Kemudian Saka menyimak percakapan sepasang anak muda yang tampaknya saling mencintai ini.Dari sini Saka mengetahui yang laki-laki ternyata putra bungsu sekaligus putra mahkota Maharaja Galuh yang bernama Rakean Amara.Sedangkan yang perempuan merupakan anak seorang resi. Gadis ini bernama Dyah Rababu.Mereka sudah lama saling mengenal, tapi keluarga istana tidak banyak yang tahu termasuk Prabu Wretikandayun, ayah si pemuda.Mereka juga saling jatuh cinta. Namun, suatu hari sang Maharaja dengan sang resi ayah Dyah Rababu menyepakati perjodohan anak-anak mereka.Diketahui dahulu kerajaan Kendan sebagai cikal bakal Galuh yang dulu masih bawahan Tarumanagara, didirikan oleh seorang resi yang menurunkan keluarga resi juga.Seorang resi masih boleh menikah, yang tidak boleh itu pendeta atau biarawan biarawati dan juga biksu atau biksuni.Yang jadi masalah ternyata Dyah Rababu bukan dijodohkan dengan Rakean Amara, tapi dengan kakak tertua alias putra sulung sang Maharaja yaitu Rakean Jatmik
Lelaki paruh baya berpakaian serba hitam memutar tongkat besinya menghalau pukulan jarak jauh yang dilancarkan Saka Lasmana.Plasss!Hebat sekali, pukulan yang berupa gumpalan angin padat itu ditepis begitu saja seperti menepis daun kering saja.Saka cukup kagum juga dengan lawannya ini. Kini sosok Pendekar Mabuk sudah berhadapan dengan lelaki berpakaian serba hitam tersebut.Serangan kedua berupa ayunan bumbung bambu mengemplang dari atas ke bawah. Cepat, tapi begitu juga tongkat besi menyambut serangan tersebut dengan mengayun ke atas.Praaang!Benturan dua benda sangat keras. Saka yang sudah memperkirakan tidak begitu terkejut. Dia langsung mengimbangi diri begitu terkena dampak benturan tersebut.Lain halnya dengan lelaki bersenjata tongkat besi. Dia hampir terpental kalau tidak segera mengimbangi diri. Terkejut, jelas pasti. Karena tidak menyangka bumbung bambu itu laksana baja kuatnya."Gila! Terbuat dari apa sebenarnya bumbung tuak itu?"Di depan sana Saka menyeringai setelah m
Wajah Nandini tampak memerah. Sudah lama dia jauh dari laki-laki bahkan lebih banyak bersitegang lantaran dendam masa lalu.Terakhir dia menganggap Saka telah berbuat tidak senonoh beberapa waktu lalu. Sekarang pendekar gagah itu meminta melepas bajunya."Kenapa? Kau harus cepat sembuh agar bisa segera mengejar musuhmu!""Kenapa harus membuka baju?""Aku pernah melihat kewanitaanmu saat kau pingsan, tidak perlu malu lagi demi kesembuhanmu!"Sekali lagi Nandini terbelalak. Semakin merah wajahnya. Apa yang dikatakan Saka memang benar. Satu yang masih bingung, benarkah laki-laki ini hanya sekadar usil saja, tidak berbuat seperti yang dia sangka?Nandini tampak ragu. Tiba-tiba saja Saka malah memaksa membuka baju wanita itu, tetapi tidak secara kasar."Eh!""Sudahlah!"Anehnya Nandini tidak menolak atau meronta. Malah membiarkan Saka melepas bajunya hingga terbuka semua tubuh bagian atasnya.Kali ini Saka yang terbelalak. Bagaimana tidak? Dia melihat bentuk tubuh yang begitu indah. Padat,
Dalam jarak tujuh tombak dua pihak sudah berhadapan. Saka melihat jejak hawa sakti yang ditinggalkan Cakrawangsa.Sudut mata Saka yang tajam menemukan seonggok bayi tampak kering bagai tanpa isi. Hatinya terkesiap, rupanya bayi itu sudah jadi tumbal untuk membangkitkan Ki Jangkung Wulung."Kau ingin menjemput kematianmu yang kedua?" tunjuk Si Tapak Iblis ke arah Nandini. "Dan kau juga hendak mengantar nyawa!" katanya kepada Saka Lasmana."Kau yakin?" tanya Saka setelah meneguk minuman kesukaan yang tak pernah bosan."Telapak tanganku ini telah merenggut ratusan nyawa, karena itulah aku dijuluki Si Tapak Iblis!""Ratusan nyamuk, he ... he ... he ...!'"Orang yang belum tahu siapa aku memang selalu tertawa terlebih dahulu sebelum menyesal pada saat menemui ajalnya!""Aku pernah kalah dalam bertarung, tapi aku tidak pernah mati!" Saka membasahi tangan sebatas pergelangan dengan tuak."Sekaranglah saatnya kau mampus!"Si Tapak Iblis angkat kedua tangan membentuk jurus tapak, lalu sosoknya
