Satu teriakan lantang menjadi aba-aba bagi pasukan yang berada di luar pintu gerbang. Lalu terdengar suara gemuruh teriakan prajurit menyambut.
Dengan mudah mereka mendobrak pintu gerbang.Braakk!Begitu terbuka, pasukan gabungan kerajaan Wanagiri dan Manukrawa berhamburan masuk bagai air bah. Pasukan yang di dalam sudah siap bertempur.Pertempuran tak bisa dihindarkan lagi. Jumlah pasukan gabungan sepertinya memadai dengan pasukan kerajaan baru, Kawung Giri.Namun, seperti yang dikatakan raja, prajuritnya sudah berkepandaian khusus. Sehingga mampu mendominasi serangan. Satu prajurit Kawung Giri harus diimbangi oleh tiga prajurit gabungan. Apalagi yang pangkatnya Bekel dan senapati, lebih kuat lagi.Akan tetapi ternyata pasukan yang datang bukan dari dua kerajaan itu saja. Tak berapa lama datang lagi pasukan dari Sindang Kasih bergabung dengan dua pasukan sebelumnya. Sehingga jumlahnya lebih unggul.Bagaimana ceritanya kSeluruh ruangan ini jadi dipenuhi hawa panas menyengat. Para saudagar yang tidak memiliki kepandaian semakin ketakutan. Tidak tahu apa yang harus dilakukan.Tetap diam di dalam terasa seperti dipanggang hidup-hidup. Sedangkan di luar juga sangat berbahaya. Mereka menyesal telah bergabung dengan Kawung Giri.Karena bagi kerajaan pusat yaitu Galuh, tindakan seperti ini merupakan pemberontakan. Iming-iming jabatan telah membutakan mata, tapi tidak tahu apa akibatnya.Kembali ke pertarungan. Gelombang hawa panas bergulung keluar dari setiap gerakan Ki Jangkung Wulung. Ini membuat Saka kerepotan pada awalnya.Namun, setelah beberapa saat Pendekar Mabuk bisa mengimbangi lawannya lagi begitu memadukan jurus Bayang-bayang Dewa Gila dengan ilmu Dewa Teler.Saka terkejut ketika sosok Ki Jangkung Wulung tiba-tiba bisa membesar dan mengecil guna mendesak dirinya. Hampir saja Saka terkena sambaran tangan lawan yang berubah menjadi raksasa.A
Serangan lain yang tidak mampu dihindari menghasilkan goresan luka di badannya. Suta Wingit sangat dongkol dengan situasi seperti ini. Baru kali ini dia jadi bulan-bulanan lawan. Perempuan lagi.Sungguh memalukan."Sebaiknya kau menyerah. Pasukanmu sudah kalah. Sebentar lagi rajamu juga akan takluk. Salah satu saudagar adalah senapati dari Wanagiri yang menyamar!" seru Asmarani mencoba melemahkan mental lawan.Namun, pada saat itu Suta Wingit masih yakin dan berharap kepada Ki Jangkung Wulung. Karena di antara semuanya orang tua itulah yang paling sakti."Kau masih berharap pada resi penipu itu?" hardik Asmarani kemudian. "Dia sedang berhadapan dengan musuh besarnya yang ilmunya jauh lebih tinggi. Pendekar Mabuk namanya!"Suta Wingit sama sekali belum pernah mendengar nama pendekar yang disebutkan Asmarani. Karena itu dia masih menyimpan harapan.Namun, karena ucapan si gadis ini, Suta Wingit jadi makin banyak lengah. Tubuhnya di
"Kau telah membunuh guruku dengan cara curang. Ini balasan untukmu!" seru Sekar Kusuma tanpa takut diserang enam lainnya.Namun, keenam orang tersebut tidak ada yang melakukan penyerangan. Yang dilakukan Sekar Kusuma adalah balas dendam atas kematian gurunya. Mereka juga tidak begitu andil atas kematian gurunya si gadis.Akhirnya keenam pendekar itu hanya memaklumi tindakan Sekar Kusuma. Mereka hanya memandang beberapa kejap kepada teman mereka yang kini roboh tak bernyawa. Kemudian melangkah kembali.Sekar Kusuma menyarungkan pedangnya. Lalu menoleh ke arah Nandini dan Saka."Terima kasih atas pertolongan kalian. Aku belum bisa membalas budi baik kalian. Suatu saat aku akan membalasnya. Sekali lagi terima kasih, aku pamit!"Sekar Kusuma menjura agak dalam lalu segera pergi meninggalkan Saka dan Nandini yang hanya saling pandang setelah kepergian gadis itu."Kita lanjutkan perjalanan mengejar Cakrawangsa dan menemukan apa yang te
