Apa yang terjadi dengan Nyai Widasari?Kita tinggalkan dulu pertarungan Saka melawan Nyai Widasari bersama murid-muridnya. Kita ikuti Prahasti yang mengejar Boma Sagara.Wanita cantik itu melayang ringan tapi cepat meluncur ke bawah mengejar Boma Sagara. Dalam beberapa kejap dia sudah melampaui mantan suaminya.Boma Sagara cukup terkejut juga, apalagi Prahasti langsung mengirim serangan pukulan jarak jauh. Mau tak mau dia meletakkan bayi yang melayang ke atas dahan pohon dengan lirikan matanya.Kemudian salah satu tangannya memapak pukulan Prahasti, tentu saja dengan pengerahan tenaga dalam yang kuat.Dess!Benturan dua pukulan menggetarkan kedua pemiliknya. Prahasti berhasil mendarat dengan selamat, begitu pula lawannya.Mereka belum sampai di dasar lembah, masih di sisi lamping di mana tanahnya miring, tetapi pohon-pohon yang tumbuh tetap lurus ke atas."Berani sekali kau mengganggu urusanku!" hardik Boma Sagara."Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja setelah kau celakai aku?"
Boma Sagara mendengar suara angin berdesir cepat. Sudut matanya melirik ke arah datangnya angin tersebut.Walaupun kecil, tapi dia bisa melihat belasan percikan tuak yang membentuk seperti jarum. Lelaki ini mendengkus keras.Terpaksa murid utama Ki Jangkung Wulung ini menghindar karena belum tahu kehebatan serangan musuh yang baru datang itu.Cesss! Cesss! Cesss!Belasan jarum-jarum tuak itu mengenai daun-daun dan batang pohon. Tampak daun-daun tersebut melepuh seperti tersiram air panas.Sedangkan batang pohon tampak berlubang berwarna hitam pekat. Bayangkan kalau mengenai kulit wajah.Ini memang sengaja Saka lakukan untuk mengecoh sehingga bisa menyelamatkan Prahasti yang terombang-ambing oleh tatapan ilmu Soca Iblis.Kejap berikutnya Saka sudah mendarat dan menolong Prahasti yang hampir jatuh."Kalian bersekongkol rupanya!" seru Boma Sagara."Tidak ada yang salah, kan?" tukas Saka sambil menyeringai lalu meneguk tuak."Sekarang rasakan pembalasanku!" teriak Boma Sagara seraya mengh
Gopala memindai Saka dari atas ke bawah. Barangkali dia ingat sesuatu dan ada sangkut paut dengannya di masa lalu ketika dia menjadi kepala perampok."Kau tidak akan ingat, Gopala. Sudah terlalu banyak orang yang jadi korban kebiadabanmu!" ujar Saka."Kalau begitu terangkan dirimu agar aku tidak sia-sia melenyapkan nyawamu!" pinta Gopala dengan tatapan tajam.Gopala yang mengajarkan ilmu Soca Iblis kepada Boma Sagara, tentunya dia memiliki ilmu tersebut lebih sempurna."Mungkin kau akan mengingatnya, sepasang suami istri pejabat kerajaan Wanagiri. Mereka juga merupakan korbanmu!""Oh, ya. Aku ingat, lalu kau siapanya?""Anaknya!""Bagus, kau datang ingin menyusul mereka!""Kau yang akan menyusul mereka dan berlutut minta ampun kepada mereka di alam sana!" balas Saka berani."Huh! Jumawa!"Gopala berkelebat menerjang ke arah Saka dengan gerakan sangat cepat. Tahu-tahu sosok ini sudah berada satu langkah di depan Pendekar Mabuk.Namun, Saka sudah siaga dari awal. Dia hanya menggeser sed
