Suara detak sepatu terdengar dari arah kanan. Amanda cepat-cepat menyembunyikan ponselnya di saku. Seorang sekretarisnya datang membawakan beberapa berkas laporan bisnis perfilmannya untuk dimintai tanda tangan. Amanda melanjutkan mengepelnya. Sekretaris si target masuk, Amanda berjalan menuju toilet untuk berganti bajunya. Lalu, ia kembali ke mobil.
"Bagaimana Amanda?" Agatha bertanya.
Amanda mengontrol pernapasannya karena ia masih dini melakukan penyelidikan secara langsung jadinya Amanda agak grogi."Nanti malam jam delapan, kau yang menyamar."
"Ada apa dengan jam delapan?"
"Target menemui seorang perempuan entah siapa."
Ditunggu jam delapan, target akhirnya selesai bekerja. Ia mulai melajukan mobilnya. Amanda mengikutinya. berkelok-kelok si target mengendarai mobil hingga Amanda menguras tenaga dan kesabaran menelusuri jejaknya. Sampai pada target, seorang perempuan menyambut kedatangannya dengan sebuah pelukan dan ciuman hangat. Amanda segera menjepret fotonya. Bukti kedua terkumpul.
"Apakah ini sudah mengungkapkan kebenaran?" Agatha masih ragu.
"Aku masih belum puas. Tapi sementara ini saja buktinya." Amanda menyudahi tugasnya.Kedua bukti tadi langsung dikirim ke kontak klien. Amanda lebih memilih pulang untuk melanjutkan penyelidikan selanjutnya pada esok hari. Mereka akhirnya mengantarkan Amanda pulang.
Rumah Amanda sepi pada saat itu karena sudah pada tidur. Tak terkecuali Arafa yang sedang asyik menonton film di laptopnya. Mereka tidur bersama tapi tak bisa menciptakan kekompakan.
"Arafa, kau masih berhubungan dengan Roy?" Pertanyaan Amanda yang tiba-tiba. Ia duduk di samping Arafa.
"Masihlah," jutek Arafa.
"Apa benar Roy terlibat kasus kematian Bruno?" Amanda langsung menjuruskan rasa penasarannya. Arafa menatapnya nanar seperti menyembunyikan sesuatu.
🌨🌨🌨~Termaktub indah kisah cinta yang menarik, penuh intrik dan berkarismatik. Bermodalkan pertemuan mimpi itu, cinta mereka berkembang menjadi nyata~ 🥀🥀🥀"Apa urusannya sama Kakak?" Ketus Arafa menutupi sesuatu."Arafa, pacarmu itu dituduh, jadi tolong bantu pacarmu," tegas Amanda menghadapi keangkuhan adiknya."Baik, baik, iya Kak. Roy terlibat dalam kasus kematian Bruno. Puas?" Jawaban yang menyakiti. Tanpa perasaan, dia menutup laptopnya, meletakkannnya di atas meja kemudian merebahkan tubuhnya tidur. Amanda hanya bisa menghela napas panjang. Pikiran Amanda tidak tenang. Takut Arafa terjadi sesuatu sete
~Masa lalu bergulir merangkai realita yang ada. Masa depan menjadi bayang-bayang mimpi semata~ 🥀🥀🥀Pulang ke rumah, Pengacara Bahrun tidak langsung mampir. Ia memutuskan langsung pulang karena takut orang tuanya khawatir. Amanda hanya menurut saja dan mengucapkan terima kasih padanya. Masuk rumah, Papa dan Mama nampak mesra menonton televisi."Aku pulang Ma Pa," seru Amanda. Ia langsung bersalaman pada mereka."Tumben pulang awal," ujar Papa."Iya Pa. Pekerjaanku hanya menyelidiki kasus kematian Bruno.""Amanda, sampai kapan kau menyelidiki masalah orang lain," sahut Mama.
