"Aku tergelitik dengan kata ini; 'sumbangsih'."
Kembali keadaan menjadi sunyi. Hanya bibir Nandini tampak berdesis mengucapkan kata 'sumbangsih' beberapa kali."Begini!" seru mereka berbarengan. Tatapan mereka beradu. Mereka baru sadar ternyata sudah sangat akrab seperti ini. Seperti pasangan suami istri saja.Keduanya sama-sama tertawa dengan kejadian ini. Nandini hampir saja hendak menggelayut ke bahu Saka."Apa yang ingin kau kemukakan?""Kau dulu!" kata Nandini."Baiklah," kata Saka . "Aku mengira Kawung Giri ini adalah kerajaan yang baru dirintis atau baru didirikan. Sehingga membutuhkan harta yang banyak untuk membangun.“Lalu mengajak kepada orang-orang kaya yang bukan pejabat di kerajaan lain untuk menyumbangkan hartanya. Tentunya dengan iming-iming akan dijadikan pejabat penting,""Cocok!" seru Nandini mengagetkan Saka . "Ternyata pemikiran kita sama." Tertawa terkikik sambil menutup mulutnya.Lelaki setengah baya yang masih duduk di tempatnya dan melihat kecurangan itu segera menyentilkan jari yang sudah diisi tenaga dalam. Seperti menyentilkan sebuah kerikil, padahal itu tenaga dalam yang dipadatkan seperti kerikil.Tring!Sentilan itu tepat menghantam senjata rahasia yang meluncur hampir mengenai si gadis mungil. Senjata rahasia yang berupa paku itu terpental entah kemana.Si gadis mungil terkejut mendapat serangan curang walau selamat. Dia mendengkus kesal, amarahnya tersulut. Segera dia cabut senjatanya yang berupa pedang.Sring! Sring!Serentak kelima orang itu juga mengeluarkan senjata. Sebuah parang besar tergenggam di tangan masing-masing. Mereka siap menyerang dengan jurus barunya.Namun, belum sempat mereka bergerak, tiba-tiba dari arah belakang kereta berkelebat enam sosok menghampiri mereka. Lima sosok mendarat mengurung lima lelaki bersenjata parang.Satu sosok berdiri di samping si gadis. Seoran
"Adapun ketentuan yang diterapkan dan menjadi aturan ada sedikit perbedaan antara para saudagar dan para pendekar."Patih Munding Sora kemudian menjelaskan bahwa ketentuan untuk para saudagar harus memberikan hartanya dengan jumlah yang telah ditentukan, maka akan langsung mendapatkan tanda jasa.Sedangkan untuk para pendekar, mereka langsung diterima dan diberi kedudukan. Hanya saja untuk mengundi kedudukan siapa yang paling tinggi, mereka akan diadu kepandaiannya."Yang berdiri terakhir di sini." Sang Patih menunjuk ke bawah, maksudnya halaman tempatnya berdiri. "Akan menjadi pengawal pribadi raja."Yang hadir tampak angguk-angguk. Ki Bandawa memperhatikan Suta Wingit yang dari tadi selalu melirik ke arah Asmarani."Sebelumnya saya perkenalkan mereka yang sudah bergabung lebih dulu," kata Patih Munding Sora kemudian."Senapati utama Suta Wingit,"Yang disebut berdiri dan menjura."Menteri Muda Candra Kusuma!"
