Share

Bab 100-2

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-18 23:59:19

Berbagai jenis makanan tersaji di meja, tidak membuat tiga orang yang sedang duduk tenang tergugah untuk menyantapnya. Jelita, Rangga dan Yuki hanya duduk diam, larut dalam pikiran masing-masing.

“Maaf, Rangga tidak nafsu makan. Rangga ke kamar dulu.”

Yuki hanya mengiring kepergian paman dingin yang mulai menghangat itu melalui manik matanya.

“Eyang,” lirihnya seraya menatap Jelita. “Aku mulai merindukannya.”

Jelita merentangkan dua lengannya, mengundang Yuki masuk dalam pelukan hangatnya. “Eyang tahu. Kita harus membiarkan mereka saling berjauhan agar tidak ada lagi yang tersakiti.” Tangan Jelita terus mengusap punggung Yuki, naik turun.

“Apa ini akan berhasil?” tanya Yuki seraya mengangkat wajahnya.

Jelita tersenyum, mengusap kepala Yuki dan mencium dahinya. “Cah Ayu, kita hanya diminta berusaha. Hasilnya, kita serahkan pada Sang Pencipta. Kita dorong dengan doa. Ba

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dite
menenangkan diri kok perginya ke rumah laki lain, ini sih msuk kategori selingkuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 101-1 Untuk Kebaikan

    “Tidak, aku tidak bisa. Kak, to-long aku!” seru Maura panik sambil terus berusaha mengisi parunya dengan udara.“Maura, Maura! Dengar aku.” Suara Evan makin naik. “Tarik napas, kamu begini akan membahayakannya. Tarik napas, Maura!”Begitu mendengar bahaya yang akan mengancam, Maura meneguhkan hatinya, mencengkeram lengan Evan dan mulai mengembangkan parunya. Perlahan, sedikit demi sedikit, Maura mulai mengisi parunya.“Bagus! Inhale, exhale. Lagi, Ra. Good.” Evan terus memberi pujian dan merasakan cengkeraman di lengannya mulai mengendur.“Oke, bagus. Kamu bisa napas biasa sekarang. Tenangkan dirimu.” Evan membelai bahu Maura lembut. “Kamu bisa ceritakan padaku, kalau mau.”“Kak, aku merasa tidak akan bisa melakukan semua ini.” Maura tertunduk menyembunyikan kerinduannya.“Ra, lihat aku.” Evan menaikkan dagu Maura. “Apa yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 101-2

    Puri Mangkunegaran, 23.00 WIBRangga duduk di kursi ukiran yang dua hari kemarin menjadi tempat tinggalnya. Matanya jauh menerawang ke gerbang puri yang tampak kecil di kejauhan. Sesekali, kepalanya mendongak menatap atap genting tanpa plafon dan mendesah.“Belum tidur?”Rangga enggan menjawab pertanyaan Jelita. Ia masih kesal dengan keputusan eyangnya yang memanggil Evan dan mengizinkan pria sialan itu membawa istrinya.“Belum tidur?” ulang Jelita.“Belum,” sahut Rangga malas.“Kenapa lemes begitu? Marah sama Eyang?”Rangga berpaling cepat menatap Jelita. “Apa masih perlu ditanyakan, Eyang? Sebenarnya Maura itu kenapa? Apa yang terjadi pada calon bayi kami, Eyang?” Rangga bergerak gusar di kursinya.“Kenapa harus Evan yang datang merawatnya? Apa gak ada dokter kandungan di Jogja, sampai harus mendatangkan dokter kandungan dari Jakarta? Dan kenapa harus Evan?!&rd