~Apa yang kau inginkan pasti ada alasan tapi bagaimana dengan menginginkan tanpa ada alasan seperti aku ingin kau menjadi milikku~ ***"Kkk...kau..."Roy datang kembali. Memakai jas Detektif Jack's Angels. Amanda masih tak menyangka yang ada di depannya adalah Roy."Iya. Boleh aku duduk disini?"Mata Amanda masih terpaku. Syukurlah, Alifa selesai ke toilet. Ia juga ikut kaget melihat seorang pria yang sudah berani menduduki kursinya. Ia tidak bisa diam. Dengan cekatan, ia langsung mejewer telinga Roy."Siapa kau berani duduk di sebelah sahabatku." Celoteh Alifa dengan suara cemprengnya. Para kolega terbangun dan merasa terganggu dengan suaranya. Mereka dengan seksama melihat Alifa menjewer telinga seorang pria. Roy malu dibuatnya."Eh, iya iya aku duduk di belakang." Roy akhirnya berdiri."Tidak muat." Jutek Alif
~Semakin menjauh semakin rasa penasaran bagaimana cara untuk bisa mendapatkanmu. Menolak bukanlah gagal. Justru aku belum sempurna untuk memilikimu~ ***"Kau sudah gila!" Gerutu Amanda."Bagaimana?" Roy mendesak. Amanda melepas shallnya dan melemparkannya di hadapan Roy."Adikku lebih mencintaimu dibandingkan aku." Amanda menatapnya nanar. Tanpa rasa kehangatan, ia pergi meninggalkannya. Menyisakan rasa kekecewaan yang menyesakkan dadanya. Amanda kembali ke tenda merebahkan tubuhnya. Membiarkannya sendirian bernuansa dingin yang menyengat.Sepuluh tahun yang lalu, Roy mati-matian memperjuangkan cintanya. Wanita yang tidak pernah berubah dengan sikap dingin, cuek, kaku, jutek dan tidak pernah memahami perasaan orang lain.Di malam yang sesunyi ini, Roy menyembunyikan air
~Pelangi hadir mempermanis setelah hujan. Senja terlukis mengukir nama ketika langit mengizinkan menampakkan rupawannya~ ***"Mengenalmu saja tidak, kenapa aku harus memanggilmu Arjuna." Pekik Amanda."Baiklah, aku akan memprediksimu suatu hari nanti kau akan memanggilku Arjuna."Kebiasaan Amanda yang tak memahami perasaan orang lain, beralih pada Roy yang sengaja meninggalkannya di tepi pantai. Amanda menatap sendu ombak pantai. Ia masih terbayang tatapan mata itu dan membandingkannya dengan wajahnya. Mencoba memahami perasaannya.Amanda yang bisa merasakan liburan baru-baru ini bersama teman-temannya berbeda halnya dengan Arafa. Ia harus melewati beberapa ujian untuk kelulusannya serta upaya agar bisa masuk ke perkuliahan impian. Memasuki bulan maret, Arafa berjuang menyelesaikan u
~Mendekatimu adalah karunia sejak dahulu. Memilikimu adalah keistimewaan yang aku idamkan sampai sekarang. Pelan-pelan kau akan memahamiku~ ***Sang Gadis pujaan, alangkah indah wajahmu...Alangkah manis senyummu...Berwarna warni sekian sikapmu...Pelukismu agung menciptakan karyamu...Siapa gerangan yang berhak bersanding denganmu?Aku hanyalah Senja yang selalu takut mendekatimu...Berharap ketika kau membenciku...Pantaskah aku memperjuangkanmu?Puisi sang Senja yang sedang merindu. Ia tulis di sebuah kertas dengan pena pemberian raja sewaktu ia mengikuti sayembara puisi untuk sang putri. Ia sangat dekat dengan raja tapi tidak tahu maksud kedekatan itu karena memiliki perasaan dengan sang putri. Sayembara itu hanyalah hadiah berupa uang bagi rakyat jelata sepertinya. Ibunya menjadi dayang. A
~Hati tak dapat diselidiki tetapi harus dipahami seperti kisah yang pernah kita jalin dalam hidup ini. Bukan tentang mencintai melainkan ketulusan hati~ ***Liburan telah selesai. Para kolega mengemasi barang-barangnya. Menurunkan tendanya. Api unggun telah padam sejak tadi pagi. Roy yang mendadak ikut waktu itu, juga mengemasi barang-barang mereka. Ia tak membawa apa-apa. Hanya pinjam baju milik Elang. Sebagai balasannya, ia ikut mengemasi barangnya.Saat Amanda mengemasi barangnya, ia lupa masih menyimpan shall milik Roy. Ia terus menatap Roy. Akhirnya ia memberanikan diri mengembalikannya. Tangan Amanda menjulurkan sebuah shall di depan Roy. Ia amati shall tersebut. Kemudian menoleh pada Amanda dengan senyumannya."Kau ambil saja." Kata Roy."Kau yang lebih membutuhkan." Amanda menolak.
