Beranda / Romansa / Lebih dari selamanya / 4. Pertemuan mimpi

Share

4. Pertemuan mimpi

Penulis: Alvin NH+
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-13 01:17:13

~Termaktub indah kisah cinta  yang menarik, penuh intrik dan berkarismatik. Bermodalkan pertemuan mimpi itu, cinta mereka berkembang menjadi nyata~

                                               

                                🥀🥀🥀

"Apa urusannya sama Kakak?" Ketus Arafa menutupi sesuatu.

"Arafa, pacarmu itu dituduh, jadi tolong bantu pacarmu," tegas Amanda menghadapi keangkuhan adiknya.

"Baik, baik, iya Kak. Roy terlibat dalam kasus kematian Bruno. Puas?" Jawaban yang menyakiti. Tanpa perasaan, dia menutup laptopnya, meletakkannnya di atas meja kemudian merebahkan tubuhnya tidur. Amanda hanya bisa menghela napas panjang. Pikiran Amanda tidak tenang. Takut Arafa terjadi sesuatu setelah mengetahui Roy terlibat dalam kasus itu. Terlebih, dia cinta matinya.

Ponsel Amanda tergeletak menganggur di atas meja. Ia nekad menelusuri pesan-pesan apa di antara mereka berdua. Amanda membuka chattingan mereka. Pesan mereka tidak menimbulkan kecurigaan. Membahas tentang kasus itupun, tidak. Yang ada hanya kata-kata manis dari Roy. ini juga kesempatan Amanda untuk menyimpan kontaknya. Selesai. Ia ikut merebahkan tubuhnya tidur. Menyiapkan hari esok melancarkan totalitas pekerjaannya.

                                       

                                 ***

Sarapan pagi itu, Arafa hanya diam. Tatapan mata Amanda menyelidik. Dan Arafa tidak suka melihatnya. Ia memilih mengacuhkan tatapannya. Ia paham jika kakaknya sedang mencurigai pacarnya. Suasana sarapan menjadi hambar.

Setelah usai sarapan, Arafa sudah mau berangkat diantar Papanya. Justru Amanda meminta izin berangkat naik taksi saja.

"Tapi Amanda, Papa khawatir sama kamu," kata Papa dibalik jendela mobil bersama Arafa tidak menyetujui.

"Pa, Amanda sudah besar. Lagipula Amanda sudah terbiasa sendiri."

Amanda memberi pengertian. Ia berdiri di depan jendela mobil.

"Baiklah, tapi hati-hati ya?" Pesan Papa.

Amanda mengangguk. Papa menyalakan mobil. Rodapun berputar, berjalan menyapu halaman. Amanda menatapnya sampai bayang-bayang mobil itu menghilang. Bersamaan hilangnya mobil Papa, taksi yang dipesan Amanda datang. Ia masuk dan taksi berjalan mengikuti alur yang ditujukan Amanda.

Kantor Detektif Swasta minggu-minggu ini banyak dikunjungi Klien. Rata-rata mereka melaporkan kasus perselingkuhan. Bukan hanya kalangan rakyat. Artis dan pejabatpun mencurigai kekasihnya. Dan seratus persen kecurigaan itu benar. Keputusan berakhir dengan perceraian.

Amanda tiba di Kantor. Para Kolega tidak sempat menyambut hangat kedatangannya karena banyaknya Klien yang berdatangan. Tak pelak, di Ruangan Pribadinya, Pengacara Bahrun sudah datang. Sadar akan kedatangannya, Pengacara Bahrun menyambut Amanda berupa jabat tangan. Amanda baru mempersilahkan duduk.

"Bagaimana perkembangan kasus kematian Bruno?" Ujar Amanda.

"Begini Detektif Amanda, kedatangan saya kesini ingin mengajak Anda ke rumah Roy untuk meminta keterangan," tutur Pengacara Bahrun.

"Baiklah, kalau begitu boleh berangkat sekarang." 

