Share

Bab 102

Muncul lagi pertanyaan itu, benarkah kabar kehamilanku ini?

Jika benar, tentu bertambahlah rasa syukurku. Jika pun tidak, ya aku bisa apa, ini semua di luar kuasaku bukan?

Harapanku, semoga saja ini benar, supaya aku bisa terus melihat wajah bahagia yang terlihat di depan mata saat ini, dan seterusnya.

"Sudah-sudah, ayo sarapan, biar cucu Ibu nggak kelaparan di dalam sana. Nanti periksa biar tau sudah usia berapa, biar kita buat selamatan untuk mendo'akan calon cucu Ibu," ujar Ibu sambil meraih tanganku.

"Ayo, Nan, ajak istrimu sarapan," pungkas Ibu.

"Iya, Bu."

Ia merangkul pundakku, mengajakku duduk.

"Bu Husna," bisiknya.

"Pak Hanan," balasku, lantas kami tertawa kecil bersamaan.

Alhamdulillah, terima kasih ya, Allah, sudah menghadirkan kebahagiaan di rumah ini. Semoga saja, calon bayi ini sehat sampai lahir nanti. Aamiin ... .

.

"Periksa ke bidan depan itu aja, Husna," pinta Ibu. Beliau mengambil tempat duduk di sampingku.

"Gi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status