~Menyelidiki tanpa memahami akankah bisa bersatu kembali. Pertolongan pertama yang paling hakiki adalah mendekati~ ***Sarapan pagi kali ini terasa hampa tanpa kehadiran Mama dan Papa. Makanan lezat yang selalu tersaji di meja makan kini hambar. Suasana sarapan yang penuh cerita menjadi bosan. Tersisa Amanda dan Arafa yang berada di meja makan. Sebagai Kakak, Amanda yang menyajikan makanannya. Soal masak memasak memang ia tidak terlalu berbakat. Ia hanya ingin bisa seperti Mamanya. Dan suatu hari, pasti dia juga akan menjadi Mama.Amanda menuangkan lauk telor dadar sambal balado di atas piring milik Arafa."Kak, nanti malam ajari aku buat tes kuliah ya?" Pinta Arafa mulai melahap makanannya."Apa yang belum kau pahami?""Soal penalaran sama sebab akibat.""Oke, Kakak usahakan." Amanda bersedia.
~Perkataan seseorang lebih tajam ketimbang perkataan diri sendiri. Lalu, mana yang lebih engkau prioritaskan?~ ***Psikiater prihatin melihat kesedihan Roy. Perawat yang berjaga di belakang para pasien segera memberikan suntik obat bius. Sedang perawat yang lainnya, membawa pasien ke kamarnya agar tidak ketakutan melihat keadaan Sinta. Psikiater itu menuntun Roy ke ruangan pribadinya. Ia tampak terpukul melihat keadaan Sinta semakin hari semakin tidak keruan."Aku tau Roy, kau pasti sedih melihat ibu Sinta selalu diwarnai kecemasan. Kau sabar saja. Lambat laun, ibumu akan mengetahui kebesaran hatimu," kata Psikiater menenangkan hatinya."Sampai kapan, dok? Dari dulu ibu lebih menyayangi Juna karena memang aku in
~Ketika seseorang terjatuh dalam masalahnya, menangis adalah luapan emosinya dan merenung adalah solusi ketenangannya~ ***Pengacara Bahrun menenangkan Amanda dan memintanya langsung keluar saja ke kantor polisi. Amanda masih menangis dalam pelukannya. Ia tak tahu harus bagaimana menghiburnya."Manda, yang sabar ya...doakan saja semoga mama kamu cepat dikeluarkan dari penjara," katanya menenangkan.Ia lebih memilih menunggu taksi offline. Takutnya kalau dia memesan taksi online, si sopir itu malah yang nongol.Setengah jam berlalu, taksinya datang. Pengacara Bahrun perlahan memapahnya masuk ke dalam mobil. Ia kemudian duduk di sampingnya. Mobil berjalan menyapu jalanan yang pada saat itu memang tidak terlalu macet.
~Sosok yang ia rindukan selama ini, ternyata menyimpan luka dan duka mendalam demi kebahagiaannya~ ***Si sopir itu hanya pasrah. Ia menahan rasa sakit bekas pukulan Pengacara Bahrun."Itu teguran untuk tidak bersikap semena-mena terhadap pelanggan. Faham?""Iya, maafkan saya. Kalau begitu, saya pamit pulang." Dengan muka sendu, si sopir membuka pintu mobil. Dan menyalakan mesinnya. Amanda menatapnya tak tega. Ia kemudian menghentikan mobilnya. Pengacara Bahrun kaget dengan keputusan Amanda yang sepihak."Kita harus menghargai pertolongan orang lain," ujar Amanda pada Pengacara Bahrun. Si sopir itu tersenyum. Ia mengizinkannya masuk ke mobil maka ia pun masuk. Pengacara Bahrun masih dalam tatapan nanarnya."Mas
~Sebuah kata ternyata tidak pantas diungkapkan pada seseorang yang mengenalmu tapi bagaimana jika itu terjadi padamu?~ ***Agen Andara menjadi pusat perhatian di bus saat itu. Semua sudah siap dia masih melakukan aktivitas mandi di belakang bus. Ia segera mencuci muka dengan air yang ada dalam botolnya. Lalu mengenakan jasnya."Siap, kita berangkat," seru Agen Andara sudah siap berangkat ke kantor. Sopir mendengarkan intruksi dari boss, ia menyalakan mesin dan bus siap dijalankan.Berada di bus, Amanda teringat masa-masa camping bersama mereka. Menatap kaca jendela, memori tentang dia juga muncul. Ya, saat dimana Juna memeluk jari kelingkingnya.Roy meminta turun di tengah jalan karena dia berseberangan arus dengan mereka. Ia masih
~Kesedihan mendalam yang dialami tak memungkiri berbagai persoalan hidup menghampiri. Dalam hal ini, siapa yang dapat menghiburmu?~ ***Keadaan jadi semakin rumit dengan keputusan Roy."Lah, kalau kita tinggal di rumah Amanda, kita tidur dimana?" Alifa meragukan keputusannya."Disini ada empat kamar. Kamar Amanda, mama, papa, dan kamar tamu."Amanda tercengang kenapa Roy bisa tahu seisi ruangannya. Ia lupa kalau Juna pernah bilang Roy itu memiliki indera ke tujuh."Kalau begitu, kita bagi kamarnya," sahut Amanda ikut berpendapat.Arafa menatapnya bingung."Jumlah para kolega ini berapa?""Sekitar tiga puluhan.