Mereka keluar ruangan, dilihat banyak mata kolega yang takjub dengannya. Amanda yang baru saja bekerja di Kantor, langsung mendapat klien seorang pengacara. Mendapat kasus yang berhubungan dengan kepolisian. Mereka naik mobil segera ke rumah Roy.

Rumah Roy memang bagus. Depan rumah didesain beragam tanaman yang asri. Sampai di rumahnya, mereka melihat sebentar tanamannya. Bunga-bunga juga masih bermekaran indah.

"Maaf ada yang bisa dibantu?" Satpam dari rumah datang melayani.

"Apakah Roy ada dirumah?" Pengacara Bahrun yang bertanya.

"Ada Pak. Berhubung Tuan Roy libur karena pergantian sesi ujian, Anda boleh bertemu dengan Tuan Roy."

"Baiklah, bilang sama dia pihak pengacara ingin bertemu."

"Baik, Pak."

Adalah Satpam masuk ke rumah memberitau  pada Roy tentang kedatangan Pengacaranya. Dengan duduk menyilangkan kaki, ia mengangguk pelan. Maka, Satpam segera mempersilahkan mereka masuk ke ruang tamu. Pengacara Bahrun mengetuk pintu, Roy mengizinkan mereka langsung masuk. Knop pintu dibuka pelan. Roy memunggungi. Menyilangkan kaki sambil memainkan jari-jari. Dengan gaya sombongnya, ia memerintah mereka duduk. Akhirnya mereka duduk. Roy baru membalikkan badannya. Membuka kaca mata hitamnya. Amanda terkejut dibuatnya.

"kk...kau..." Pekik Amanda menunjuk jari telunjuknya.

Wajah itu sama dengan apa yang ada dalam mimpinya. Ya. Arjuna Wiratikta yang mengaku masa lalunya yang takkan pernah menjadi masa depannya. Pertemuan mimpi akan mengajari betapa perlunya dunia menunjukkan bukti. Apakah mimpi itu menjadi petunjuk yang menghantarkan pada suatu kebenaran? Amanda selalu memegang janjinya bahwa ia tetap menjadi malaikat tanpa sayap. Sosok yang tak pernah diketahui keberadaannya saat seseorang membutuhkan pertolongan.

",Anda siapa? Apakah kita pernah bertemu?" Celetuk Roy sama sekali tidak memberi salam kehangatan.

"Perkenalkan Saya Amanda. Kakak kandung Arafa."

"Oh, kakak kandung Arafa? Pantas saja." Roy tersenyum meleceh.

"Pantas saja kenapa?"

"Masih cantik adiknya."

"Oke. Makasih," jutek Amanda.

"Kita langsung saja ya." Pengacara memotong pembicaraan, "kami disini ingin meminta keterangan Anda terkait kasus kematian Bruno yang misterius itu."

"Apalagi yang perlu dibahas, jam tangan itu bukan milik saya. Bereskan?"

"Bukan begitu Roy. Ibu Bruno masih menjanggal jika memang bukan milikmu, kenapa saat dievakuasi, jasad Bruno tidak ada."

"Kebakar kali." Roy menjawab enteng. Amanda menatapnya sebal. Dia sama saja seperti Arafa. Sama-sama menjengkelkan.

"Apa mungkin kau yang menculik jasadnya?"

"Buat apa aku menculik jasadnya? Aku muak dengan pertanyaan hukum. Namanya jam, itu pasti sama. Pabrik tidak buat satu. Apalagi selalu menghubungkan yang tidak masuk akal." Roy dengan seenaknya perut menertawakan kehadiran mereka. Sudah tidak dilayani dengan hangat, ditertawakan seenaknya. Amanda merasa geram dengan tingkah lakunya. Ia pun tak segan menyiramkan air vas bunga di atas meja ke hadapannya. Namun, dengan sigap Roy menghadang. Air vas bunga itu justru tumpah di jasnya. Amanda menatapnya sinis.

"Anda taukan rasanya karma bagaimana? Pasti sudah terbiasa." lagi-lagi Roy meledek.

"sudah cukup !" Pengacara Bahrun meluapkan emosinya. "Kalau Anda bersikap tidak sopan di hadapan kami, kami tidak akan sudi datang kesini lagi."

