Share

Bab 101

Penulis: Nona_Lyanna
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-24 13:05:22

Dari sejak pulang kuliah, hingga malam hari, Arsya belum keluar kamar sama sekali. Husein dan Areta tentu saja menjadi cemas serta bertanya-tanya.

"Arabella, bisakah kau panggilkan Arsya, sayang? Papa dari tadi belum melihatnya. Makan malam akan segera berlangsung. Kenapa dia tak hadir?" Husein memberi perintah dengan lembut.

"Tadi sore katanya Arsya kurang enak badan, Pa. Tapi, jangan khawatir! Ara akan segera ke kamarnya," papar gadis cantik serupa Khana tersebut. Ia bergegas berlalu menuju kamar Arsya.

"Husein, bagaimana dengan pertemuanmu bersama Riva? Ibu belum mendengar berita tentang itu. Kau jadi ke sana kan?" tanya Ros menyelidik.

Belum sempat Husein memberikan jawaban. Ara dan Arsya keburu kembali ke meja makan.

"Papa, maaf. Arsya sedikit lelah dan nggak nafsu makan," lirih Arsya dengan tatapan mata yang memang tampak seperti sangat lelah.

"Kalau begitu kenapa kau keluar, sayang? Arsya beristirahat saja di kamar! Nanti biar pelayan yang mengantarkan makanan. Papa juga akan s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 102

    Mobil terus melaju menuju kampus. Ara dan Arsya tak lagi membuka suara setelah satu pertanyaan yang tadi sudah dijawab Ara dengan dusta.Arsya mencoba mengerti akan kebohongan Ara. Ia tahu, Adiknya hanya menjaga perasaannya saja.Sedangkan di sisi lain, Riva sudah sampai di depan perusahaan besar milik Husein. ia melangkah dengan ragu-ragu, sebab takut tak diterima di sana.Hubungannya dengan sang Ayah sudah membaik kemarin. Ia tak mau terjadi jarak lagi antara keduanya, kalau nanti Husein menolaknya. Sebab, Riva tak akan bisa menerima penolakan."Maaf, anda ingin bertemu siapa? Apa sudah membuat janji?" tanya petugas yang berjaga di depan."Aku ingin bertemu Papaku ... eh, bukan. Maksudku ingin melamar kerja sesuai arahan Papaku. Katanya tempat ini sedang membutuhkan karyawati," papar Riva yang hampir keceplosan."Oh, begitu. Memang perusahaan ini sedang membutuhkan beberapa pegawai tambahan, Kamu bisa masuk dan ikut mengantri bersama yang lain!""Baik, terima kasuh."Riva sebenarnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 103

    "Apa? Tidak mungkin. Selama ini aku dan Ara sudah bersahabat. Tidak ada cinta di antara kami," tukas Bagas yang syok mendengar penuturan Arsya."Kalau kau tak percaya, silakan kau tanyakan saja langsung pada Ara!" tantang Arsya.Bagas menghela napas berat. Bibirnya terasa kelu untuk menanyakan pada sahabatnya. Ia takut, kalau yang dikatakan Arsya itu adalah benar."Cukup, Arsya! Aku ingin segera pulang," ujar Ara."Tunggu, Ara! Kalau kau mengelak, berarti benar yang dikatakan, Arsya?""Pikir saja sendiri," desis Ara. Detik berikutnya ia berlalu pergi."Jadi, daripada kau membuang waktu untuk mengejarku, lebih baik kau buka hati ke Ara! Dia sangat tulus padamu," ujar Arsya yang turut berdiri dan kemudian pergi.Bagas terdiam. Ia tak tahu harus bagaimana bersikap untuk hari ke depannya. Betapa selama ini ia hanya menganggap Ara sebagai sahabat saja. tak kurang dan tak lebih dari itu.__Waktu berjalan, Ara dan Arsya sudah tiba di rumah. Husein juga pulang sedikit awal hari ini. Tak lam

