“Aku tidak bisa, Lus. Utang itu terlalu banyak nominalnya.”Bu Sinta yang kaget mendengar itu pun langsung menoleh pada Lusi. “Utang? Utang apa?”Raka mengaduh pelan. Dia lupa kalau ibunya tidak tahu perihal ini. Saat membebaskan Bu Sinta dulu, dia sempat bilang kalau uang itu dari Lusi, tapi sang wanita paruh baya tidak percaya. Mungkin Bu Sinta lupa akan hal itu.Lusi terkejut sembari tersenyum, dia menoleh pada Raka. “Wah, Mas. Kamu tidak memberitahu ibumu kalau uang itu dariku?” tany Lusi, sarkas. Membuat Raka menunduk malu, apalagi banyak orang di sana.Bu Sinta semakin bingung. Dia mencengkeram pundak Raka untuk meminta penjelasan. Tak punya pilihan lain, sang pria harus membuka semuanya.“Maaf, Bu. Aku memakai uang Lusi untuk membebaskan Ibu. Aku kerja pada Lusi pun untuk melunasi utang itu dengan potongan dari gajinya.”Seketika suara gaduh terdengar. Maura menatap pria itu muak, ternyata memang parasit. Sementara Adiba hanya menggelengkan kepala.Raka memejamkan mata sembari
“Kenapa reaksi kalian seperti itu?” tanya Mila dengan santai dan sedikit mengejek, membuat Bu Sinta dan Raka sama-sama terkesiap.Wanita hamil itu membiarkan mereka berdua dengan kertekejutannya. Sekarang, dia menghadapi Lusi terlebih dahulu dengan tatapan santai dan berani.Sementara Lusi hanya bersikap sinis, tak mau untuk berkata apa pun. Meskipun tahu jika Mila sudah menolongnya, tapi wanita hamil itu memanfaatkan Lusi demi kepentingannya sendiri.“Apa kamu tidak mau mengatakan sesuatu kepadaku, yang telah menolongmu?”Lusi menatap malas pada mantan sahabatnya itu. “Kamu mengharapkanku berterima kasih karena sudah menolongku, kan? Sayangnya, itu hanya harapanmu saja. Sebab, aku tahu, kamu melakukan ini karena tujuan tertentu. Jadi, silakan segera lunasi utang mereka.”Lusi dengan berani dan tegas mengatakan itu semua. Mereka berdua saat ini menjadi tontonan yang menegangkan. Setelah sekian lama tidak bertemu, mantan sahabatan itu dipertemukan oleh sebuah kejadian, karena ulah Raka
Raka dengan tergesa memasukkan semua pakaiannya ke koper. Bu Sinta yang menyusul pakai taksi lain pun, berlari tergopoh-gopoh mencari anaknya.Dia sangat terkejut mendapati anaknya sedang beres-beres. “Loh, kamu mau ke mana, Raka?”“Pergi.”“Pergi ke mana?!” tanya Bu Sinta agak bingung.Raka tak menjawab, memilih untuk menyelesaikan aktivitasnya dan pergi jauh dari rumah ini.Melihat diamnya sang anak, Bu Sinta pun terus memanggil nama Raka dengan nada tinggi.“Kamu tidak boleh pergi. Kamu mau jadi anak durhaka?!”Kalimat terakhir yang dikatakan oleh Bu Sinta berhasil menghentikan sang pria. Dia menoleh pada ibunya dengan raut wajah tak karuan, tampak ada emosi yang tertahan.“Apakah aku akan durhaka jika sudah dimanfaatkan oleh Ibu? Ibu sampai berbohong soal anak yang ada dalam kandungan Mila.”“Ibu melakukan itu demi kebaikan kamu, Raka. Kamu tidak boleh bersatu dengan wanita sundal seperti si Mila!”“Lalu, menjadikan aku Ayah yang jahat untuk anaknya? Tidak, Bu. Aku tetap bisa bert
Bu Sinta marah, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain bungkam. Tentu saja dalam hari tidak akan setuju jika anaknya kembali pada Mila. Sebuah kemalangan yang akan didapatkan Raka.“Mas, kamu harus tanggung jawab. Ingat, ini anakmu. Ibumu sudah melakukan kejahatan dengan memalsukan surat DNA ini. Aku bisa membawa masalah ini ke ranah hukum.”Raka menoleh pada Mila. Meskipun sekarang wanita itu sudah berubah, tapi perasaannya sudah hambar. Yang diinginkannya hanya Lusi, tapi itu sudah jadi mustahil untuk diraih.Jika dirinya pergi dari sini pun yang ada dia akan menjadi buronan. Sebab tahu kalau Mila sangat nekat untuk mendapatkannya.“Baiklah, aku akan bertanggung jawab atas anak itu.”Bu Sinta dan Mila tersentak bersamaan, tapi reaksi selanjutnya di luar dugaan. Sang wanita paruh baya menolak dengan keras, sementara Mila sangat senang.“Jangan gila kamu! Ibu tidak setuju dengan keputusan kamu. Dia ini bukan wanita baik-baik!”Mila mendelik pada sang wanita paruh baya, dia hendak