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 102-1 Yuki Sakit

    Rangga melompat ke atas ranjang dan memeriksa sendiri kondisi Yuki. Benar kata Jelita, bibir bawahnya sobek. “Yuki kenapa, Eyang?” “Sepertinya dia terjatuh dari ranjang. Warsih terbangun karena kaget mendengar suara berdebum seperti sesuatu jatuh di lantai. Saat turun dari ranjang, kakinya menyenggol kaki Yuki,” papar Jelita sambil membalik handuk basah di kening Yuki. “Kita bawa saja ke Rumah Sakit.” Rangga dengan sigap mengangkat tubuh Yuki dari ranjang dan bergegas keluar. “Man, Kirman!” Rangga berteriak lantang memanggil sopir kepercayaan Jelita sambil terus melangkah cepat menuju mobil yang terparkir rapi di teras depan. “Mana, sih?! Mbak, tolong panggil Kirman!” titah Rangga pada Warsih yang tergopoh-gopoh mengekorinya. “Tidak perlu. Eyang dan Warsih akan ikut ke Rumah Sakit, kamu yang bawa mobilnya.” Jelita bergegas masuk ke dalam mobil sebelum Rangga memasukkan Yuki ke kursi belakang diikuti Warsih. Karena masih terlalu pagi, j

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 102-2

    “Ada apa?!” tanya Rangga panik seraya menyibak tirai.Jelita sedang menahan tubuh mungil Yuki agar tidak turun dari ranjang. Sedangkan Warsih, menahan lengan bocah itu sambil berusaha melepaskan botol infus dari tiang penyangga.“Kenapa dia, Mbak?”“Papa ... Papa ... Yuki mau ketemu Papa,” rengek Yuki dengan suara serak dan lemah.Mengertilah Rangga bahwa Yuki mengira Damian datang menjenguknya, yang sebenarnya adalah kesalahan yang tidak sengaja Rangga buat.“Yuki, dengar, itu Damian yang lain. Bukan ayahmu. Tenanglah.” Rangga berjalan mendekat dan meraih tubuh mungil itu dalam peluknya.“Kenapa semua yang Yuki sayangi pergi, Panda?”tanya gadis itu di sela isakannya.“Kau harus lebih dulu sembuh sebelum memikirkan hal itu. Aku janji, setelah kau keluar dari sini, aku akan membawa Bunda ke hadapanmu.”Yuki hanya mengangguk sebelum terkulai lemas dalam pekuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 103-1 Hal Tersulit

    “Awh! Sakit, Panda!”“Ups, sori.” Rangga terus berusaha membuat ekor kuda yang rapi setelah empat kali gagal. “Aku menyerah!” Rangga melempar sisir ke atas ranjang dan mengangkat tangannya.“Aku tidak ingin ke sekolah hari ini!” sungut Yuki kesal. Kepalanya berdenyut hampir di semua sisi setelah Rangga menyisir, mengikat dan menarik karetnya berulang kali. “Aku pusing, kepalaku berdenyut!” imbuhnya.“Oke. Memang sebaiknya kau tidak perlu berangkat sekolah hari ini.”Yuki memutar badannya dengan cepat. “Bunda melarangku bolos sekolah kecuali sakit atau ada hal mendesak. Dia akan marah kalau tahu aku bolos!”“Kalau kau berkeras ingin pergi sekolah dengan ekor kuda, maka aku tidak bisa menolongmu.” Rangga melirik arlojinya.“Sial! Aku hampir terlambat untuk rapat direksi pagi ini. Putuskan dalam setengah jam apa yang akan kau lakukan dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-04
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 103-2

    Klik.Rangga menarik gagang pintu dan bergegas masuk ke kamar Yuki. Kosong.“Yuki?”Tidak ada jawaban.“Ke mana bocah itu?”Segera diambilnya ponsel dari saku kemeja. Rangga berniat mencari keberadaan Yuki pada orang terdekatnya. Matanya menangkap pesan dari Hanna yang memberitahu Rangga bahwa Yuki pergi ke sekolah bersama Hanna.“Syukurlah,” desah Rangga lega. “Ren, apa kau sudah turun ke lobi? Aku akan turun sekarang.”Dengan langkah lebar dan ringan, Rangga kembali ke dalam lift, turun ke lobi.“Satu tugas tersulit sudah terlewati hari ini,” gumam Rangga sambil menekan tombol lift.***Di dalam mobil van hitam, Yuki duduk tenang sambil menunggu ekor kudanya siap, mulutnya sibuk mengunyah roti lapis buatan Yuni.“Oke, selesai.” Hanna menyerahkan cermin kecil yang sengaja dipinjamnya dari Alina pagi ini. “Bagaimana?”