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 104

    Waktu berjalan. Hari demi hari sudah tak indah sebelumnya bagi Arsya dan Ara. Semenjak jatuh cinta, dunia mereka jadi rumit dan membingungkan."Ara, apa rencanamu nanti? Arsya menyukaimu, sedangkan Bagas menyukaiku. Apa ini tidak lucu?""Entahlah, Arsya. Sepertinya takdir sedang menguji kita sekarang.""Takdir apakah yang sedang kalian berdua jalani?" sambung Khana yang muncul dari belakang.Ara dan Arsya berbincang di taman samping rumah. Hal itu tentunya membuat siapa saja bisa datang dengan tak terduga."Bunda ...,'' lirih Ara seraya menoleh ke arah suara."Dua bidadari Bunda sudah dewasa sekarang. Mungkin ada banyak hal yang tak Bunda tahu dari kalian, tetapi kalau boleh dobagi, maka bagilah sedikit agar setiap masalah menemukan solusi," papar Khana diiringi senyuman teduh. Sejak menjadi seorang Ibu, sifat angkuhnya berangsur musnah.Khana sering mengalah demi kebaikan Ara dan Arsya."Bunda, benar! Hem, tapi untuk masalah tertentu Bunda tak bisa diberitahu. Apalagi bersangkutan pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 105

    "Baik, Bu Luna. Aku pastikan besok semua sudah beres," sahut Riva mengukir senyum dengan terpaksa."Bagus!"Luna berlalu seraya memainkan rambutnya yang ikal. Perangai manager Husein di perusahaan cabang tersbut memang terkesan sombong. Terlebih saat semua dipercayakan padanya.Husein sanbat jarang datang langsung untuk mengecek. Ia menerima hasil data saham melalui media online, dan selama ini semua berjalan stabil.Husein memberikan Luna banyak bonus serta gajih yang fantastis atas pencapaiannya. Bahkan, Husein berniat mengangkatnya jadi CEO di sana.Namun, hal itu sekarang kembali ia pertimbangkan, sebab Riva sudah mulai terjun ke dunia bisnis. Husein tentunya mau Riva yang memegang kendali untuk perusahaan tersebut.Sedangkan untuk Arsya, Husein pun telah menyiapkan perusahaan terbesar yang kini masih aktif ia kelola. Nantinya itu akan menjadi milik Arsya.Husein sudah memikirkan semuanya dengan adil. Untuk Ara, satu perusahaan baru yang sedang diinvestasikannya. Bulan depan akan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 106

    Cukup lama Khana dan Dokter Hans saling menatap dalam diam, hingga akhirnya mereka pulang ke kediaman masing-masing.Arsya ikut di mobil Husein bersama Areta. Sedangkan Ara menyetir mobilnya sendiri seperti biasa. Khana mengiringinya dari belakang.Sesungguhnya Khana sangat tersiksa dengan jarak yang tecipta saat berada di luaran. Ia ingin sekali memeluk Ara penuh cinta dan berkata bahwa gadis yang cantik dengan prestasi terbaik itu adalah putrinya.Selama perjalanan pulang, Arsya tak bicara sepatah kata pun. Hari ini harusnya menjadi momen terindah baginya, tapi justru ia bersedih, karena menyadari Raka sama sekali tak menoleh ke arahnya. Cinta Raka jelas tertuju hanya pada Ara."Sayang, kenapa dari tadi murung begitu? Apa kau tak senang dengan kelulusan ini?" tanya Areta membuka suara.Arsya hanya berdehem pelan, dan masih enggan bicara. Areta mulai merasa ada yang janggal. Tak biasanya sang putri bersikap demikian."Arsya sayang, setelah ini dirimu ingin langsung terjun ke dunia bi

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 107

    Khana tak bisa marah dengan pengakuan Arsya. Sebab, apa yang dikatakan tentangnya memanglah benar.Dulu, betapa Areta pernah menderita dengan masuknya dirinya dalam rumah tangga mereka.Seperginya Arsya, Khana langsung mencoba mengetuk pintu kamar Ara."Sayang, buka pintunya, Nak! Bunda ingin bicara," seru Khana dengan intonasi suara yang lembut dan penuh kasih sayang."Maaf, Bunda. Ara ingin menenangkan diri. Bunda sudah mendengar cerita Arsya, bukan? jadi, tak perlu Ara mengulang kalimat yang sama," sahut Ara dengan suara yang terdengar bergetar.Khana menghela napas berat. Ia akhirnya mundur dan memberikan Ara waktu untuk menyendiri.__Malam harinya. Semua diminta berkumpul di meja makan. Husein memberikan perintah itu dengan tegas, karena ia sempat melihat kekacauan antara kedua putrinya hari ini.Ara dengan berat hati terpaksa ikut menghadap."Selesaikan makan malam kalian dengan baik! Jangan ada yang membahas apa pun sebelum makanan di piring masing-masing habis!" ujar Husein