Citradewi mengusap air matanya setelah beberapa saat memeluk anaknya. Bahagia tak terkira yang dirasanya ibu ini bisa bertemu kembali dengan putra kandungnya."Apa kau tidak menyesal mengetahui ibu kandungmu sebenarnya bukan berdarah istana?""Dari kecil aku sudah hidup di dunia persilatan. Tidak pernah merasakan jadi anak seorang pejabat istana. Aku tidak peduli siapa pun ibuku dan aku bahagia salah satu orang tuaku ternyata masih hidup."Melihat anaknya sudah dewasa, hampir tiga puluh tahun usia Saka. Maka sang ibu tentu saja ingin tahu perjalanan hidup Saka sampai menjadi pendekar tersohor saat ini.Tanpa ragu Saka menceritakan kisah hidupnya. Sejak dididik dan digembleng oleh Ki Aswani. Menikah dengan Rinjani hingga dikhianati sang istri. Dari situlah perjalanannya menjadi Pendekar Mabuk dimulai.Sang ibu sempat merasa sedih juga saat mendengar nasib rumah tangga Saka yang hancur."Ibu, aku ingin bertanya dari mana ayah menda
Sore harinya mereka sudah sampai di sekitar pantai. Terlihat banyak nelayan yang hendak melaut. Sudah biasa para nelayan ini melaut di malam hari.Besok paginya mereka mendarat membawa hasil tangkapan ikan yang langsung dijual ke pasar atau ke kampung-kampung.Di antara para nelayan, Saka dan Nandini mencari perahu yang bersedia menyeberang ke pulau Lalay. Namun, sepertinya tidak ada perahu penyeberangan. Apalagi ke pulau Lalay yang terkenal angker.Saka harus menyewa perahu dan berlayar sendiri ke pulau tersebut. Maka dia mendekati salah satu nelayan yang terlihat memiliki dua perahu.Satu perahu hendak dipakai melaut, yang satu lagi sepertinya nganggur. Setelah didekati, Saka dan Nandini cukup terkejut karena nelayan ini ternyata seorang nenek-nenek.Lebih kaget lagi ketika merasakan ada hawa sakti memendar dari tubuh si nenek kurus yang rambutnya putih digelung. Keriput pada wajah si nenek tidak begitu kentara karena tertutup warna puc
Selanjutnya tampak air laut di sebelah kiri dan kanan si nenek sejauh masing-masing sepuluh tombak terangkat ke atas membentuk pusaran-pusaran kecil.Angin di sekitar perahu juga bertiup semakin kencang, tapi anehnya perahu yang ditumpangi tidak goyah sedikit pun seperti terpatok ke dasar laut.Selama Nini Marsiti tidak memberi isyarat, Nandini dan Saka tidak melakukan tindakan apa pun. Hanya tetap waspada jika sewaktu-waktu ada serangan yang datang.Belasan pusaran air kecil di sebelah kiri dan kanan si nenek bergerak ke depan bersamaan. Ujung pusaran air setinggi tiga tombak dan berbentuk lancip tampak melengkung ke depan bagaikan ujung pedang yang memburu mangsa.Benteng siluman di depan sana digempur dan digulung pusaran angin berjumlah belasan itu. Terdengar suara seperti beradunya ratusan senjata logam.Pusaran air itu menggerus benteng siluman seperti mata bor yang sedang melubangi sesuatu.“Saka, apakah nenek ini siluman?