"Baik, pintu masih dibuka lebar buat kalian."

Roy sungguh tidak punya akal mengusir mereka tanpa ada sopan-sopannya. Mereka menuruti kemauan dengan pergi tanpa memberi salam ataupun berjabat tangan. Pengacara Bahrun meraih tangan Amanda membawanya keluar rumah Roy dan masuk ke mobil. Ia memukul setir mobil kesal.

"Aku heran sama pria dingin itu. Mau dibela apa tidak?"

"Sudahlah Pengacara Bahrun. Tidak ada gunanya kita marah sama orang angkuh seperti dia."

"By the way, kenapa kau bisa mengenalnya?"

"Dia pacarnya adikku. Dia cinta butanya adikku."

"Orang macam seperti dia apa yang disukai."

"Haha...cinta mengubah segala sudut pandang. Mari kita pulang," ajak Amanda. Pengacara Bahrun menyalakan mobil. Mereka pergi menyapu jalan raya yang tidak terlalu macet.

Ia sangat mengetahui mimpi itu. Menopengkan diri demi mencari cinta sejati. Ruang kenangan yang dimiliki Roy tak satupun orang tahu meskipun keluarganya sendiri.

"sisisugawahilarikberip." Roy membaca mantra membuka ruang kenangan misteri itu. Pintu terbuka lebar. Lampu penuh kemerahan menyakitkan mata bagi yang tidak izin masuk ke ruangan itu. Kabut asap menyelimuti ruangan misteri itu. Roy membukakan peti. Sebuah jasad yang sengaja ia beri formalin. Tubuh putih, dingin nan kaku itu tidak ada yang tahu wajah yang sebenarnya tak terkecuali Roy sendiri.

"Kak, aku tahu ini terlalu berat buat kakak. Meninggal dalam kekecewaan. Hidup tak ada bahagianya hanya demi perempuan itu. Roy janji pada Kakak akan menghidupkan kakak kembali dalam bentuk wajah yang berbeda dengan tujuan yang sama." Janji Roy yang tak main-main.

Mengingat sepuluh tahun yang lalu, Kakak menggilai seorang gadis konglomerat yang pada saat itu, kakak bukan level mereka. Cinta mereka tak direstui. Akal kakakpun menjadi-jadi kala melihat gadis itu selingkuh dengan pria lain. Tragisnya, kakak mengakhiri nyawanya dengan mencelakai dirinya sendiri. Apapun akan Roy lakukan demi mengganti kebahagiaan kakaknya dengan menghancurkan kebahagiaannya sendiri.  Ia rela kehilangan Arafa demi kebahagiaan kakak. Ya. Dia sebenarnya sudah lulus SMA dan menjejaki ilmunya di dunia kedokteran. Ia mengoperasi dirinya sendiri. Membelah dadanya menahan sakitnya minta ampun.

Sekitar dua jam Roy menahan dan kuat mengoperasi semuanya. Nanti setelah sukses jalannya pengoperasian itu, Roy bukan lagi Roy yang mereka kenal. Roy lebih psikopat dibandingkan dirinya sendiri.

Pergerakan tangannya perlahan berfungsi. Otaknya berkoneksi pada dunia nyatanya. Matanya tersorot tajam memandang dunia penuh dendam. Ia perlahan membangunkan tubuhnya. Menatap Roy penuh arti.

"Selamat datang Arjuna. Sampai jumpa Roy."

                                          

                                 🌨🌨🌨

Bab terkait

  • Lebih dari selamanya   5. Realita mimpi

    ~Masa lalu bergulir merangkai realita yang ada. Masa depan menjadi bayang-bayang mimpi semata~ 🥀🥀🥀Pulang ke rumah, Pengacara Bahrun tidak langsung mampir. Ia memutuskan langsung pulang karena takut orang tuanya khawatir. Amanda hanya menurut saja dan mengucapkan terima kasih padanya. Masuk rumah, Papa dan Mama nampak mesra menonton televisi."Aku pulang Ma Pa," seru Amanda. Ia langsung bersalaman pada mereka."Tumben pulang awal," ujar Papa."Iya Pa. Pekerjaanku hanya menyelidiki kasus kematian Bruno.""Amanda, sampai kapan kau menyelidiki masalah orang lain," sahut Mama.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • Lebih dari selamanya   6. Strategi menembak