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-04
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 104-1 Yatim Piatu

    Yuki terkesiap mendengar pertanyaan Hanna. “Oma bilang apa? Pulang sekolah kita ketemu bunda. Beneran, Oma?!” pekik Yuki girang bercampur ragu.“Tapi, Yuki janji dulu sama Oma. Hanya kita berdua yang tahu. Hmm?”Alih-alih menjawab, Yuki mengulurkan jari kelingkingnya ke depan Hanna. “Janji kelingking,” sahutnya sambil tersenyum senang.***Usai jam sekolah, Yuki duduk di bangku taman bermain menunggu Hanna menjemputnya. Saat Yuki duduk termenung sambil menggerakkan ujung sepatunya menggambar di atas tanah, tiga gadis kecil menghampirinya dengan mimik kesal.“Hei, Gadis Pindahan!”Yuki mengabaikan panggilan dengan nada tidak bersahabat yang dilontarkan bocah yang berdiri di tengah. Sejak Yuki pindah ke sekolah ini, gadis itu memang tidak pernah ramah padanya.“Hei, apa kau tuli?! Dia bicara padamu!” ketus gadis lainnya.“Maaf, aku tidak merasa kalian ajak bicara,&

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 104-2

    Yuki terpaksa pulang bersama Rangga karena pria angkuh itu memaksanya ikut, menggagalkan rencananya bersama Hanna untuk bertemu Maura.“Kau kenapa? Ada yang sakit?” tanya Rangga sambil menoleh ke belakang memastikan badan mobilnya terparkir dengan sempurna.Yuki hanya menjawab dengan mengendikkan bahunya.“Dan satu lagi. Jangan pernah pergi dari rumah tanpa meninggalkan pesan untukku. Apa kau tahu betapa khawatirnya aku?” tanya Rangga, kali ini menatap ke arah Yuki.Lagi-lagi Yuki hanya merespon dengan gerakan bahu yang malas. Rangga menduga, Yuki masih sedih dengan sebutan yatim piatu yang ditujukan padanya, jadi Rangga memilih diam. Hanna sempat bercerita sedikit tentang peristiwa tadi dan membuat Rangga merasa tidak nyaman.Yuki masih murung sampai malam tiba. Semua hal yang Rangga katakan dan lakukan untuk menghiburnya hanya dibalas dengan sebuah senyuman yang dipaksakan. Rangga masih terjaga dan melakukan beberapa hal s

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07

Bab terbaru

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 131-2

    Vila Danutirta, Bandung“Gimana, Han? sudah dapat tiket pesawatnya?” tanya Jelita gelisah. “Kasihan Alina dan Rangga, mereka belum pernah menemani ibu bersalin, pasti bingung dan panik.” Jelita mondar-mandir seperti kain pel.“Belum, Bu. Penerbangan hari ini penuh semua. Tiket kereta juga ludes sampai besok,” lapor Hanna tak kalah gelisah.“Haduh ... kenapa bisa habis semua di saat seperti ini? Galih, kamu sudah hubungi Galih dan Reno? Biasanya otak pria bisa berpikir cepat saat situasi mendesak begini.”Hanna menggeleng. “Mas Galih dan Reno sedang berada di kawasan proyek, Bu. Ponselnya dinonaktifkan.”“Astaga, ya Allah Gusti ...! Kok bisa barengan begini, sih?!” Jelita menepuk kedua pahanya putus asa.Yuki yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, hanya bengong sambil kepalanya bergerak mengikuti Hanna dan Jelita bergantian.Jelita melambaikan tangannya denga

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 131-1 Perjuangan Panjang

    Rangga sedang iseng mengintip isi kantong belanjaan yang tergeletak di atas ranjang manakala telinganya mendengar seruan panik dari dalam kamar mandi. Rangga bergegas ke kamar mandi, melihat Maura sedang berdiri berpegang erat pada pinggiran wastafel, tapi mimiknya tidak menyiratkan kesakitan, membuat Rangga menurunkan kewaspadaannya.“Ada apa?” tanya Rangga tenang.“Balonnya meletus,” ucap Maura bingung.Rangga mengedarkan pandangan ke arah langit-langit, mencari bohlam yang pecah. “Mana? Gak ada yang pecah, kok.”“Ini, yang di sini.” Maura menunjuk ke bawah kakinya.“Astaga! Ini balon apa yang pecah, kok isinya air keruh?!” panik Rangga. “Jangan-jangan ... ini ketuban, ya?” tebak Rangga sambil menatap Maura meminta penjelasan.“Sepertinya begitu.”Rangga bergegas mengangkat Maura, membawanya keluar dan membaringkannya di ranjang.“Jangan