Wanita bertubuh sintal ini menoleh dan menatap wajah Saka yang tenggelam dalam kegelapan, tapi masih bisa dilihat dengan jelas menggunakan mata saktinya."Apa yang kau minta, pasti aku berikan," jawabannya dengan tatapan mesra. Tidak malu-malu wanita ini menunjukkan perasaannya lewat ekspresi muka."Tapi, ini mungkin akan terasa berat bagimu. Apa kau benar-benar bersedia?" Saka memastikan dengan mimik wajah serius."Ya, aku siap melakukan apa saja untukmu!”Saka terkesiap, apakah Nandini terkena ajian Asmarandana lagi?"Baiklah kalau begitu. Kau hanya perlu minum banyak tuak, aku membutuhkanmu air kencingmu!”Kedua mata Nandini terbelalak dengan mulut terbuka. Entah ini lucu atau sekadar bercanda saja. Sungguh permintaan yang aneh."Buat apa?”“Aku mendapatkan petunjuk, air kencing wanita adalah salah satu pantangan bagi orang yang sedang atau sudah menguasai Kitab Raja Denawa.""Oh, begitu!"T
"Kalau bermimpi, silakan saja. Tapi selama masih ada aku, jangan harap mimpimu akan menjadi nyata!""Bukan mimpi lagi, tapi sudah menjadi nyata. Kalian yang pertama menjadi korban!"Cakrawangsa berdiri. Hanya dengan menatap saja, Saka dan Nandini merasakan ada serangan tak kasat mata seperti dinding menghimpit tubuh mereka.Saka memberi isyarat agar Nandini berdiri di belakangnya. Saka hendak mengeluarkan ilmu paling tinggi dari Kitab Sapta Wujud yaitu Sukma Pamungkas.Itu juga salah satu petunjuk dari mantra Dasa Indra. Ternyata ilmu yang belum pernah dikeluarkan dari kitab Sapta Wujud akan digunakan juga.Kedua tangan Saka melipat di depan dada sambil memeluk bumbung tuak di sebelah kanan. Kedua matanya terpejam. Pikirannya difokuskan. Beberapa saat kemudian tubuh Saka diselimuti cahaya putih tipis.Sementara Cakrawangsa juga melakukan hal yang sama. Hanya kedua matanya tetap terbuka. Wajahnya tampak kaku dan menyeramkan.
"Sampai kapan aku mengawasi seperti ini," gerutu Nari Ratih sambil memakan buah jambu. Kalau ditinggalkan takut yang dikhawatirkan terjadi. Bukankah dia sedang berjaga mencegah jatuhnya korban pembunuhan lagi. Namun, kalau dipikir lagi sejenak hatinya jadi ragu. Sebabnya prajurit kerajaan yang ditugaskan menangani kasus ini sudah mengendus ke Seta Aji. Kalau sudah begitu bisa saja Seta Aji tidak melanjutkan aksinya. Bagaimana kalau prajurit kerajaan mendatangi rumah dan menangkap Seta Aji? Sia-sia saja dia berjaga di situ. Apa yang dipikirkan Nari Ratih memang benar. Lima prajurit kerajaan yang dipimpin seorang Bekel mendatangi rumah Seta Aji. Tentu saja pihak berwenang dari kerajaan juga menyelidiki tiga pembunuhan yang terjadi. Dari tanda silang yang tergores di paha korban menunjuk satu tersangka, Seta Aji. Sampai di depan rumah Seta Aji, enam prajurit ini hanya mendapati Amba Citra yang sed
Giliran Nari Ratih yang kerutkan kening sambil menarik wajahnya. Lalu dia menghempas napas lega. Maklum saja Amba Citra menyangka demikian, karena dia belum tahu kalau dia sudah mempunyai suami seorang pendekar tangguh.Amba Citra menatap sahabatnya menunggu jawaban. Si gadis ini perawakannya tak jauh beda dengan Nari Ratih. Tinggi semampai, cantik, hanya wajahnya bulat dengan mata agak belo. Berbeda dengan Nari Ratih yang memiliki wajah lonjong dan mata tipis.Nari Ratih tidak segera memberitahukan tentang statusnya yang sudah bersuami. Ada yang lebih penting yang harus didahulukan, yaitu mencari pembunuh sahabatnya."Aku hanya ingin memperoleh keterangan yang banyak tentang dia darimu,""Baik, tapi apa kau yakin aku memiliki pengetahuan banyak tentang Seta Aji?""Tentu saja, karena kau tetangganya!""Baiklah, silakan bertanya!" Amba Citra mengangkat telapak tangannya menghadap ke atas.Nari Ratih menarik napas panjang.