    ~Apa yang kau inginkan pasti ada alasan tapi bagaimana dengan menginginkan tanpa ada alasan seperti aku ingin kau menjadi milikku~ ***"Kkk...kau..."Roy datang kembali. Memakai jas Detektif Jack's Angels. Amanda masih tak menyangka yang ada di depannya adalah Roy."Iya. Boleh aku duduk disini?"Mata Amanda masih terpaku. Syukurlah, Alifa selesai ke toilet. Ia juga ikut kaget melihat seorang pria yang sudah berani menduduki kursinya. Ia tidak bisa diam. Dengan cekatan, ia langsung mejewer telinga Roy."Siapa kau berani duduk di sebelah sahabatku." Celoteh Alifa dengan suara cemprengnya. Para kolega terbangun dan merasa terganggu dengan suaranya. Mereka dengan seksama melihat Alifa menjewer telinga seorang pria. Roy malu dibuatnya."Eh, iya iya aku duduk di belakang." Roy akhirnya berdiri."Tidak muat." Jutek Alif

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Lebih dari selamanya   7. Wanita bermata dingin

    ~Semakin menjauh semakin rasa penasaran bagaimana cara untuk bisa mendapatkanmu. Menolak bukanlah gagal. Justru aku belum sempurna untuk memilikimu~ ***"Kau sudah gila!" Gerutu Amanda."Bagaimana?" Roy mendesak. Amanda melepas shallnya dan melemparkannya di hadapan Roy."Adikku lebih mencintaimu dibandingkan aku." Amanda menatapnya nanar. Tanpa rasa kehangatan, ia pergi meninggalkannya. Menyisakan rasa kekecewaan yang menyesakkan dadanya. Amanda kembali ke tenda merebahkan tubuhnya. Membiarkannya sendirian bernuansa dingin yang menyengat.Sepuluh tahun yang lalu, Roy mati-matian memperjuangkan cintanya. Wanita yang tidak pernah berubah dengan sikap dingin, cuek, kaku, jutek dan tidak pernah memahami perasaan orang lain.Di malam yang sesunyi ini, Roy menyembunyikan air

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Lebih dari selamanya   8. Akibat bersamamu

    ~Pelangi hadir mempermanis setelah hujan. Senja terlukis mengukir nama ketika langit mengizinkan menampakkan rupawannya~ ***"Mengenalmu saja tidak, kenapa aku harus memanggilmu Arjuna." Pekik Amanda."Baiklah, aku akan memprediksimu suatu hari nanti kau akan memanggilku Arjuna."Kebiasaan Amanda yang tak memahami perasaan orang lain, beralih pada Roy yang sengaja meninggalkannya di tepi pantai. Amanda menatap sendu ombak pantai. Ia masih terbayang tatapan mata itu dan membandingkannya dengan wajahnya. Mencoba memahami perasaannya.Amanda yang bisa merasakan liburan baru-baru ini bersama teman-temannya berbeda halnya dengan Arafa. Ia harus melewati beberapa ujian untuk kelulusannya serta upaya agar bisa masuk ke perkuliahan impian. Memasuki bulan maret, Arafa berjuang menyelesaikan u

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Lebih dari selamanya   9. Kaulah senjaku

    ~Mendekatimu adalah karunia sejak dahulu. Memilikimu adalah keistimewaan yang aku idamkan sampai sekarang. Pelan-pelan kau akan memahamiku~ ***Sang Gadis pujaan, alangkah indah wajahmu...Alangkah manis senyummu...Berwarna warni sekian sikapmu...Pelukismu agung menciptakan karyamu...Siapa gerangan yang berhak bersanding denganmu?Aku hanyalah Senja yang selalu takut mendekatimu...Berharap ketika kau membenciku...Pantaskah aku memperjuangkanmu?Puisi sang Senja yang sedang merindu. Ia tulis di sebuah kertas dengan pena pemberian raja sewaktu ia mengikuti sayembara puisi untuk sang putri. Ia sangat dekat dengan raja tapi tidak tahu maksud kedekatan itu karena memiliki perasaan dengan sang putri. Sayembara itu hanyalah hadiah berupa uang bagi rakyat jelata sepertinya. Ibunya menjadi dayang. A