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 130-2

    “Hoek, hoek!” Maura bersandar lemas di depan pantry dengan kran menyala deras. Di sampingnya, Alina dengan telaten memijat lembut tengkuknya. “Maura kenapa, Al?” Rangga yang penuh keringat setelah bermain tenis bersama Kirman terlihat cemas. “Entahlah, sejak tadi pagi sudah begini.” Alina meraih selembar tisu untuk mengusap peluh yang membasahi leher dan dahi Maura. “Sini, biar aku saja.” Rangga menggantikan Alina, memijit tengkuk dan mengusap peluh. “Masih mau muntah?” tanyanya lembut. Maura menggeleng. “Aku mau duduk, Kak.” Rangga dengan sigap menggendong Maura, membawanya ke kursi goyang kayu kesayangan eyang kakungnya. “Duduk sini dulu, aku ambilkan minum.” “Aku mau teh lemon madu hangat,” sahut Maura cepat. “Oke, segera datang.” Rangga melesat kembali ke dapur bersih dan sibuk menyiapkan teh yang Maura minta. “Kak, apa masih ingin muntah? Perlu aku ambilkan baskom kecil?” tanya Alina seraya mendekat.

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 130-1 Keluargaku Duniaku

    Rangga, Hanna dan Galih kompak mengernyit jijik melihat isi gelas yang Jelita sodorkan ke depan Maura. Sedangkan wanita hamil itu, dengan mata membeliak, mengintip ke dalam gelas dan penasaran pada isinya.“Sudah, jangan intip-intip. Minum!” desak Jelita lagi.Maura memasang wajah memelas. “Eyang, boleh tidak kita lewati saja tradisi yang ini?”Jelita menggeleng.“Kalau minumnya setelah makan?” tawar Maura lagi.“Bisa-bisa kamu makin eneg dan muntah nanti,” celetuk Rangga, membayangkan dirinya yang meminum ramuan Jelita.Maura mendelik marah ke arah Rangga yang memasang wajah tanpa dosa. “Kalau begitu, biar dia saja yang mewakili Maura, Eyang!” ketus Maura sambil terus menatap Rangga kesal.“Hush! Yang hamil kamu, yang lahiran kamu, masa’ iya yang minum jamu Rangga?” Jelita tersenyum memahami kekesalan Maura, tapi gelas di tangannya tetap teguh di depan waja

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 129-2

    Jelita tersentak melihat Maura berdiri di tengah ruangan dengan lengan menggamit Rangga dan tangan lainnya menggandeng Yuki. Di belakangnya, ada Hanna dan Galih. “Lho, kalian?” heran Jelita sampai tidak bisa berkata-kata. Warsih yang pertama kali tanggap, menarik lengan Kirman dan Barno untuk membawa koper tamunya masuk. “Ayo, kopernya diurus dulu,” bisiknya memberi perintah. “Trus, urusan cacing ini gimana, Mbak?” protes Barno. “Tahan dulu!” hardik Warsih sambil melotot kesal. “Ehhem! Kalian ke belakang dulu, buatkan Maura minuman hangat.” Kumpulan abdi dalem itu pun membubarkan diri dengan wajah penasaran tentang apa yang terjadi pada majikannya. Jelita berdiri, mempersilakan tamunya duduk di sofa tengah. Sikapnya kaku dan canggung, membuat Galih dan lainnya merasa makin bersalah. “Kenapa tiba-tiba datang tanpa kasih tahu dulu? Ada apa?” tanya Jelita datar. Galih dan Hanna duduk mengapit Jelita. “Bu, kami datang untuk