Seketika langsung berjingkat badannya. Dadanya mendadak berdebar kencang. Bagaimana bisa ada orang masuk? Padahal dia sudah mengunci pintu sejak masuk tadi."Kau!"Semakin terkejut gadis ini begitu mengenali orang misterius ini."Bagaimana kau bisa masuk?"Lelaki berpakaian serba hitam ini tersenyum sinis dengan sorot mata tajam mengandung hawa sadis. Seperti elang hendak mencengkram mangsanya."Aku sudah menunggu kamu dari tadi." Suaranya besar tapi pelan dan seolah sengaja diserak-serakkan."Gila, kamu! Masuk tanpa ijin. Mau apa kamu? Mencuri?"Si lelaki mengekeh pelan. "Ya, aku mau mencuri nyawamu,""Bangsat, kamu! Antara aku dan kamu sudah tidak ada hubungan lagi, sudah tidak ada masalah lagi. Mau apa lagi kamu?"Sudah aku bilang, aku mau nyawamu. aku masih sakit hati dicampakkan sama kamu. Aku dendam, dan Kamu harus terima akibatnya,""Sinting, kamu! Pergi! Atau aku panggil kakangku buat m
Berita terbunuhnya Rara Intan yang mayatnya dikirim dalam sebuah peti sampai juga ke keluar Ki Barna. Nari Ratih dan Saka pun otomatis mendengar berita ini.Peristiwa ini terjadi siang hari setelah beberapa lama penguburan Arum Honje."Tandanya sama seperti pembunuhan Arum Honje," kata Ki Barna menjelaskan. Rara Intan Putri ketiga juragan Gumara orang terkaya di desa Jati Waringin. Mayat Rara Intan ditemukan di dalam sebuah peti yang dikirim oleh seseorang yang misterius."Dalam satu hari ini sudah dua kali Saka dan Nari Ratih menghadiri pemakaman. Pagi tadi penguburan Arum Honje sahabatnya Nari Ratih. Sekarang Rara Intan.Walaupun bukan orang yang dikenal keduanya, tapi cara pembunuhan yang dilakukan sama seperti yang menimpa Arum Honje.Awalnya Ki Barna yang mendengar kegegeran itu. Geger karena tidak menyangka, pagi hari Rara Intan pergi ke pasar sendirian. Tetapi pulang dikirim dalam peti mati.Yang membuat penasaran yaitu ad
"Dia calon istri Raden Sujiwa, putra seorang menteri dari Manukrawa, tidak ada alasan calon suaminya yang membunuh,""Dari petunjuk yang sengaja ditinggalkan, jelas maksud pembunuhan ini adalah balas dendam. Tapi dendam apa?""Kalau soal harta kekayaan, tidak mungkin. Keluarga Ki Barna tidak memiliki harta yang berlimpah. Misalnya, adiknya Randu ingin menguasai harta warisan sendiri, itu tidak mungkin!" tegas Nari Ratih."Sepertinya masalah cinta. Saka meneguk tuaknya. "Coba kau ingat-ingat barangkali sebelum Raden Sujiwa, mungkin ada lelaki lain yang pernah jadi kekasihnya. Atau ada wanita mencintai Raden Sujiwa, dia tidak ingin ada wanita lain yang memilikinya,"Nari Ratih menopang dagunya. Pikirannya berputar-putar memanggil ingatannya."Aku tidak tahu tentang Raden Sujiwa, tapi aku tahu Arum Honje pernah memiliki kekasih sebelum dilamar Raden Sujiwa."Menduga-duga boleh saja, tapi harus disertai bukti kuat yang mengarah kepad
Orang yang dipanggil Tuanku ini melepaskan pukulan. Ternyata dia memiliki tenaga dalam lumayan, tapi masih berada di bawah Resi Danuranda. Tentu saja hanya dalam beberapa gebrak, Tuanku telah ambruk kehilangan tenaganya.Di sebelah sana Nari Ratih juga telah menyelesaikan tugasnya. Semua penjaga rumah telah terkapar dengan luka parah yang membuat mereka tak mampu menyerang lagi. Mereka masih dibiarkan hidup.Beberapa saat kemudian berdatangan orang-orang. Saka Sinting langsung mengarahkan mereka masuk ke dalam rumah."Cari dan ambillah yang menjadi milikmu saja!"Setelah semuanya selesai. Si Tuanku, Resi Danuranda dan semua anak buahnya diikat dan dikumpulkan di bangunan tanpa dinding.Saka Sinting berpesan kepada orang-orang bekas pengikut Resi Danuranda yang hendak pulang, agar ada yang melaporkan ke pihak kerajaan.Empat hari kemudian, rombongan prajurit Galuh yang datang dipimpin seorang senapati. Mereka juga datang bersama