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Lebih dari selamanya   10. Menyelidiki atau memahami

    ~Hati tak dapat diselidiki tetapi harus dipahami seperti kisah yang pernah kita jalin dalam hidup ini. Bukan tentang mencintai melainkan ketulusan hati~ ***Liburan telah selesai. Para kolega mengemasi barang-barangnya. Menurunkan tendanya. Api unggun telah padam sejak tadi pagi. Roy yang mendadak ikut waktu itu, juga mengemasi barang-barang mereka. Ia tak membawa apa-apa. Hanya pinjam baju milik Elang. Sebagai balasannya, ia ikut mengemasi barangnya.Saat Amanda mengemasi barangnya, ia lupa masih menyimpan shall milik Roy. Ia terus menatap Roy. Akhirnya ia memberanikan diri mengembalikannya. Tangan Amanda menjulurkan sebuah shall di depan Roy. Ia amati shall tersebut. Kemudian menoleh pada Amanda dengan senyumannya."Kau ambil saja." Kata Roy."Kau yang lebih membutuhkan." Amanda menolak.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Lebih dari selamanya   11. Mendekati

    ~Menyelidiki tanpa memahami akankah bisa bersatu kembali. Pertolongan pertama yang paling hakiki adalah mendekati~ ***Sarapan pagi kali ini terasa hampa tanpa kehadiran Mama dan Papa. Makanan lezat yang selalu tersaji di meja makan kini hambar. Suasana sarapan yang penuh cerita menjadi bosan. Tersisa Amanda dan Arafa yang berada di meja makan. Sebagai Kakak, Amanda yang menyajikan makanannya. Soal masak memasak memang ia tidak terlalu berbakat. Ia hanya ingin bisa seperti Mamanya. Dan suatu hari, pasti dia juga akan menjadi Mama.Amanda menuangkan lauk telor dadar sambal balado di atas piring milik Arafa."Kak, nanti malam ajari aku buat tes kuliah ya?" Pinta Arafa mulai melahap makanannya."Apa yang belum kau pahami?""Soal penalaran sama sebab akibat.""Oke, Kakak usahakan." Amanda bersedia.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Lebih dari selamanya   12. Mengenggam

    ~Kedua tangan merekat ketika saling memberi rasa hangat. inikah tanda rasa pemahaman yang selama ini ia pikat~ ***Mereka terus bertatap mata. Pengacara Bahrun yang merasa diacuhkan berpura-pura batuk. Mereka saling mengalihkan pandangan."Sudah selesai?" Pengacara Bahrun sungguh merusak suasana."Tidak usah jealous." Roy menyindir. Merasa disindir, Pengacara Bahrun tak mau kalah."Iya, aku memang jealous. Kau sudah merebut Amanda dariku." Pengacara Bahrun justru berterus terang. Hati Roy seketika itu membeludak. Menyembur kecemburuan yang berapi-api. Dia sungguh memantik emosi Roy."Kau yang sudah merebut karena dia masa laluku." Roy melototkan matanya pada Pengacara Bahrun."Oh, jadi kau mantannya." Pengacara Bahrun gemar sekali menyindir. Emosi Roy sudah tak bisa dik