Dari ratusan jarum-jarum tuak yang menghujani Gopala, ada satu yang berhasil menembus pertahanannya.Mata kanan laki-laki itu tertusuk. Rasanya perih bukan main. Pertahanan Gopala semakin terbuka. Akibatnya jarum-jarum tuak yang lain banyak mendarat di tubuhnya.Gopala tutupi mata kanan yang mengucurkan darah. Sekarang dia lebih mementingkan keselamatan diri. Dia berkelebat mundur guna mengambil napas.Sementara Saka sudah menghentikan serangan. Sebagai pendekar berjiwa kesatria dia tidak akan menyerang lawan yang sudah tidak berdaya."Aku tidak akan membiarkanmu hidup, maka aku tunggu sampai kau pulih!" ujar Saka setelah meneguk tuak.Saka yakin seberapa hebat pun ilmu Soca Iblis, tidak akan sempurna lagi dengan satu mata.Di depan sana Gopala duduk bersila. Menyalurkan hawa sakti ke seluruh tubuh terutama mata kanan agar tidak mengucurkan darah lagi."Jangan meremehkan aku, orang muda!" teriak Gopala.Masih duduk bersila, dia hentakkan kedua tangan ke depan. Sekejap kemudian berkele
Ketika Saka menoleh bukannya terkejut, tapi malah terbahak-bahak melihat siapa yang bersuara tadi. Ternyata tiga wanita cantik yang dijuluki Tiga Setan Betina."Setan-setan cantik, apa yang harus aku pertanggungjawabkan?" Saka pura-pura lupa apa yang telah dia lakukan terhadap tiga wanita itu.Mereka pasti menyangka Saka telah memperkosanya, padahal cuma membuka pakaian bawahnya saja ketika mereka tidak sadarkan diri."Kau telah berbuat keji kepada kami, kau harus membayarnya!" sahut Setan Betina yang tubuhnya paling tinggi, Mintarsih."Aku harus bagaimana?' tantang Saka sambil menyeringai lalu meneguk tuaknya.Tiga Setan Betina ini sadar kalau mereka bukan tandingan Pendekar Mabuk, tapi mereka merasa telah digagahi sehingga harus menuntut tanggung jawab."Potong kemaluanmu!" bentak Setan Betina yang rambutnya agak ikal, Nandini."Waduh!" Saka pura-pura kaget sambil memegang bagian bawahnya seolah-olah takut hendak dibuntungi."Berani berbuat berani bertanggung jawab. Kalau kau jantan
Kemudian Saka menyimak percakapan sepasang anak muda yang tampaknya saling mencintai ini.Dari sini Saka mengetahui yang laki-laki ternyata putra bungsu sekaligus putra mahkota Maharaja Galuh yang bernama Rakean Amara.Sedangkan yang perempuan merupakan anak seorang resi. Gadis ini bernama Dyah Rababu.Mereka sudah lama saling mengenal, tapi keluarga istana tidak banyak yang tahu termasuk Prabu Wretikandayun, ayah si pemuda.Mereka juga saling jatuh cinta. Namun, suatu hari sang Maharaja dengan sang resi ayah Dyah Rababu menyepakati perjodohan anak-anak mereka.Diketahui dahulu kerajaan Kendan sebagai cikal bakal Galuh yang dulu masih bawahan Tarumanagara, didirikan oleh seorang resi yang menurunkan keluarga resi juga.Seorang resi masih boleh menikah, yang tidak boleh itu pendeta atau biarawan biarawati dan juga biksu atau biksuni.Yang jadi masalah ternyata Dyah Rababu bukan dijodohkan dengan Rakean Amara, tapi dengan kakak tertua alias putra sulung sang Maharaja yaitu Rakean Jatmik
Lelaki paruh baya berpakaian serba hitam memutar tongkat besinya menghalau pukulan jarak jauh yang dilancarkan Saka Lasmana.Plasss!Hebat sekali, pukulan yang berupa gumpalan angin padat itu ditepis begitu saja seperti menepis daun kering saja.Saka cukup kagum juga dengan lawannya ini. Kini sosok Pendekar Mabuk sudah berhadapan dengan lelaki berpakaian serba hitam tersebut.Serangan kedua berupa ayunan bumbung bambu mengemplang dari atas ke bawah. Cepat, tapi begitu juga tongkat besi menyambut serangan tersebut dengan mengayun ke atas.Praaang!Benturan dua benda sangat keras. Saka yang sudah memperkirakan tidak begitu terkejut. Dia langsung mengimbangi diri begitu terkena dampak benturan tersebut.Lain halnya dengan lelaki bersenjata tongkat besi. Dia hampir terpental kalau tidak segera mengimbangi diri. Terkejut, jelas pasti. Karena tidak menyangka bumbung bambu itu laksana baja kuatnya."Gila! Terbuat dari apa sebenarnya bumbung tuak itu?"Di depan sana Saka menyeringai setelah m
