Share

Anaya Dan Fattan

Penulis: Ans
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-18 21:14:29

"Dia baik-baik saja, hanya sebuah benturan. Tidak ada luka."

Terdengar suara di sekitarku yang perlahan semakin jelas ketika aku membuka mata. Aku masih duduk di dalam mobil. Beberapa orang coba menarikku keluar dari dalam mobil.

Mereka tegang tapi tidak panik. Tidak ada sakit yang kurasakan. Hanya sebuah denyutan di kepala dan kegelapan dalam. Perlahan kesadaranku kembali untuk mencoba mengingat apa yang terakhir kulihat.

Ternyata mobil yang kami naiki membentur sebuah pembatas jalan. Beruntung jalanan tidak terlalu padat sehingga kami masih selamat. Hanya sebuah benturan yang tidak berbahaya.

Seminggu berlalu, keadaan rumah kami semakin menyedihkan. Tidak ada lagi canda dan keceriaan. Sebuah panggilan telepon seolah memecah batu es yang semakin menjadi.

"Aku akan mengambil Anaya besok." Fattan terdengar datar.

"Ini belum waktunya untuk berlibur."

"Anaya akan tinggal bersamaku," ada sebuah ketegasan dalam suara Fattan.

"Apa? Kenapa Anaya harus bersamamu?"

"Ingat, Adina. Kau sudah be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nanda Ajach
ya itulah,,dendam boleh tp jgn berangsur,,dari awal sma aslan uda tetima aja,,toh anaya juga senang,,mla sok menutup dri,,itulah akibatnya,,biar gila sendiri hancur sendiri,,karna dia bodoh
goodnovel comment avatar
Anna
Adina setres ga jelas. Males bacanya
goodnovel comment avatar
Pepi Arastya
Kenapa Adina jd rapuh sich. Agak sebel sebenarnya, thor ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Bali

    "Selamat datang, Adina. Kamu masih ingat namaku setelah puluhan tahun." Senyum merekah di wajah cantik berusia tiga puluhan tahun itu.Dengan celana pendek dan tshirt putihnya, Nadine terlihat santai. Penampilan yang sama sekali tidak mempengaruhi kecantikannya.Wajah Eropa yang kental dengan mata coklat terang."Kesulitan selalu membawa kita pada orang-orang yang kita lupakan," ujarku kecut.Nadine segera mengambil tas troly yang aku pegang. Dia memelukku dan menangkup pipiku. Wajahnya masih sama seperti lima belas tahun lalu ketika kami baru mengenal satu sama lain.Saat itu, kami baru saja masuk menjadi siswa Sekolah Menengah Islam terfavorit di Jakarta. Wajah Belanda yang dimilikinya membuat Nadine terlihat menonjol di antara teman-teman yang lain. "Itulah kenapa kita tidak boleh melupakan masa lalu," ujar Nadine sambil tersenyum."Aku tidak pernah melupakanmu. Karena kita memilih jalan berbeda, maka semua membuat kita jauh.""Lupakan. Ayo, masuklah."Nadine menuju ke mobil bagia

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Nadine

    "Kembalilah ke Jakarta. Ambil semua yang menjadi milikmu.” Nadien mengatakan dengan tatapan mata tajam. Apakah dia sedang mencoba menyemangatiku atau dia sedang mencoba membunuhku. Ini keterlaluan. Bagaimana mungkin dia memberika saran seperti itu. Susah payah aku berusaha keluar dari kota Jakarta dan sekarang dia memintaku kembali dengan ucapan seringan kapas. Hmm… atau sebenarnya Nadine memang keberatan jika aku bersamanya. Kehidupan bebas yang Nadine miliki mungkin akan terasa terbatas dengan keberadaanku. Meski secara keseluruhan, aku mengenal Nadine sebagai orang yang tidak peduli dengan pandangan orang lain. Dia akan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Setelah menghabiskan seluruh the yangmenjadi bagianku, aku berdiri. Tidak ingin berdebat dengan Nadine. Sampai beberapa waktu, aku merasa tempat ini cukup aman untukku beristirahat dan melepaskan penat. Setidaknya sampai aku tahu apa yang menjadi tujuanku. “Apa kau punya kamar untukku?” “Kau akan tinggal di pavilyun yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Pria Aneh