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17

Bab terbaru

  • Lebih dari selamanya   45. Lamaran siri

    ~Perkataan seseorang lebih tajam ketimbang perkataan diri sendiri. Lalu, mana yang lebih engkau prioritaskan?~ ***Psikiater prihatin melihat kesedihan Roy. Perawat yang berjaga di belakang para pasien segera memberikan suntik obat bius. Sedang perawat yang lainnya, membawa pasien ke kamarnya agar tidak ketakutan melihat keadaan Sinta. Psikiater itu menuntun Roy ke ruangan pribadinya. Ia tampak terpukul melihat keadaan Sinta semakin hari semakin tidak keruan."Aku tau Roy, kau pasti sedih melihat ibu Sinta selalu diwarnai kecemasan. Kau sabar saja. Lambat laun, ibumu akan mengetahui kebesaran hatimu," kata Psikiater menenangkan hatinya."Sampai kapan, dok? Dari dulu ibu lebih menyayangi Juna karena memang aku in

  • Lebih dari selamanya   44. Ketika terjatuh

    ~Ketika seseorang terjatuh dalam masalahnya, menangis adalah luapan emosinya dan merenung adalah solusi ketenangannya~ ***Pengacara Bahrun menenangkan Amanda dan memintanya langsung keluar saja ke kantor polisi. Amanda masih menangis dalam pelukannya. Ia tak tahu harus bagaimana menghiburnya."Manda, yang sabar ya...doakan saja semoga mama kamu cepat dikeluarkan dari penjara," katanya menenangkan.Ia lebih memilih menunggu taksi offline. Takutnya kalau dia memesan taksi online, si sopir itu malah yang nongol.Setengah jam berlalu, taksinya datang. Pengacara Bahrun perlahan memapahnya masuk ke dalam mobil. Ia kemudian duduk di sampingnya. Mobil berjalan menyapu jalanan yang pada saat itu memang tidak terlalu macet.

  • Lebih dari selamanya   43. Mamaku

    ~Sosok yang ia rindukan selama ini, ternyata menyimpan luka dan duka mendalam demi kebahagiaannya~ ***Si sopir itu hanya pasrah. Ia menahan rasa sakit bekas pukulan Pengacara Bahrun."Itu teguran untuk tidak bersikap semena-mena terhadap pelanggan. Faham?""Iya, maafkan saya. Kalau begitu, saya pamit pulang." Dengan muka sendu, si sopir membuka pintu mobil. Dan menyalakan mesinnya. Amanda menatapnya tak tega. Ia kemudian menghentikan mobilnya. Pengacara Bahrun kaget dengan keputusan Amanda yang sepihak."Kita harus menghargai pertolongan orang lain," ujar Amanda pada Pengacara Bahrun. Si sopir itu tersenyum. Ia mengizinkannya masuk ke mobil maka ia pun masuk. Pengacara Bahrun masih dalam tatapan nanarnya."Mas

  • Lebih dari selamanya   42. Ternyata

    ~Sebuah kata ternyata tidak pantas diungkapkan pada seseorang yang mengenalmu tapi bagaimana jika itu terjadi padamu?~ ***Agen Andara menjadi pusat perhatian di bus saat itu. Semua sudah siap dia masih melakukan aktivitas mandi di belakang bus. Ia segera mencuci muka dengan air yang ada dalam botolnya. Lalu mengenakan jasnya."Siap, kita berangkat," seru Agen Andara sudah siap berangkat ke kantor. Sopir mendengarkan intruksi dari boss, ia menyalakan mesin dan bus siap dijalankan.Berada di bus, Amanda teringat masa-masa camping bersama mereka. Menatap kaca jendela, memori tentang dia juga muncul. Ya, saat dimana Juna memeluk jari kelingkingnya.Roy meminta turun di tengah jalan karena dia berseberangan arus dengan mereka. Ia masih

  • Lebih dari selamanya   41. Keajaiban mandi

    ~Kesedihan mendalam yang dialami tak memungkiri berbagai persoalan hidup menghampiri. Dalam hal ini, siapa yang dapat menghiburmu?~ ***Keadaan jadi semakin rumit dengan keputusan Roy."Lah, kalau kita tinggal di rumah Amanda, kita tidur dimana?" Alifa meragukan keputusannya."Disini ada empat kamar. Kamar Amanda, mama, papa, dan kamar tamu."Amanda tercengang kenapa Roy bisa tahu seisi ruangannya. Ia lupa kalau Juna pernah bilang Roy itu memiliki indera ke tujuh."Kalau begitu, kita bagi kamarnya," sahut Amanda ikut berpendapat.Arafa menatapnya bingung."Jumlah para kolega ini berapa?""Sekitar tiga puluhan.