Wajah Nandini tampak memerah. Sudah lama dia jauh dari laki-laki bahkan lebih banyak bersitegang lantaran dendam masa lalu.Terakhir dia menganggap Saka telah berbuat tidak senonoh beberapa waktu lalu. Sekarang pendekar gagah itu meminta melepas bajunya."Kenapa? Kau harus cepat sembuh agar bisa segera mengejar musuhmu!""Kenapa harus membuka baju?""Aku pernah melihat kewanitaanmu saat kau pingsan, tidak perlu malu lagi demi kesembuhanmu!"Sekali lagi Nandini terbelalak. Semakin merah wajahnya. Apa yang dikatakan Saka memang benar. Satu yang masih bingung, benarkah laki-laki ini hanya sekadar usil saja, tidak berbuat seperti yang dia sangka?Nandini tampak ragu. Tiba-tiba saja Saka malah memaksa membuka baju wanita itu, tetapi tidak secara kasar."Eh!""Sudahlah!"Anehnya Nandini tidak menolak atau meronta. Malah membiarkan Saka melepas bajunya hingga terbuka semua tubuh bagian atasnya.Kali ini Saka yang terbelalak. Bagaimana tidak? Dia melihat bentuk tubuh yang begitu indah. Padat,
"Sampai kapan aku mengawasi seperti ini," gerutu Nari Ratih sambil memakan buah jambu. Kalau ditinggalkan takut yang dikhawatirkan terjadi. Bukankah dia sedang berjaga mencegah jatuhnya korban pembunuhan lagi. Namun, kalau dipikir lagi sejenak hatinya jadi ragu. Sebabnya prajurit kerajaan yang ditugaskan menangani kasus ini sudah mengendus ke Seta Aji. Kalau sudah begitu bisa saja Seta Aji tidak melanjutkan aksinya. Bagaimana kalau prajurit kerajaan mendatangi rumah dan menangkap Seta Aji? Sia-sia saja dia berjaga di situ. Apa yang dipikirkan Nari Ratih memang benar. Lima prajurit kerajaan yang dipimpin seorang Bekel mendatangi rumah Seta Aji. Tentu saja pihak berwenang dari kerajaan juga menyelidiki tiga pembunuhan yang terjadi. Dari tanda silang yang tergores di paha korban menunjuk satu tersangka, Seta Aji. Sampai di depan rumah Seta Aji, enam prajurit ini hanya mendapati Amba Citra yang sed
Giliran Nari Ratih yang kerutkan kening sambil menarik wajahnya. Lalu dia menghempas napas lega. Maklum saja Amba Citra menyangka demikian, karena dia belum tahu kalau dia sudah mempunyai suami seorang pendekar tangguh.Amba Citra menatap sahabatnya menunggu jawaban. Si gadis ini perawakannya tak jauh beda dengan Nari Ratih. Tinggi semampai, cantik, hanya wajahnya bulat dengan mata agak belo. Berbeda dengan Nari Ratih yang memiliki wajah lonjong dan mata tipis.Nari Ratih tidak segera memberitahukan tentang statusnya yang sudah bersuami. Ada yang lebih penting yang harus didahulukan, yaitu mencari pembunuh sahabatnya."Aku hanya ingin memperoleh keterangan yang banyak tentang dia darimu,""Baik, tapi apa kau yakin aku memiliki pengetahuan banyak tentang Seta Aji?""Tentu saja, karena kau tetangganya!""Baiklah, silakan bertanya!" Amba Citra mengangkat telapak tangannya menghadap ke atas.Nari Ratih menarik napas panjang.