Suara jeritan kematian terdengar hingga ke luar.Tangan Sekar Kusuma yang menggenggam pedang tampak bergetar. Sepasang matanya menatap tajam ke arah kakaknya yang tewas dengan leher hampir putus. Hatinya berguncang, napasnya ngos-ngosan seperti habis berlari.Antara percaya dan tidak, dia bisa melakukannya dengan mudah. Membunuh kakaknya sendiri. Ada rasa puas tapi ngeri juga.Sekarang dia ingin segera meninggalkan tempat itu, tapi tiba-tiba saja kesiur angin menghembus kuat dari arah belakang. Dengan sigap si gadis membalik badan sambil menebas.Trang!Dua pedang beradu. Sekar Kusuma sempat tersurut, tapi langsung menerjang ke depan. Sekali gerak lima tusukan mengancam lawannya. Dia harus menyingkirkan lawannya dulu supaya bisa kabur.Tetapi yang dilawan gadis itu bukan sembarang orang. Semua serangannya berhasil dihindari. Gerakannya tampak lebih gesit dan kuat. Hawa membunuhnya juga terasa memancar pekat.Jelas lawan
Wajah Ki Danapati alias Menteri Jero tampak lebih sumringah lagi setelah mendengar laporan prajurit tadi."Sungguh beruntung bagi kita yang hadir di sini. Hari ini, sebentar lagi raja kita akan tiba di sini,"Terdengar gumaman para saudagar. Mereka menunjukan wajah antusias.Bahkan sang Mentri pun sebenarnya belum pernah berjumpa dengan raja. Yang pernah bertemu raja hanya satu orang, yaitu Patih Munding Sora.Beberapa saat kemudian, semua yang ada di tempat itu sudah bersiap menyambut kedatangan raja, kecuali para pendekar karena sedang mengikuti sayembara. Mengejar dan menangkap penyusup semalam.Mereka berbaris di halaman depan kediaman Patih. Dari pintu gerbang sampai ke tempat itu jaraknya lumayan panjang. Kira-kira sampai empat puluh tombak.Semuanya seperti menahan napas saat terlihat sebuah kereta kuda besar memasuki pintu gerbang.Di saat ingin segera melihat sosok sang raja, waktu terasa berjalan lambat. Saka d
Satu teriakan lantang menjadi aba-aba bagi pasukan yang berada di luar pintu gerbang. Lalu terdengar suara gemuruh teriakan prajurit menyambut.Dengan mudah mereka mendobrak pintu gerbang.Braakk!Begitu terbuka, pasukan gabungan kerajaan Wanagiri dan Manukrawa berhamburan masuk bagai air bah. Pasukan yang di dalam sudah siap bertempur.Pertempuran tak bisa dihindarkan lagi. Jumlah pasukan gabungan sepertinya memadai dengan pasukan kerajaan baru, Kawung Giri.Namun, seperti yang dikatakan raja, prajuritnya sudah berkepandaian khusus. Sehingga mampu mendominasi serangan. Satu prajurit Kawung Giri harus diimbangi oleh tiga prajurit gabungan. Apalagi yang pangkatnya Bekel dan senapati, lebih kuat lagi.Akan tetapi ternyata pasukan yang datang bukan dari dua kerajaan itu saja. Tak berapa lama datang lagi pasukan dari Sindang Kasih bergabung dengan dua pasukan sebelumnya. Sehingga jumlahnya lebih unggul.Bagaimana ceritanya k
Seluruh ruangan ini jadi dipenuhi hawa panas menyengat. Para saudagar yang tidak memiliki kepandaian semakin ketakutan. Tidak tahu apa yang harus dilakukan.Tetap diam di dalam terasa seperti dipanggang hidup-hidup. Sedangkan di luar juga sangat berbahaya. Mereka menyesal telah bergabung dengan Kawung Giri.Karena bagi kerajaan pusat yaitu Galuh, tindakan seperti ini merupakan pemberontakan. Iming-iming jabatan telah membutakan mata, tapi tidak tahu apa akibatnya.Kembali ke pertarungan. Gelombang hawa panas bergulung keluar dari setiap gerakan Ki Jangkung Wulung. Ini membuat Saka kerepotan pada awalnya.Namun, setelah beberapa saat Pendekar Mabuk bisa mengimbangi lawannya lagi begitu memadukan jurus Bayang-bayang Dewa Gila dengan ilmu Dewa Teler.Saka terkejut ketika sosok Ki Jangkung Wulung tiba-tiba bisa membesar dan mengecil guna mendesak dirinya. Hampir saja Saka terkena sambaran tangan lawan yang berubah menjadi raksasa.A