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 108

    Husein puas menerima laporan yang lengkap dari Roy. Ia tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menemui Raka serta orang tuanya.Sedangkan perusahaan yang dibangun untuk Ara sudah hampir siap. Husein tak tanggung-tanggung, ia telah membuka lowongan bagi mereka yang mempunyai kemampuan di bidang yang dibutuhkan.Dipimpin Robi, sebagai pengurus di perusahaan tersebut."Ara, Papa sudah menemukan tempat yang pas bagimu. Kau bisa belajar di sana! Memang tempat itu baru dibuka. Pemiliknya membutuhkan penulis yang berbakat, sekaligus yang mampu mengembangkan sarikat itu," ujar Husein.Ara menyambutnya dengan penuh semangat, Memang dirinya sudah tak sabar untuk terjun ke dunia kerja yang ia senangi."Benarkah, Papa? Di mana perusahaan itu? Ara akan segera menyiapkan berkas lamaran di sana.""Papa sendiri yang akan mengantarkanmu, Nak! Tak perlu membuat lamaran kerja, karena pemiliknya adalah rekan bisnis, Papa. Beliau mempercayai Papa, jadi dia juga mempercayai Putri Papa. Di sana, jabatanmu s

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 109

    Kurang lebih satu jam Raka berada di dalam kamar Arsya. Mereka bercanda riang seolah semua baik-baik saja.Raka yang sudah tahu, bahwa kenyataannya Arsya menyukainya, tetapi Raka masih bersikap sebagai teman biasa.Hingga, akhirnya Arsya mengakui sendiri di hadapan Raka. Arsya berharap, Raka mau mempertimbangkan perasaannya."Raka ... aku sungguh malu untuk mengungkap kebenaran ini, tapi aku tersiksa jika terus menyembunyikannya," ujar Arsya dengan suara yang mulai tak seimbang.Raka dapat menebak hal apa yang akan dilontarkan Arsya. Ia ingin menghindar. Namun, tak mungkin bisa."Apa yang menyiksamu, Arsya? Tolong, jangan membuat dirimu terbebani sendiri! Bagilah denganku!" Raka mencoba tersenyum."Apa kau kiranya bersedia menemaniku dalam hal ini, Raka?"Raka bergeming sesaat. Ia harus memikirkan jawaban yang tepat agar tak melukai perasaan Arsya."Aku akan selalu menemanimu dalam situasi apa pun, Arsya."Arsya tersenyum dan matanya berbinar-binar."Aku menyukaimu. Maukah kau memberi

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24

Bab terbaru

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 120

    Ros ingin berdiri dan menyelamatkan diri dari sana. Namun, kedua kakinya terasa lemah. Ia hanya mencoba menarik napas agar sedikit tenang."Ibu, saya sungguh tak menyangka kalau Ibu sama sekali tak bisa berubah. Ibu rela menjebak Anak Ibu sendiri demi ambisi yang tak ada hasilnya itu!" papar Husein dengan sorot mata siap menerkam."Husein ... itu semua belum tentu benar, Nak! Nona Khana pasti sudah merekayasanya. Kalau tidak, dari mana dia bisa menemukan rekaman yang dua puluh tahun lalu? Itu omong kosong, bukan?"Husein beralih menatap ke arah Khana."Aku mendapatkannya di hotel tempat kejadian itu, Tuan. Aku memang curiga, dan aku menyelidikinya. Kalau Tuan tak percya, silakan cek keaslian video rekaman ini!"Husein ingin semuanya jelas tanpa menduga-duga lagi. Ia mengundang seseorng yang ahli mengamati semua konten.Kurang lebih tiga puluh menit berlalu, Flo dan Riva akhirnya tiba di rumah utama. Bersamaan dengan orang suruhan Husein."Ada apa kami dipanggil malam-malam begini?" ta

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 119

    Husein mengambil bantal dan berbaring di sofa yang ada di kamar tersebut."Kenapa Tuan tidur di situ?" tanya Flo dengan suara gemetar. Ia gugup bercampur terlalu senang."Lalu saya harus tidur di ranjang denganmu?" Wajah Husein sangar menatap ke arahnya.Flo menunduk dan menjawab, "Saya pikir Tuan memang mau tidur di kamar ini satu ranjang dengan saya.""Jangan mimpi! Saya pun sebenarnya tak sudi berada di sini. Semua saya lakukan hanya semata-semata untuk Riva," hardik Husein.Flo tak berani lagi membuka suara. Ia naik ke atas ranjang seraya memperhatikan secara diam-diam sosok lelaki yang menutup mata di atas sofa. Ia tersenyum miris, tapi hatin ya tetap saja merasakan senang karena setidaknya ia bisa berada dalam satu ruangan yang sama sepanjang malam ini.'Mungkin sekarang Tuan memang tak mau satu ranjang dengan saya, tapi suatu hari nanti saya yakin Tuan akan luluh juga. Riva akan tetap jadi senjata bagi saya melemahkanmu, Tuan," batin Flo.__Pagi sekali Husein telah menghilang