Di tanah lapang itu terlihat satu pasukan yang mengenakan pakaian serba merah dengan penutup kepala sampai menutupi mukanya. Yang terlihat hanya sepasang mata di balik lubang.Jumlah mereka sekitar lima puluh orang. Masing-masing membawa busur beserta sekantung anak panah yang tersampir di punggung.Satu orang berpenampilan sama berdiri paling depan bertindak sebagai pemimpin.Saka sudah menduga mereka pasti antek-anteknya Cakrawangsa."Rupanya sudah direncanakan dengan matang kalau saja Jangkung Wulung tidak gagal," gumam Saka.Si pemimpin tampak angkat satu tangan. Memberi isyarat. Serentak pasukan di belakangnya angkat busur, memasang anak panah dan menarik talinya.Nandini bersembunyi di balik punggung Saka. Meski khawatir dia yakin Pendekar Mabuk mempu mengatasi situasi ini.Sementara Saka sudah menyiapkan pukulan Segara Bayu. Lalu terdengar suara jentikan keras. Puluhan anak panah seketika beterbangan bagai hujan mendera.Segera saja Saka lemparkan bumbung tuak ke atas, diputar
Ketika Saka dan Nandini memasuki sebuah desa, mereka melihat orang berbondong-bondong masuk ke sebuah rumah besar yang kebetulan terletak di pinggir jalan. Sepertinya pemilik rumah ini juga orang kaya.Tanpa bertanya lagi, Nandini ikut masuk ke dalam. Saka garuk-garuk kepala melihat tingkah wanita itu tiba-tiba saja jadi ingin tahu urusan orang.Dari keterangan yang didapat, pemilik rumah dan semua penghuninya tewas karena diracun. Mereka ditemukan tetangga yang hendak ada keperluan kepada juragan Brata Kusuma.Brata Kusuma, istrinya -Kadarsih, anak laki-laki -Candra Kusuma dan Sekar Kusuma, anak perempuannya ditemukan terkapar di ruang makan dengan mulut berbusa. Tanda-tanda keracunan.Semua pembantu di rumah itu juga tewas dengan tanda-tanda yang sama. Yang lebih menghebohkan, harta kekayaan milik keluarga saudagar itu raib.Banyak yang beranggapan ada orang yang sengaja meracuni mereka, kemudian menggasak seluruh hartanya.Keluarga Brata Kusuma dikenal baik di desa itu. Suka menolo
Nandini yang tahu gelagat segera cabut pedang di pinggangnya untuk menghempas senjata rahasia beracun yang dilemparkan Ki Gandara dengan cara yang hampir tak dapat dilihat oleh mata.Senjata rahasia berupa puluhan jarum beracun berhamburan tidak mengenai sasaran. Ki Gandara terkejut serangannya mampu dipatahkan.Kesempatan ini dimanfaatkan Nandini. Dia segera melepaskan tendangan yang cukup kuat.Deg!Kakek berambut gimbal itu tak memiliki kesempatan untuk menghindar. Tendangan Nandini mendarat telak di dadanya.Tubuhnya terhuyung lalu tak mampu menahan keseimbangan lagi sehingga jatuh terjengkang.Ujung pedang Nandini sudah mengancam di lehernya. Ini adalah kekalahan pertamanya."Baik, aku menyerah.""Katakan siapa orangnya, satu orang, dua orang atau berapa banyak yang mampu membeli racunmu yang paling mahal itu!"Di tempatnya Saka tersenyum."Kalau yang tewas keluarga Brata Kusuma, yang memb
"Aku tergelitik dengan kata ini; 'sumbangsih'."Kembali keadaan menjadi sunyi. Hanya bibir Nandini tampak berdesis mengucapkan kata 'sumbangsih' beberapa kali."Begini!" seru mereka berbarengan. Tatapan mereka beradu. Mereka baru sadar ternyata sudah sangat akrab seperti ini. Seperti pasangan suami istri saja.Keduanya sama-sama tertawa dengan kejadian ini. Nandini hampir saja hendak menggelayut ke bahu Saka."Apa yang ingin kau kemukakan?""Kau dulu!" kata Nandini."Baiklah," kata Saka . "Aku mengira Kawung Giri ini adalah kerajaan yang baru dirintis atau baru didirikan. Sehingga membutuhkan harta yang banyak untuk membangun.“Lalu mengajak kepada orang-orang kaya yang bukan pejabat di kerajaan lain untuk menyumbangkan hartanya. Tentunya dengan iming-iming akan dijadikan pejabat penting,""Cocok!" seru Nandini mengagetkan Saka . "Ternyata pemikiran kita sama." Tertawa terkikik sambil menutup mulutnya.