Husein mengambil bantal dan berbaring di sofa yang ada di kamar tersebut."Kenapa Tuan tidur di situ?" tanya Flo dengan suara gemetar. Ia gugup bercampur terlalu senang."Lalu saya harus tidur di ranjang denganmu?" Wajah Husein sangar menatap ke arahnya.Flo menunduk dan menjawab, "Saya pikir Tuan memang mau tidur di kamar ini satu ranjang dengan saya.""Jangan mimpi! Saya pun sebenarnya tak sudi berada di sini. Semua saya lakukan hanya semata-semata untuk Riva," hardik Husein.Flo tak berani lagi membuka suara. Ia naik ke atas ranjang seraya memperhatikan secara diam-diam sosok lelaki yang menutup mata di atas sofa. Ia tersenyum miris, tapi hatin ya tetap saja merasakan senang karena setidaknya ia bisa berada dalam satu ruangan yang sama sepanjang malam ini.'Mungkin sekarang Tuan memang tak mau satu ranjang dengan saya, tapi suatu hari nanti saya yakin Tuan akan luluh juga. Riva akan tetap jadi senjata bagi saya melemahkanmu, Tuan," batin Flo.__Pagi sekali Husein telah menghilang
Ros ingin berdiri dan menyelamatkan diri dari sana. Namun, kedua kakinya terasa lemah. Ia hanya mencoba menarik napas agar sedikit tenang."Ibu, saya sungguh tak menyangka kalau Ibu sama sekali tak bisa berubah. Ibu rela menjebak Anak Ibu sendiri demi ambisi yang tak ada hasilnya itu!" papar Husein dengan sorot mata siap menerkam."Husein ... itu semua belum tentu benar, Nak! Nona Khana pasti sudah merekayasanya. Kalau tidak, dari mana dia bisa menemukan rekaman yang dua puluh tahun lalu? Itu omong kosong, bukan?"Husein beralih menatap ke arah Khana."Aku mendapatkannya di hotel tempat kejadian itu, Tuan. Aku memang curiga, dan aku menyelidikinya. Kalau Tuan tak percya, silakan cek keaslian video rekaman ini!"Husein ingin semuanya jelas tanpa menduga-duga lagi. Ia mengundang seseorng yang ahli mengamati semua konten.Kurang lebih tiga puluh menit berlalu, Flo dan Riva akhirnya tiba di rumah utama. Bersamaan dengan orang suruhan Husein."Ada apa kami dipanggil malam-malam begini?" ta
Judul: Lenyapnya Suami Durjana.Part: 1.***Pak RT serta para warga setempat berkumpul di rumah Kendis. Semua riuh menyaksikan jasad Joko tergeletak bersimbah darah.Kendis merupakan wanita yang dikenal pendiam dan penyabar. Joko merupakan suaminya itu sering berjudi serta mabuk-mabukkan. Dan sore ini semua sangat terkejut melihat kondisinya yang sudah tak bernyawa."Beri jalan! Polisi sudah datang," ujar Pak Rt.Cukup lama para petugas mengecek ke seluruh rumah. Tak ada siapa-siapa kecuali Joko yang mengenaskan.Wajah Joko penuh dengan luka sayatan. Siapa pun yang memandang tentu akan bergidik ngeri."Jenazah harus diotopsi untuk memastikan dengan jelas!" Team kepolisian menangani begitu sigap. Para warga saling berbisik menerka-nerka apa yang sebenarnya sudah terjadi."Di mana Kendis? Kenapa dia tak ada di sini?" "Mencurigakan, atau jangan-jangan ...."Berbagai dugaan menyerang isi kepala warga blok c. Pasalnya kematian Joko sangat tidak wajar. Bahkan sang istri pun tak terlihat
Judul: Lenyapnya Suami Durjana.Part: 2.***"Mas, mau ke mana lagi kamu?" tanya Kendis menghentikan langkah Joko di ambang pintu.Joko menatap ke arah Kendis dengan matanya yang merah. Aroma minuman keras menguak ke udara."Banyak kali pertanyaanmu! Dasar istri tidak berguna!" hardiknya."Mas, aku mohon jangan keluar lagi! Aku ingin menyampaikan kabar bahagia padamu," bujuk Kendis."Ah! Persetan dengan kabar apa pun darimu."Joko tetap pergi tanpa menghiraukan Kendis.Wanita yang berusia tiga puluh tahun itu menghela napas sembari mencoba sabar..Malam harinya, Joko kembali dengan seorang wanita.Tak ada siapa yang melihat, sebab Joko memang pulang saat malam sudah terlalu larut.Kendis terkejut. Ini pertama kalinya sang suami pulang bersama wanita lain. Biasanya Joko hanya mabuk."Mas, siapa wanita ini?" tanya Kendis dengan suara yang masih lembut."Minggir! Jangan ganggu kesenanganku!"Joko mendorong Kendis hingga menabrak dinding.Kendis mengaduh, tapi Joko tetap tak peduli. Ia d