Serangan lain yang tidak mampu dihindari menghasilkan goresan luka di badannya. Suta Wingit sangat dongkol dengan situasi seperti ini. Baru kali ini dia jadi bulan-bulanan lawan. Perempuan lagi.Sungguh memalukan."Sebaiknya kau menyerah. Pasukanmu sudah kalah. Sebentar lagi rajamu juga akan takluk. Salah satu saudagar adalah senapati dari Wanagiri yang menyamar!" seru Asmarani mencoba melemahkan mental lawan.Namun, pada saat itu Suta Wingit masih yakin dan berharap kepada Ki Jangkung Wulung. Karena di antara semuanya orang tua itulah yang paling sakti."Kau masih berharap pada resi penipu itu?" hardik Asmarani kemudian. "Dia sedang berhadapan dengan musuh besarnya yang ilmunya jauh lebih tinggi. Pendekar Mabuk namanya!"Suta Wingit sama sekali belum pernah mendengar nama pendekar yang disebutkan Asmarani. Karena itu dia masih menyimpan harapan.Namun, karena ucapan si gadis ini, Suta Wingit jadi makin banyak lengah. Tubuhnya di
"Kau telah membunuh guruku dengan cara curang. Ini balasan untukmu!" seru Sekar Kusuma tanpa takut diserang enam lainnya.Namun, keenam orang tersebut tidak ada yang melakukan penyerangan. Yang dilakukan Sekar Kusuma adalah balas dendam atas kematian gurunya. Mereka juga tidak begitu andil atas kematian gurunya si gadis.Akhirnya keenam pendekar itu hanya memaklumi tindakan Sekar Kusuma. Mereka hanya memandang beberapa kejap kepada teman mereka yang kini roboh tak bernyawa. Kemudian melangkah kembali.Sekar Kusuma menyarungkan pedangnya. Lalu menoleh ke arah Nandini dan Saka."Terima kasih atas pertolongan kalian. Aku belum bisa membalas budi baik kalian. Suatu saat aku akan membalasnya. Sekali lagi terima kasih, aku pamit!"Sekar Kusuma menjura agak dalam lalu segera pergi meninggalkan Saka dan Nandini yang hanya saling pandang setelah kepergian gadis itu."Kita lanjutkan perjalanan mengejar Cakrawangsa dan menemukan apa yang te
"Sampai kapan aku mengawasi seperti ini," gerutu Nari Ratih sambil memakan buah jambu. Kalau ditinggalkan takut yang dikhawatirkan terjadi. Bukankah dia sedang berjaga mencegah jatuhnya korban pembunuhan lagi. Namun, kalau dipikir lagi sejenak hatinya jadi ragu. Sebabnya prajurit kerajaan yang ditugaskan menangani kasus ini sudah mengendus ke Seta Aji. Kalau sudah begitu bisa saja Seta Aji tidak melanjutkan aksinya. Bagaimana kalau prajurit kerajaan mendatangi rumah dan menangkap Seta Aji? Sia-sia saja dia berjaga di situ. Apa yang dipikirkan Nari Ratih memang benar. Lima prajurit kerajaan yang dipimpin seorang Bekel mendatangi rumah Seta Aji. Tentu saja pihak berwenang dari kerajaan juga menyelidiki tiga pembunuhan yang terjadi. Dari tanda silang yang tergores di paha korban menunjuk satu tersangka, Seta Aji. Sampai di depan rumah Seta Aji, enam prajurit ini hanya mendapati Amba Citra yang sed
Giliran Nari Ratih yang kerutkan kening sambil menarik wajahnya. Lalu dia menghempas napas lega. Maklum saja Amba Citra menyangka demikian, karena dia belum tahu kalau dia sudah mempunyai suami seorang pendekar tangguh.Amba Citra menatap sahabatnya menunggu jawaban. Si gadis ini perawakannya tak jauh beda dengan Nari Ratih. Tinggi semampai, cantik, hanya wajahnya bulat dengan mata agak belo. Berbeda dengan Nari Ratih yang memiliki wajah lonjong dan mata tipis.Nari Ratih tidak segera memberitahukan tentang statusnya yang sudah bersuami. Ada yang lebih penting yang harus didahulukan, yaitu mencari pembunuh sahabatnya."Aku hanya ingin memperoleh keterangan yang banyak tentang dia darimu,""Baik, tapi apa kau yakin aku memiliki pengetahuan banyak tentang Seta Aji?""Tentu saja, karena kau tetangganya!""Baiklah, silakan bertanya!" Amba Citra mengangkat telapak tangannya menghadap ke atas.Nari Ratih menarik napas panjang.