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 129-1 Hal Terindah

    Puri Mangkunegaran 15, Yogyakarta“Sih, Warsih! Ayo, jangan lama-lama. Keburu siang nanti.” Jelita berpaling ke belakang sambil merapikan sanggulnya.Warsih tergopoh-gopoh masuk dari pintu belakang. “Maaf, Ndoro. Saya baru selesai bantu Kirman motong ayam,” ujarnya sambil membenahi kebayanya yang berantakan.“Ya, sudah. Tolong kamu panggilkan Barno, minta dia untuk mengantar kita ke pasar.” Jelita menjinjing tas belanja yang terbuat dari anyaman plastik warna-warni kesayangannya dan berjalan mendahului Warsih ke teras.Nyatanya, Barno sedang sibuk mengelap mobil kuno warna hijau pastel yang bagian atasnya berbentuk lengkung. Melihat majikannya mendekat, Barno bergegas membuka pintu penumpang.“Sudah selesai bersih-bersihnya?” tanya Jelita seraya memeriksa hasil kerja abdinya.“Sampun, Ndoro.” Barno memeras kanebo sebelum memasukkannya ke dalam kotak plastik warna k

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 128-2

    “Kenapa? Gak suka aku temani? Atau aku ganggu momen kamu ketemuan sama mantan pacar?” goda Rangga dengan wajah serius.“Kamu becanda apa beneran, sih? Kok serius banget mukanya?” panik Maura. “Aku ketemuan sama Rissa, bukan Evan, itupun karena gak sengaja. Dan Evan bukan mantan pacarku, Kak.”Rangga tergelak. “Oke, percaya. Masih mau ngobrol atau kita pulang sekarang?” tawar Rangga seraya bangkit dari kursi. Ekor matanya menangkap sososk Evan sedang mencari mereka.“Pulang.” Maura meraih tasnya dan mencium pipi Rissa sekilas. “Kapan-kapan kita sambung lagi,” pamitnya.Sret.Sejurus kemudian, Maura sudah berada dalam dekapan lengan kokoh Rangga. Kedua matanya melebar seolah bertanya apa yang sedang Rangga lakukan.“Biar lebih cepat!” sahut Rangga singkat. “Mang, tolong belanjaannya, ya.”Jajang keluar dari balik pilar besar dan mengangguk sa

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 128-1 Best Partner

    Ibu jari Galih berhenti bergerak, diam terpaku di tulang pipi Hanna. Jelas sekali bahwa dia terkejut mendengar berita perihal kepulangan Jelita.“Ibu pulang? Kapan? Kenapa?”“Pagi tadi, kata Jajang. Alasan pastinya aku tidak tahu, tapi dari nada bicaranya saat menelfonku pagi ini, sepertinya ibu kecewa pada kita.” Hanna tertunduk sedih. “Selama lebih tiga puluh tahun menjadi menantunya, belum pernah aku dengar nada kecewanya terlontar untukku.”“Han, lihat aku.” Galih menarik dagu Hanna naik. “Kita tidak bisa selalu memuaskan orang lain. Tidak apa-apa terkadang salah dan mengecewakan, kita manusia.”Hanna tahu, suaminya berusaha menghiburnya, tapi kata-katanya makin membuat Hanna terbebani. “Apa kamu tahu salah kita di mana, Mas? Apa karena kita tidak memberitahunya tentang Alina? Aku tidak menyangka ibu akan begitu kecewa, padahal—.”“Stt, sudah. Jangan terus memik

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 127-3

    Ruang VVIPAlina sudah kembali ke ruang perawatan. Dua jam di dalam ruang tindakan, membuat Maura menggigil karena terpaan AC dan ingatan masa lalu yang menghantuinya tanpa henti. Hanna tampak cemas melihat anak dan menantunya sama-sama pucat.“Ra, apa perlu mama minta Tante Siska buka satu kamar buat kamu?” Hanna meremas jemari Maura yang dingin.“Tidak perlu, Ma. Sebentar lagi juga mendingan,” kilah Maura sambil memasang senyum.“Ren, Reno!” Hanna meninggikan suaranya agar Reno terbangun.“Ehh, ya? Ada apa, Ma?” gagap Reno.“Ada apa gimana, sih? Tolong kamu jaga Alina, ini Maura kedinginan.” Hanna kesal dengan sikap menantunya.Reno bergegas menghampiri ranjang dan memeriksa keadaan istrinya. Sesekali menutup mulutnya yang tidak berhenti menguap.Beruntung Rangga datang dan mengambil alih perawatan Maura, meringankan kecemasan Hanna. Ketika dua pasang anak mantunya s

DMCA.com Protection Status