“Akhirnya, kita kembali menjadi suami istri lagi.”Mila bergelayut manja di lengan Raka sembari memegang surat pernyataan sudah rujuk. Sayangnya, Mila hanya dinikahi dengan siri.Kebetulan, Raka menjatuhkan talak saat tidak tahu jika Mila hamil. Jadi, sekarang mereka rujuk lagi. Tetapi, mereka berdua ingin mendapatkan surat pernyatan sudah menikah.“Sekarang, sebaiknya kita ke rumahku. Kamu akan tinggal denganku, kan?”“Iya,” jawab Raka datar.Hanya Mila yang merasa senang dengan status barunya. Tetapi, tidak dengan Raka. Ada raut terpaksa dan juga seolah enggan untuk tersenyum.Mereka berdua kembali ke rumah Mila. Reaksi Raka benar-benar tidak seperti biasanya, tetapi wanita hamil itu berpikir kalau sang pria sedang kesal pada Bu Sinta. Jadi, di biarkan saja.Di tempat Lusi, para tetangga sudah pulang, termasuk Bu Murni pun sudah pulang ke rumahnya. Sekarang sisa Adiba, Maura dan Alia. Tetapi, ternyata ada Arya dan Devan di sana.Melihat itu, Lusi tak mau ambil pusing. Dia butuh isti
“Syukurlah kalau begitu. Oh iya, kamu tidak datang lagi ke restoran?” tanya Arya, tiba-tiba saja mengubah topik pembicaraan.Adiba langsung menautkan kedua alisnya. Tampaknya memang pria ini mulai terpancing dengan rencananya waktu itu.“Ah, iya. Aku sibuk dan ada masalah Lusi juga yang membuatku belum sempat ke sana. Mungkin lain kali aku akan ke sana,” ujar Adiba, tentu saja kalimat terakhir hanya asal bicara.Adiba akan tarik uluh perasaan Arya, sampai benar-benar terjatuh pada perasaannya sendiri.“Ya, aku mengerti. Nanti kalau mau ke restoran, hubungi saja aku. Akan aku berikan menu terbaik di sana. Itu gratis untukmu.”Adiba kaget mendengarnya. Tetapi, gadis itu berusaha terlihat antusias. Tentu saja demi rencananya agar berjalan lancar.“Terima kasih banyak. Aku hargai itu. Em, tapi aku tidak bisa lama-lama, masih ada pekerjaan yang harus aku tangani.”Adiba hendak pamit, secara tidak langsung mengusir pria itu. Tetapi, tampaknya Arya benar-benar menggunakan kesempatan ini deng
Dengan langkah pasti Adiba berjalan ke tempat itu. Ini pertama kalinya sang gadis memasuki tempat seperti ini. Dia dimintai memperlihatkan KTP oleh penjaga itu, yang tentu saja membuat Adiba heran.Kalau ada pemeriksaan KTP, kenapa Maura bisa lolos? Begitu pikir Adiba. Tetapi, tentu saja dia menyimpan tanya itu. Memilih untuk segera mencari dua orang tersebut.Saat masuk, Adiba disambut dengan gemerlap lampu disko. Suara musik beradu dengan nada yang mengentak-entakkan jantung. Ini bukan hal yang biasa bagi sang gadis. Apalagi harus mencari dua sosok di antara banyak kerumunan.Sampai akhirnya mata Adiba bisa melihat dua orang itu tengah duduk di depab bar panjang bersama seorang pria berpakaian serba hitam. Pria itu adalah penjaga yang dulu menangani Devan kala sang pria hampir membuat ulah.Namun, di mata Adiba pria itu tidak baik. Sebab pasti yang sedang menawarkan hal tidak baik pula pada Arya dan Maura.Mereka bertiga tampak serius berbicara. Bahkan sesekali Arya mengusap punggun
Arya kalah cepat, Adiba sudah masuk ke taksi dan malah membuat sang pria merasa frustrasi. Dia sampai mengerang.“Gimana ini? Kunci mobil Adiba ada padaku.”Dia mulai bingung. Sampai akhirnya memilih untuk mengantarkan mobil Adiba dulu baru dia akan mengambil mobilnya.Namun, sayangnya Adiba tidak pergi ke rumah Lusi, melainkan ke taman kota. Sebab dirinya punya perkiraan, jika Arya akan mengantarkan mobil ke rumah Lusi.Dia memilih untuk duduk diam seperti ini. Memikirkan apa yang harus dilakukan ke depannya. Mungkin sebagian orang bertanya, kenapa dirinya sebegitu peduli pada Lusi. Jawabannya karena amanah ibunya Adiba.Dulu mereka bertetangga dan berteman sejak kecil. Ayahnya Lusi begitu baik pada semua orang, termasuk pada keluarga Adiba. Sering membantu mereka dalam hal apa pun.Saat video perselingkuhan Raka viral, ibunya Adiba sudah menyuruh sang gadis untuk menyusul Lusi. Sebab keluarga Adiba tahu, jika Lusi tinggal sendiri tanpa keluarga.Sebelumnya, ibunya Adiba menyuruh san