    "Siapa kau?” tanyaku. “Kenapa melihatku seperti hantu? Apaka kau tidak pernah melihat manusia sebelumnya?” suara pria itu terdengar renyah dan ramah. “Bukan itu… maksudku… aku….” Aku tidak menggunakan hijab. Karena kupikir ini adalah tempat yang sepi. Nadine bilang ini bukan musim liburan sehingga pavilyun-pavilyun miliknya cenderung kosong. Suasana memang terasa sunyi. Karena itulah aku memutuskan mmbuka hijab yang membuatku merasa gerah di hari yang panas. Lalu tiba-tiba saja pria ini muncul di depanku seperti hantu. Ak bahkan tidan mendengar langkah atau gerakan sebelumnya. Pria dengan wajah khas Indonesia yang tampan. Rambutnya hitam pekat dan bulu mata lebat membingkai matanya dengan warna senada. Tampan khas Indonesia! Dalam kegalauanku, wajah tampan ini bahkan tidak bisa menarik perhatianku. Aku sedikit gugup karena berdiri berhadapan dengannya tanpa hijab. Atau mungkin dia juga tidak tahu bahwa sebenarnya aku berhijab. Tatapan pria itu lurus ke arahku dan matanya sedikit m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kesunyian Yang Sesungguhnya

    "Jika kau percaya mata adalah jendela jiwa, maka sehebat apa pun kau menyembunyikannya, kesedihan dan kesepian itu akan tetap terlihat di wajahmu.” Begitu saja, lalu Andre berjalan dan pergi. Dia masuk ke salah satu pavilyun yang tidak jauh dari pavilyun yang aku tempati. Mataku terpaku melihat Andre sampai dia menghilang di balik pintu kayu. Keadaan seketika kembali sepi. Hanya ada aku yang sedang berdiri sendiri. Kesedihan dan kesepian, dua kata yang tepat untuk menggambarkan keadaanku saat ini. Semua tentang diriku seolah hilang arti. Aku gagal dalam pernikahan tiga tahun lalu. Terlepas dari fakta bahwa Kalila yang menggoda Fattan, nyatanya dia berpaling dariku. El Khairi Company berada di tangan yang tepat, Tara dan Vivian. Lalu Anaya bahagia bersama Kalila, Fattan dan anak lelaki mereka. Tidak salah jika kemudian aku mempertanyakan apa peranku di bumi ini. Apakah aku telah kehilangan arti dari nyawaku sendiri? Ketika yang bisa kuberikan pada orang lain hanyalah bencana. Mataha

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Pria Baru

    "Ini adalah perjalanan pertamaku ke Indonesia. Aku bertemu dengan banyak orang yang ramah. Kau adalah orang pertama yang terlihat menjengkelkan.” Aku sesaat terpukau. Memang betul, aku tidak dalam keadaan baik-baik saja untuk ramah pada orang asing. Dengan ribuan beban di bahu dan hatiku, bagaimana aku bisa menjadi baik dengan satu atau dua sapaan. Seharusnya itu bukan berarti aku juga bisa menjengkelkan pada orang yang baru kutemui. Sekali lagi, harga diriku menarik sikapku lebih tinggi. Tidak mengijinkan aku untuk merendah dan meminta maaf. Alih-alih mengakui kesalahan sikap, aku lebih senang meneruskan kesombongan. “Sikap ramah yang kau lihat itu hanyalah bagian kecil dari Indonesia. Kami memang ramah, tapi kami tahu cara melindungi diri.” “Wait! Apa kau mau mengatakan bahwa aku terlihat berbahaya?” Tentu saja tidak. Pria ini tampan dan ramah. Di sini satu-satunya yang berbahaya adalah hatiku sendiri. Apakah ini saatnya untuk sedikit melunak tentang sebuah batasan. Ketika aku s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Sekali Lagi Mengakui