Saka Sinting bergerak mendekati resi Danuranda. Bagi sang resi ini kesempatan untuk meleburkan tubuh Saka Sinting dengan apinya yang panasnya mampu mencairkan baja sebesar kerbau dalam waktu singkat."Konyol, cari mati kau!" seru sang Resi tersenyum merasa menang. Lalu dengan cepat dia songsong Saka Sinting. Dua telapak tangan berhasil meraih bahu pemuda itu.Seketika api membungkus seluruh tubuh Saka Sinting. Bahkan dari mulut sang resi juga menyembur lidah api khusus membakar bagian kepala.Namun, Saka Sinting tetap tenang. Dia tidak merasakan kepanasan sama sekali. Kobaran api itu tidak membuatnya terbakar.Tubuhnya dalam keadaan baik-baik saja. Malah seolah sengaja dirinya dibakar. Saka Sinting berdiri sambil bersedekap. Kedua matanya menatap tajam wajah resi Danuranda.Beberapa lama keadaan tetap seperti itu meskipun resi Danuranda telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Jika dilihat dari jauh maka kobaran api itu seperti api ungg
Bola mata resi Danuranda bergerak-gerak seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya menunjukan kecemasan. Kini dia tengak-tengok ke segala arah. Sepertinya dia merasakan kehadiran seseorang."Aneh, sepertinya ada jurig menyusup. Tapi untuk apa?" Resi Danuranda mendesah lalu melangkah keluar. Ternyata dia cukup peka juga. Tapi hanya sekadar peka tidak mampu mendeteksi lebih jauh.Saka Sinting tersenyum memandangi punggung sang resi. "Aku memang jurig, tapi cuma sementara, resi gadungan!"Jelaslah sekarang tujuan semua ini. Kalau dulu ada Boma Sangara yang hendak membangun kerajaan baru. Kini, entah siapa orang yang dipanggil Tuanku itu, dia merencanakan menguasai kota raja Pakuan.Saka Sinting kembali ke raga kasarnya. Sampai di sana pemuda ini terkejut karena resi Danuranda berdiri mematung di bawah pohon di mana raga kasarnya berada. Wajahnya tampak mendongak ke atas."Rupanya penyusupnya ada di sini!" seru resi Danuranda. Tangan kanannya m
Dengan canggung Bayunata menjelaskan tujuan mereka. Pemuda yang jelas tahu cara kerja Resi Danuranda wajar curiga kepada tiga orang yang kini sudah turun dari kereta kuda.Si pemuda mendekati mereka. "Dari mana kalian tahu tentang Eyang Resi?" selidiknya.Sesuai rencana yang sudah diatur sebelumnya, Sundari menjawab. "Saudara saya sudah lebih dulu ikut Eyang Resi, saya dan keponakan saya ini juga ingin mengikuti jejak saudara saya,""Siapa saudara yang kau maksud?""Namanya Nyai Mandita,""Apa kalian tahu syaratnya?"Kemudian Saka Sinting menunjukkan peti besar yang terikat di kolong kereta kuda. Dengan sedikit membukanya, terlihatlah tumpukan perhiasan dan batangan emas.Peti berisi harta perhiasan ini berasal dari Nini Ratminah atas ide dan permintaan Saka setelah tahu persyaratan yang disebutkan Ki Bayunata. Bagi bangsa guriang, itu hal yang sangat mudah mendatangkan harta sebanyak itu.Pemuda itu terperangah