Judul: Lenyapnya Suami Durjana.Part: 3.***Mata Kendis membengkak karena ratap kesedihan yang ia rasakan. Hingga hari pun mulai gelap. Joko kembali ke rumah.Kendis sudah menyiapkan penyambutan untuk suami durjananya."Siapkan air panas! Aku mau mandi!" perintah Joko.Kendis bergeming. Di belakang punggungnya telah tersembunyi dua tangan yang memegang sebuah besi."Heh, kau bisu? Atau kau tuli?" Setiap hari kata-kata kasar terlontar dari mulut Joko. Betapa Kendis mencoba selalu sabar dan menurut. Akan tetapi, tidak lagi kali ini.Saat Joko berjalan membelakanginya, Kendis mengangkat tinggi tangannya yang memegang besi tersebut.Namun, Joko melihat lewat pantulan kaca lemari yang ada di hadapannya.Joko tersenyum miris, Kendis nyaris memukul kepalanya. Akan tetapi, Joko dengan sigap berbalik badan dan menangkap besi tersebut."Brengsek! Beraninya kau ingin melukaiku!" hardik Joko.Besi itu berhasil diambil alih Joko. Kemudian ia menyebatkannya ke tangan Kendis."Argh!" jerit Kendis
Judul: Lenyapnya Suami Durjana.Part: 4.***Ketika pagi tiba, Lasmi langsung meminta Lena datang ke rumahnya.Lasmi menceritakan semua kejadian menggerikan semalam."Ibu sangat ketakutan, Len. Abangmu datang meminta tolong. Ibu tak berani membuka mata. Pokoknya malam nanti kamu harus nginap di sini sampai Rama pulang!""Masa sih, Bu? Mungkin Ibu cuma berhalusinasi saja. Toh Ibu belum rela ditinggal Bang Joko," ujar Lena."Ibu tidak berhalusinasi, Len. Tadi malam beneran Abangmu datang. Pokoknya serem banget. Bau amis darah juga jelas tercium."Lena menanggapi seadanya. Bagi Lena tak mungkin Joko datang. Lena memang tak percaya dengan cerita hantu-hantuan atau sejenisnya."Aduh, Bu ... aku bukannya nggak mau, tapi Bang Farhan mana ngizinin aku nginap di sini. Aku harus ngurusin sarapannya dan ngurusin Tio juga. Kecuali hari minggu, Tio libur sekolah, jadi aku bisa bebas menginap," papar Lena.Lasmi berdehem dengan lemah. Ia tahu, memohon pada Lena tak ada gunanya. Putrinya itu memang
Judul: Lenyapnya Suami Durjana.Part: 5.***Saat matahari mulai bersinar, Rama sampai di depan halaman rumah. Ia sedikit heran melihat pintu rumahnya terbuka lebar."Tumben pagi-pagi begini pintu sudah terbuka," gumam Rama sembari berjalan masuk ke dalam.Suasana hening. Tak ada suara sang ibu. Rama menelusuri ruangan hingga ke dapur. Niat hati ingin memberi kejutan atas kepulangannya. Namun, siapa sangka ia sendiri yang dibuat terkejut."Ibu!" teriak Rama.Lasmi perlahan membuka matanya, dan ikut terkejut ketika melihat keadaan dirinya yang tengah berbaring di dapur dengan sebuah bantal serta selimut yang menempel di badan."Kenapa Ibu tidur di dapur? Ini bau apa? Aduh, sepertinya Ibu buang air kecil di celana," gerutu Rama."Eh, semalam ada Kendis. Ibu pingsan, Rama.""Ibu jangan ngada-ngada! Mbak Kendis kan di penjara. Lagian mana ada orang pingsan tidurnya pakai bantal dan selimut begini," sanggah Rama.Lasmi pun menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia sendiri heran kenapa bisa ad
Judul: Lenyapnya Suami Durjana.Part: 6.***Malam ini giliran Lena yang merasa gelisah. Sepoi angin yang bertiup terasa mencekam baginya.Sang suami sedang mendapat tugas di luar kota. Saat ini Lena hanya tinggal berdua saja di rumah. Tio yang masih duduk di kelas 3 SD itu sudah terlelap seusai makan malam. Dan tiba-tiba ketukan pintu terdengar. Lena berjalan dengan ragu-ragu."Siapa yang datang jam segini?" tanya Lena seorang diri.Perlahan gagang pintu Lena putar dan terlihatlah wajah yang tak asing dipandang mata.Lena menganga dan melotot tak percaya. "Mbak Kendis," lirih Lena.Wanita berwajah Kendis itu tersenyum sinis. "Hay, Len! Apa kabar?" Suara itu sangat lembut, tapi terdengar menggerikan bagi Lena."Bagaimana bisa Mbak di sini? Pasti Mbak melarikan diri kan?""Luar biasa. Tebakanmu sama persis seperti Ibu mertua.""Jadi Mbak juga sudah mendatangi Ibu?"Wanita misterius itu tergelak menanggapi pertanyaan Lena. Kemudian sebuah belati kecil nan tajam kembali wanita itu