  • Lebih dari selamanya   40. Akibat teror

    ~Satu cinta sudah terlahir sejak dahulu kini tibanya aku tahu siapa kamu~ ***"Baiklah, maaf jika saya mengganggu kegiatan kalian...." ucap si kurir berpamitan. Ia mengendarai motornya lalu menghilang ditelan kecepatan motornya. Pengacara Bahrun menarik tangan Amanda masuk ke dalam. Menutup pintunya dengan wajah kecemasan.Arafa dan Roy menghampiri mereka juga ikut cemas."Ini benar-benar aneh. Kemarin ada sopir taksi sekarang kurir. Siapa yang telah menerorku? Apa mau mereka?""Tenang, Manda. Jangan cemas. Kita sama-sama membongkar siapa di balik semua ini.""Ya sudah, yang penting kita rayakan pesta hari ini," sahut Arafa menenangkan hati Amanda. Melepas dari peneroran itu, mereka kembali ke tepi kolam. Rupanya acara bakar

  • Lebih dari selamanya   39. Kurir

    ~Ketika rindu tersekat oleh waktu apakah hanya sesaat aku bisa bertemu?~ ***Cahaya itu menyingsing. Menyinari pepohon yang berfotosintesis. Sedang para kolega pulang dan lega karena sudah mengikuti diskusi hari ini. Pengacara Bahrun dan Amanda naik mobil. Mereka melambaikan tangan pada para koleganya yang juga naik mobil.Mesin dinyalakan, mobil beringsut menghamburkan dedaunan yang berguguran karena musim kemarau telah datang.Sampai pada rumah, Arafa beranjak dari sofa ruang keluarga yang pada saat itu, dia sedang menonton televisi, membukakan pintu. Mereka hampir mengetuk pintu tidak jadi keburu Arafa sudah membukakan pintunya."Bagaimana dengan si sopir itu, kak?" Dia langsung menanyakannya dan panik."Kita

  • Lebih dari selamanya   38. Misteri wanita pengedar narkoba

    ~Gelisah karena banyak mata yang menyelidik. Galau karena rindu terus merajalela. Merana karena cinta masih berada dalam kadar mimpi~ ***Amanda merasa Pengacara Bahrun memberi perhatian lebih padanya. Kenapa bukan Juna? Kapan dia akan kembali?"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Amanda bertanya lebih dalam."Terus melihat gerak-gerik mencurigakan di rumahmu atau di sekitarmu.""Baiklah, aku juga harus lebih waspada."Ponsel Amanda berdering beberapa saat kemudian. Ia menengok siapa yang menelpon. Nomor tak diketahui siapa. Ia melirik Pengacara Bahrun sebentar. Namun, ia memberanikan diri mengangkat teleponnya."Hallo, dengan detektif Jack's Angel's ada yang bisa saya bantu?"

  • Lebih dari selamanya   37. Taksi online

    ~Waktu berputar sesuai dengan porosnya. Bagaimana dengan rindu yang berpijak pada targetnya?~ ***"Bangun kak, ini sudah pagi! Jangan terus menghalu!" Celetuk Arafa."Astaghfirullah! Aku harus kerja." Amanda langsung menyabet handuk yang ia tanggalkan di tengah pintu dan masuk ke kamar mandi nyaris kepeleset namun, kaki kuatnya mampu menahannya. Ia menyengir.Karena bangun kesiangan, Arafa yang harus menyiapkan sarapan hari ini. Memasak seadanya saja dan menata piring, nasi serta lauk pauknya di atas meja. Sepuluh menit sudah Amanda mandi, ia meletakkan handuknya di atas kursi. Mendorong kursinya dan duduk dengan nyaman."Seadanya ya kak," ujar Arafa memelas."Tidak apa. Yang penting pagi-pagi sudah diisi perutn

DMCA.com Protection Status