Seketika langsung berjingkat badannya. Dadanya mendadak berdebar kencang. Bagaimana bisa ada orang masuk? Padahal dia sudah mengunci pintu sejak masuk tadi."Kau!"Semakin terkejut gadis ini begitu mengenali orang misterius ini."Bagaimana kau bisa masuk?"Lelaki berpakaian serba hitam ini tersenyum sinis dengan sorot mata tajam mengandung hawa sadis. Seperti elang hendak mencengkram mangsanya."Aku sudah menunggu kamu dari tadi." Suaranya besar tapi pelan dan seolah sengaja diserak-serakkan."Gila, kamu! Masuk tanpa ijin. Mau apa kamu? Mencuri?"Si lelaki mengekeh pelan. "Ya, aku mau mencuri nyawamu,""Bangsat, kamu! Antara aku dan kamu sudah tidak ada hubungan lagi, sudah tidak ada masalah lagi. Mau apa lagi kamu?"Sudah aku bilang, aku mau nyawamu. aku masih sakit hati dicampakkan sama kamu. Aku dendam, dan Kamu harus terima akibatnya,""Sinting, kamu! Pergi! Atau aku panggil kakangku buat m
Berita terbunuhnya Rara Intan yang mayatnya dikirim dalam sebuah peti sampai juga ke keluar Ki Barna. Nari Ratih dan Saka pun otomatis mendengar berita ini.Peristiwa ini terjadi siang hari setelah beberapa lama penguburan Arum Honje."Tandanya sama seperti pembunuhan Arum Honje," kata Ki Barna menjelaskan. Rara Intan Putri ketiga juragan Gumara orang terkaya di desa Jati Waringin. Mayat Rara Intan ditemukan di dalam sebuah peti yang dikirim oleh seseorang yang misterius."Dalam satu hari ini sudah dua kali Saka dan Nari Ratih menghadiri pemakaman. Pagi tadi penguburan Arum Honje sahabatnya Nari Ratih. Sekarang Rara Intan.Walaupun bukan orang yang dikenal keduanya, tapi cara pembunuhan yang dilakukan sama seperti yang menimpa Arum Honje.Awalnya Ki Barna yang mendengar kegegeran itu. Geger karena tidak menyangka, pagi hari Rara Intan pergi ke pasar sendirian. Tetapi pulang dikirim dalam peti mati.Yang membuat penasaran yaitu ad
"Dia calon istri Raden Sujiwa, putra seorang menteri dari Manukrawa, tidak ada alasan calon suaminya yang membunuh,""Dari petunjuk yang sengaja ditinggalkan, jelas maksud pembunuhan ini adalah balas dendam. Tapi dendam apa?""Kalau soal harta kekayaan, tidak mungkin. Keluarga Ki Barna tidak memiliki harta yang berlimpah. Misalnya, adiknya Randu ingin menguasai harta warisan sendiri, itu tidak mungkin!" tegas Nari Ratih."Sepertinya masalah cinta. Saka meneguk tuaknya. "Coba kau ingat-ingat barangkali sebelum Raden Sujiwa, mungkin ada lelaki lain yang pernah jadi kekasihnya. Atau ada wanita mencintai Raden Sujiwa, dia tidak ingin ada wanita lain yang memilikinya,"Nari Ratih menopang dagunya. Pikirannya berputar-putar memanggil ingatannya."Aku tidak tahu tentang Raden Sujiwa, tapi aku tahu Arum Honje pernah memiliki kekasih sebelum dilamar Raden Sujiwa."Menduga-duga boleh saja, tapi harus disertai bukti kuat yang mengarah kepad
Orang yang dipanggil Tuanku ini melepaskan pukulan. Ternyata dia memiliki tenaga dalam lumayan, tapi masih berada di bawah Resi Danuranda. Tentu saja hanya dalam beberapa gebrak, Tuanku telah ambruk kehilangan tenaganya.Di sebelah sana Nari Ratih juga telah menyelesaikan tugasnya. Semua penjaga rumah telah terkapar dengan luka parah yang membuat mereka tak mampu menyerang lagi. Mereka masih dibiarkan hidup.Beberapa saat kemudian berdatangan orang-orang. Saka Sinting langsung mengarahkan mereka masuk ke dalam rumah."Cari dan ambillah yang menjadi milikmu saja!"Setelah semuanya selesai. Si Tuanku, Resi Danuranda dan semua anak buahnya diikat dan dikumpulkan di bangunan tanpa dinding.Saka Sinting berpesan kepada orang-orang bekas pengikut Resi Danuranda yang hendak pulang, agar ada yang melaporkan ke pihak kerajaan.Empat hari kemudian, rombongan prajurit Galuh yang datang dipimpin seorang senapati. Mereka juga datang bersama