Seketika langsung berjingkat badannya. Dadanya mendadak berdebar kencang. Bagaimana bisa ada orang masuk? Padahal dia sudah mengunci pintu sejak masuk tadi."Kau!"Semakin terkejut gadis ini begitu mengenali orang misterius ini."Bagaimana kau bisa masuk?"Lelaki berpakaian serba hitam ini tersenyum sinis dengan sorot mata tajam mengandung hawa sadis. Seperti elang hendak mencengkram mangsanya."Aku sudah menunggu kamu dari tadi." Suaranya besar tapi pelan dan seolah sengaja diserak-serakkan."Gila, kamu! Masuk tanpa ijin. Mau apa kamu? Mencuri?"Si lelaki mengekeh pelan. "Ya, aku mau mencuri nyawamu,""Bangsat, kamu! Antara aku dan kamu sudah tidak ada hubungan lagi, sudah tidak ada masalah lagi. Mau apa lagi kamu?"Sudah aku bilang, aku mau nyawamu. aku masih sakit hati dicampakkan sama kamu. Aku dendam, dan Kamu harus terima akibatnya,""Sinting, kamu! Pergi! Atau aku panggil kakangku buat m
Berita terbunuhnya Rara Intan yang mayatnya dikirim dalam sebuah peti sampai juga ke keluar Ki Barna. Nari Ratih dan Saka pun otomatis mendengar berita ini.Peristiwa ini terjadi siang hari setelah beberapa lama penguburan Arum Honje."Tandanya sama seperti pembunuhan Arum Honje," kata Ki Barna menjelaskan. Rara Intan Putri ketiga juragan Gumara orang terkaya di desa Jati Waringin. Mayat Rara Intan ditemukan di dalam sebuah peti yang dikirim oleh seseorang yang misterius."Dalam satu hari ini sudah dua kali Saka dan Nari Ratih menghadiri pemakaman. Pagi tadi penguburan Arum Honje sahabatnya Nari Ratih. Sekarang Rara Intan.Walaupun bukan orang yang dikenal keduanya, tapi cara pembunuhan yang dilakukan sama seperti yang menimpa Arum Honje.Awalnya Ki Barna yang mendengar kegegeran itu. Geger karena tidak menyangka, pagi hari Rara Intan pergi ke pasar sendirian. Tetapi pulang dikirim dalam peti mati.Yang membuat penasaran yaitu ad
"Dia calon istri Raden Sujiwa, putra seorang menteri dari Manukrawa, tidak ada alasan calon suaminya yang membunuh,""Dari petunjuk yang sengaja ditinggalkan, jelas maksud pembunuhan ini adalah balas dendam. Tapi dendam apa?""Kalau soal harta kekayaan, tidak mungkin. Keluarga Ki Barna tidak memiliki harta yang berlimpah. Misalnya, adiknya Randu ingin menguasai harta warisan sendiri, itu tidak mungkin!" tegas Nari Ratih."Sepertinya masalah cinta. Saka meneguk tuaknya. "Coba kau ingat-ingat barangkali sebelum Raden Sujiwa, mungkin ada lelaki lain yang pernah jadi kekasihnya. Atau ada wanita mencintai Raden Sujiwa, dia tidak ingin ada wanita lain yang memilikinya,"Nari Ratih menopang dagunya. Pikirannya berputar-putar memanggil ingatannya."Aku tidak tahu tentang Raden Sujiwa, tapi aku tahu Arum Honje pernah memiliki kekasih sebelum dilamar Raden Sujiwa."Menduga-duga boleh saja, tapi harus disertai bukti kuat yang mengarah kepad
Orang yang dipanggil Tuanku ini melepaskan pukulan. Ternyata dia memiliki tenaga dalam lumayan, tapi masih berada di bawah Resi Danuranda. Tentu saja hanya dalam beberapa gebrak, Tuanku telah ambruk kehilangan tenaganya.Di sebelah sana Nari Ratih juga telah menyelesaikan tugasnya. Semua penjaga rumah telah terkapar dengan luka parah yang membuat mereka tak mampu menyerang lagi. Mereka masih dibiarkan hidup.Beberapa saat kemudian berdatangan orang-orang. Saka Sinting langsung mengarahkan mereka masuk ke dalam rumah."Cari dan ambillah yang menjadi milikmu saja!"Setelah semuanya selesai. Si Tuanku, Resi Danuranda dan semua anak buahnya diikat dan dikumpulkan di bangunan tanpa dinding.Saka Sinting berpesan kepada orang-orang bekas pengikut Resi Danuranda yang hendak pulang, agar ada yang melaporkan ke pihak kerajaan.Empat hari kemudian, rombongan prajurit Galuh yang datang dipimpin seorang senapati. Mereka juga datang bersama