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 118

    Malam harinya, semua kembali berkumpul di meja makan. Khana dan Ara tak pernah melewatkan makan malam bersama di rumah utama. Keduanya selalu memenuhi perintah Husein.Namun, malam ini Areta dan Arsya yang tak terlihat batang hidungnya. Sedangkan Riva bersama Flo turut hadir berkunjung, karena besok adalah wekeend."Ke mana Areta?" tanya Husein menatap ke arah Khana."Mungkin di kamar Arsya," sahut Khana dengan santai."Panggil dan ajak makan bersama!" titah Husein pula."Biar Ara saja yang memanggil Mama dan Arsya," sambung Ara yang dengan sugap berdiri.Ia melangkah perlahan dan mencoba memeberanikan diri menemui Arsya. Ia tahu, pasti Arsya juga sakit hatinya padanya.Sampai di depan kamar, Ara mengetuk pintu yang tak terkunci itu. Kemudian ia menerobos masuk."Mama, Arsya ... Papa sedang menunggu kalian untuk makan malam," ujar Ara mengukir senyum kaku."Kau makan saja dengan yang lain, Ara! Arsya tidak mau keluar kamarnya. Mama akan mengimbanginya makan di sini nanti," papar Areta

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 117

    Areta dan Husein saling melempar pandangan mendengar penuturan dari Khana."Nona Khana ... apa maksudmu?" tanya Husein menyelidik.Ros seketika langsung pucat dan ketar-ketir."Husein, jangan dengarkan omong kosong dari istrimu yang tak setia ini. Dia mencoba memfitnah Flo! Padahal dirinya dulu pernah berkhianat."Suasana memanas. Arsya yang tengah terluka hatinya, ia memberontak dan berteriak akan kekacauan yang seolah tak menghiraukan keadaannya."Semua sama saja! Tidak ada yang mengerti perasaanku saat ini!" teriaknya, kemudian ia berlari ke dalam kamar.Areta menyusulnya. Untuk sesaat Areta tak mau memikirkan masalah lain. Arsya jauh lebih penting baginya."Nona Khana ... tolong kau jelaskan apa maksud ucapanmu barusan?" tanya Husein mengulang kalimatnya.Khana melemparkan pandangan tajam ke arah Ros dan seketika ia menyeringai sinis. "Ibu yang paling mengerti. Maka, tanyakanlah padanya!""Ibu sama sekali tak tahu apa yang dibicarakan istrimu ini, Husein. Ibu rasa dia sudah gila!'

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 116

    Malam semakin larut, tamu undangan yang hadir pun sudah pulang. Hanya tersisa Raka dan Bagas di sana."Kau ke sini membawa mobil sendiri atau diantar jemput?" tanya Raka pada Ara."Aku membawa mobil sendiri. Kenapa?""Kalau begitu, aku ikut di mobilmu, boleh?""Tidak!" Ara menolak dengan cepat. Sebab ia melihat wajah Arsya sudah berubah menjadi tegang."Pelit sekali," cibir Raka.Ara tak merespon apa-apa lagi. Ia hanya berharap Raka dan Bagas segera pergi dari rumah utama."Ya sudah, sekarang ayo pulang!" ajak Bagas pula."Kau duluan saja," sahut Ara."Aku tak akan tenang pulang duluan, sementara ada seorang wanita yang menyetir sendirian tengah malam begini."Raka melotot mendengar bentuk perhatian Bagas yang tecurah untuk Ara, wanita impiannya."Ara, ayo pulang. Aku akan mengikutimu di belakang," sambung Raka yang tak mau kalah."Tapi, bukankah kau pulang bersama Ayahmu? Lihatlah, Ayahmu sudah menunggu di dalam mobil. Sebaiknya kau segera ke sana! Urusan Ara, kau tak perlu khawatir!