Saka Sinting bergerak mendekati resi Danuranda. Bagi sang resi ini kesempatan untuk meleburkan tubuh Saka Sinting dengan apinya yang panasnya mampu mencairkan baja sebesar kerbau dalam waktu singkat."Konyol, cari mati kau!" seru sang Resi tersenyum merasa menang. Lalu dengan cepat dia songsong Saka Sinting. Dua telapak tangan berhasil meraih bahu pemuda itu.Seketika api membungkus seluruh tubuh Saka Sinting. Bahkan dari mulut sang resi juga menyembur lidah api khusus membakar bagian kepala.Namun, Saka Sinting tetap tenang. Dia tidak merasakan kepanasan sama sekali. Kobaran api itu tidak membuatnya terbakar.Tubuhnya dalam keadaan baik-baik saja. Malah seolah sengaja dirinya dibakar. Saka Sinting berdiri sambil bersedekap. Kedua matanya menatap tajam wajah resi Danuranda.Beberapa lama keadaan tetap seperti itu meskipun resi Danuranda telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Jika dilihat dari jauh maka kobaran api itu seperti api ungg
Bola mata resi Danuranda bergerak-gerak seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya menunjukan kecemasan. Kini dia tengak-tengok ke segala arah. Sepertinya dia merasakan kehadiran seseorang."Aneh, sepertinya ada jurig menyusup. Tapi untuk apa?" Resi Danuranda mendesah lalu melangkah keluar. Ternyata dia cukup peka juga. Tapi hanya sekadar peka tidak mampu mendeteksi lebih jauh.Saka Sinting tersenyum memandangi punggung sang resi. "Aku memang jurig, tapi cuma sementara, resi gadungan!"Jelaslah sekarang tujuan semua ini. Kalau dulu ada Boma Sangara yang hendak membangun kerajaan baru. Kini, entah siapa orang yang dipanggil Tuanku itu, dia merencanakan menguasai kota raja Pakuan.Saka Sinting kembali ke raga kasarnya. Sampai di sana pemuda ini terkejut karena resi Danuranda berdiri mematung di bawah pohon di mana raga kasarnya berada. Wajahnya tampak mendongak ke atas."Rupanya penyusupnya ada di sini!" seru resi Danuranda. Tangan kanannya m
Dengan canggung Bayunata menjelaskan tujuan mereka. Pemuda yang jelas tahu cara kerja Resi Danuranda wajar curiga kepada tiga orang yang kini sudah turun dari kereta kuda.Si pemuda mendekati mereka. "Dari mana kalian tahu tentang Eyang Resi?" selidiknya.Sesuai rencana yang sudah diatur sebelumnya, Sundari menjawab. "Saudara saya sudah lebih dulu ikut Eyang Resi, saya dan keponakan saya ini juga ingin mengikuti jejak saudara saya,""Siapa saudara yang kau maksud?""Namanya Nyai Mandita,""Apa kalian tahu syaratnya?"Kemudian Saka Sinting menunjukkan peti besar yang terikat di kolong kereta kuda. Dengan sedikit membukanya, terlihatlah tumpukan perhiasan dan batangan emas.Peti berisi harta perhiasan ini berasal dari Nini Ratminah atas ide dan permintaan Saka setelah tahu persyaratan yang disebutkan Ki Bayunata. Bagi bangsa guriang, itu hal yang sangat mudah mendatangkan harta sebanyak itu.Pemuda itu terperangah