~Satu cinta sudah terlahir sejak dahulu kini tibanya aku tahu siapa kamu~ ***"Baiklah, maaf jika saya mengganggu kegiatan kalian...." ucap si kurir berpamitan. Ia mengendarai motornya lalu menghilang ditelan kecepatan motornya. Pengacara Bahrun menarik tangan Amanda masuk ke dalam. Menutup pintunya dengan wajah kecemasan.Arafa dan Roy menghampiri mereka juga ikut cemas."Ini benar-benar aneh. Kemarin ada sopir taksi sekarang kurir. Siapa yang telah menerorku? Apa mau mereka?""Tenang, Manda. Jangan cemas. Kita sama-sama membongkar siapa di balik semua ini.""Ya sudah, yang penting kita rayakan pesta hari ini," sahut Arafa menenangkan hati Amanda. Melepas dari peneroran itu, mereka kembali ke tepi kolam. Rupanya acara bakar
~Ketika rindu tersekat oleh waktu apakah hanya sesaat aku bisa bertemu?~ ***Cahaya itu menyingsing. Menyinari pepohon yang berfotosintesis. Sedang para kolega pulang dan lega karena sudah mengikuti diskusi hari ini. Pengacara Bahrun dan Amanda naik mobil. Mereka melambaikan tangan pada para koleganya yang juga naik mobil.Mesin dinyalakan, mobil beringsut menghamburkan dedaunan yang berguguran karena musim kemarau telah datang.Sampai pada rumah, Arafa beranjak dari sofa ruang keluarga yang pada saat itu, dia sedang menonton televisi, membukakan pintu. Mereka hampir mengetuk pintu tidak jadi keburu Arafa sudah membukakan pintunya."Bagaimana dengan si sopir itu, kak?" Dia langsung menanyakannya dan panik."Kita
~Gelisah karena banyak mata yang menyelidik. Galau karena rindu terus merajalela. Merana karena cinta masih berada dalam kadar mimpi~ ***Amanda merasa Pengacara Bahrun memberi perhatian lebih padanya. Kenapa bukan Juna? Kapan dia akan kembali?"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Amanda bertanya lebih dalam."Terus melihat gerak-gerik mencurigakan di rumahmu atau di sekitarmu.""Baiklah, aku juga harus lebih waspada."Ponsel Amanda berdering beberapa saat kemudian. Ia menengok siapa yang menelpon. Nomor tak diketahui siapa. Ia melirik Pengacara Bahrun sebentar. Namun, ia memberanikan diri mengangkat teleponnya."Hallo, dengan detektif Jack's Angel's ada yang bisa saya bantu?"
~Waktu berputar sesuai dengan porosnya. Bagaimana dengan rindu yang berpijak pada targetnya?~ ***"Bangun kak, ini sudah pagi! Jangan terus menghalu!" Celetuk Arafa."Astaghfirullah! Aku harus kerja." Amanda langsung menyabet handuk yang ia tanggalkan di tengah pintu dan masuk ke kamar mandi nyaris kepeleset namun, kaki kuatnya mampu menahannya. Ia menyengir.Karena bangun kesiangan, Arafa yang harus menyiapkan sarapan hari ini. Memasak seadanya saja dan menata piring, nasi serta lauk pauknya di atas meja. Sepuluh menit sudah Amanda mandi, ia meletakkan handuknya di atas kursi. Mendorong kursinya dan duduk dengan nyaman."Seadanya ya kak," ujar Arafa memelas."Tidak apa. Yang penting pagi-pagi sudah diisi perutn