Saka Sinting bergerak mendekati resi Danuranda. Bagi sang resi ini kesempatan untuk meleburkan tubuh Saka Sinting dengan apinya yang panasnya mampu mencairkan baja sebesar kerbau dalam waktu singkat."Konyol, cari mati kau!" seru sang Resi tersenyum merasa menang. Lalu dengan cepat dia songsong Saka Sinting. Dua telapak tangan berhasil meraih bahu pemuda itu.Seketika api membungkus seluruh tubuh Saka Sinting. Bahkan dari mulut sang resi juga menyembur lidah api khusus membakar bagian kepala.Namun, Saka Sinting tetap tenang. Dia tidak merasakan kepanasan sama sekali. Kobaran api itu tidak membuatnya terbakar.Tubuhnya dalam keadaan baik-baik saja. Malah seolah sengaja dirinya dibakar. Saka Sinting berdiri sambil bersedekap. Kedua matanya menatap tajam wajah resi Danuranda.Beberapa lama keadaan tetap seperti itu meskipun resi Danuranda telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Jika dilihat dari jauh maka kobaran api itu seperti api ungg
Bola mata resi Danuranda bergerak-gerak seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya menunjukan kecemasan. Kini dia tengak-tengok ke segala arah. Sepertinya dia merasakan kehadiran seseorang."Aneh, sepertinya ada jurig menyusup. Tapi untuk apa?" Resi Danuranda mendesah lalu melangkah keluar. Ternyata dia cukup peka juga. Tapi hanya sekadar peka tidak mampu mendeteksi lebih jauh.Saka Sinting tersenyum memandangi punggung sang resi. "Aku memang jurig, tapi cuma sementara, resi gadungan!"Jelaslah sekarang tujuan semua ini. Kalau dulu ada Boma Sangara yang hendak membangun kerajaan baru. Kini, entah siapa orang yang dipanggil Tuanku itu, dia merencanakan menguasai kota raja Pakuan.Saka Sinting kembali ke raga kasarnya. Sampai di sana pemuda ini terkejut karena resi Danuranda berdiri mematung di bawah pohon di mana raga kasarnya berada. Wajahnya tampak mendongak ke atas."Rupanya penyusupnya ada di sini!" seru resi Danuranda. Tangan kanannya m
Dengan canggung Bayunata menjelaskan tujuan mereka. Pemuda yang jelas tahu cara kerja Resi Danuranda wajar curiga kepada tiga orang yang kini sudah turun dari kereta kuda.Si pemuda mendekati mereka. "Dari mana kalian tahu tentang Eyang Resi?" selidiknya.Sesuai rencana yang sudah diatur sebelumnya, Sundari menjawab. "Saudara saya sudah lebih dulu ikut Eyang Resi, saya dan keponakan saya ini juga ingin mengikuti jejak saudara saya,""Siapa saudara yang kau maksud?""Namanya Nyai Mandita,""Apa kalian tahu syaratnya?"Kemudian Saka Sinting menunjukkan peti besar yang terikat di kolong kereta kuda. Dengan sedikit membukanya, terlihatlah tumpukan perhiasan dan batangan emas.Peti berisi harta perhiasan ini berasal dari Nini Ratminah atas ide dan permintaan Saka setelah tahu persyaratan yang disebutkan Ki Bayunata. Bagi bangsa guriang, itu hal yang sangat mudah mendatangkan harta sebanyak itu.Pemuda itu terperangah