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 115

    Seharian hari ini suasana hati Riva tak baik-baik saja. Ia terngiang-ngiang akan ucapan Husein yang mengatakan kalau pernikahan dirinya dengan Flo hanyalah sebuah kecelakaan."Kenapa? Kenapa aku harus mendengar pernyataan yang menyakitkan itu? Jika, memang pernikahan Mami dan Papa cuma karena keterpaksaan, berarti aku juga adalah Anak yang tak diinginkan," gumamnya seorang diri di dalam ruangan kerja.Tak lama, Husein pun sampai di sana. Riva menatap datar ke arah sang ayah yang menyapa. "Selamat pagi, sayang! Kenapa kau pergi dari rumah tanpa pamit dengan Papa?""Hem, maaf Tuan Husein! Sebaiknya kita bersikap profesional di sini. Takut ada yang mendengar, lalu identitasku terbongkar. Nanti akan membuat Tuan malu," desis Riva seraya menyeringai miris.Husein terkejut mendapati sikap Riva pagi ini. Tak biasanya Riva berbicara seserius itu ketika sedang berdua."Tidak akan ada siapa-siapa yang mendengar di sini, Nak. Ruangan ini dibangun kedap suara," ujar Husein pula.Riva membuang muk

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 114

    "katakan kalau tebakan Bundamu salah, Ara! Katakan kau masih menginginkan Bagas seorang,' gumam Arsya dalam hatinya.Ia cemas, takut Ara memikirkan pernyataan cinta dari Raka."Ara hanya sedang ingin fokus pada karir Ara, Bunda. Saat ini, Ara tak mau memikirkan hal lain, apa lagi cinta. Ara masih muda. Biarlah Ara menyelesaikan impian Ara terlebih dahulu,'' paparnya."Itu sangat keren, sayang." Husein memujinya dengan bangga.Namun, Arsya semakin gelisah. 'Kenapa sikap Ara seolah benar-benar sudah tak mengharapkan Bagas? Apa perasaan bisa dihapuskan semudah itu?'.Malam harinya, Riva dan Flo tak juga beranjak dari rumah utama."Sayang, ini sudah larut. Kau mau pulang jam berapa? Papa mengkhawatirkanmu menyetir sendiri malam-malam begini," ujar Husein."Papa, sebenarnya aku ingin meminta izin untuk menginap di sini malam ini. Besok pagi-pagi sekali aku akan berangkat agar tak telat. Boleh, Papa?""Tentu saja boleh. Kau tak perlu mempertanyakan itu, sayang.""Terima kasih, Papa. Selama

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 113

    Akhirnya Raka memutuskan bergabung di perusahaan Husein. Hari ini ia membawa semua kelengkapan berkas lamaran untuk memenuhi syarat diterima di sana."Raka, kamu akan menjadi asisten pribadiku di sini. Bagaimana? Apa posisi itu cukup?" tanya Arsya seraya mengukir senyum senang."Apa tidak berlebihan mengangkat aku di posisi itu dengan waktu seawal ini, Arsya?""Aku rasa tidak. Kau kan pintar dan berprestasi. Perusahaan butuh semangat juang anak muda. Jadi, kau hanya perlu melakukan tugasmu sebaik mungkin setelah ini," papar Arsya pula.Raka mengangguk setuju. "Terima kasih, Nona muda."Arsya tertawa lepas mendengar panggilan itu dari Raka. Namun, ia juga tak membantahnya, sebab dirinya harus profesional kerja.__Di sisi lain, Ara juga tengah bersemangat menjalani tugas-tugasnya sebagai penulis sekaligus penerbit. Bagas yang setiap hari berada satu kantor dengan Ara, pun akhirnya menyadari kalau benih cintanya semakin tumbuh bersemi.Namun, sebaliknya. Ara sudah tak merasakan apa-apa

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 112

    Luna merasa sial, semenjak Riva turut bergabung di sana. Kini, diirnya harus menerima kehilangan pekerjaan yang sudah sangat membantu biaya kehidupannya selama ini.'Aku bersumpah akan membalas Riva nanti,' batinnya seraya meninggalkan perusahaan tersebut.Sementara di sisi lain, Arsya juga sedang memprsiapkan meeting penting yang pertama kali dipimpin olehnya. Seluruh harga penjualan saham dan sebagainya telah dijelaskan Jingga.Saat ini, semua bergantung pada keputusan Arsya."Pertama-tama, aku ucapkan terima kasih atas kerjasama kalian di perusahaan ini. Sungguh, tanpa bantuan kalian, maka aku tak akan mampu mengontrolnya sendiri. Rapat kali ini untuk menentukan harga penjualan produk yang akan diluncurkan minggu depan. Aku dan Bu Jingga sudah mendiskusikannya. Aku sudah mengambil keputusan," ujar Arsya dengan ekspresi yang tenang."Maaf, Nona Muda ... tapi, list harga yang tertera ini jauh lebih tinggi dari harga yang kita pasarkan bulan lalu. Apa tidak salah?" protes admin pemasa

DMCA.com Protection Status