    "Secara resmi, aku tidak bisa membantumu,” Felix membuatku kecewa. “Tapi, sebagai teman aku bisa. Apakah kau tertarik untuk berteman denganku?” Berteman dengan seorang pria. Itu terdengar menakutkan. Kalau kutaik ke belakang, betapa banyak hal yang berubah dalam diriku. Sejak kelulusanku dari salah satu Universitas ternama di Madinah lebih dari sepuluh tahun lalu, aku hanya mengenal Fattan yang kemudian menjadi suamiku. Lalu saat badai perceraian memaksaku untuk terdampar di kehidupan yang berbeda, aku tertambat pada satu pria yaitu Aslan. Pria yang menjadi pedukung utama kebangkitanku. Tanpa kusadari bahwa Fattan juga menjadi pria yang telah mengajarkan aku banyak hal. Sekaligus menjadi orang yang menjembatani aku masuk ke dunia baru. Lalu dalam beberapa hari aku sudah berkenalan dengan dua pria asing. Seperti terlempar dari dalam kotak yang menyimpanku selama ini. Apakah ini salah? Aku hanya memikirkan tentang berdamai pada hatiku sendiri. “Tentu saja, kita bisa menjadi teman,”

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kebebasan Nadine

    "Maaf, Nadine. Aku tidak bermaksud….” “Pergilah!” usir Nadine kasar. Seketika aku menutup pintu dan berjalan cepat menuju ke pavilyun tempat tinggalku. Beberapa langkah aku mendengar suara pintu dibanting di belakangku. Nadine atau pria itu jelas kaget dan marah dengan kehadiranku. Telingaku memanas dan dadaku bergemuruh. Nyaris seperti berlari tanpa melihat lagi jalan yang aku lewati. Tiba-tiba aku menabrak seseorang. Beruntung orang itu secepat kilat menangkapku dengan tangan kokohnya sehingga kami tidak terjatuh. Aku semakin gemetar. Ini jelas tangan seorang pria. Tapi, dia tenang dan tidak berbahaya. Sesaat kumantapkan berdiriku dan berusaha menjauh perlahan. “Ssst! Kembalilah ke pavilyunmu dan beristirahat.” Suaranya perlahan tapi menenangkan. “Andre?” “Aku tidak tahu apa yang kau lakukan di luar sana. Tapi, ini adalah Bali, Adina. Kota di mana malam pun berisi banyak kesenangan. Jaga dirimu baik-baik.” “Aku… aku baik-baik saja di luar sana. Justru aku terkejut karena meli

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Wanita Yang Diinginkan Pria

    "Ketika aku mengatakan padamu bahwa kematian adalah tentang kematian dan bukan tentang orang lain yang menyebabkan, aku serius tentang itu, Adina.” Mata Nadine kosong menatap botol susu yang ada di hadapannya. Aku melihat ke arah yang sama. Sulit menebak apa yang sedang dia pikirkan. Tapi, mata itu jelas menggambarkan apa yang dia rasakan. Sebuah kesakitan dan penderitaan. Sangat bertolak belakang dengan apa yang selama ini dia teriakan tentang kebahagiaan dan kebebasan. Ada sebuah penjara di hati Nadine. Sesuatu yang berusaha dia tutupi dengan kepalsuan. Sekarang Nadine justru berbicara tentang kematian. Ini sangat membingungkan. Orang seperti Nadine seharusnya tidak pernah peduli dengan hal-hal seperti itu. Mereka hanya peduli dengan kehidupan dan bukan kehidupan setelah kematian. Nadine meneguk habis susu di depannya dan berdiri. Dia mengusap cepat butiran air di sudut matanya. “Di pavilyun ini tidak ada dapur. Hanya mesin pembuat kopi, microwave dan kulkas. Jika kau ingin memas

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28

Bab terbaru

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Memilih Bersamamu

    “Betul, Adina. Maaf karena aku terlambat memberitahumu tentang hal ini. Atau bahkan sebenarnya aku tidak perlu memberitahumu.” Manaf tertunduk lesu. Berita kematian Vivian seperti tenggelam di telan oleh kabar yang Manaf berikan. Semua ini terjadi secara tiba-tiba. Aku bahkan tidak mengerti bagaimana seharunya berekspresi dengan semua ini. Jika aku adalah anak angkat El Khairi, maka artinya aku dan Tara sama sekali bukan saudara. Tidak ada darah yang sama diantara kami. Keesokan harinya, Maaf meninggalkan Indonesia dan kembali ke Turki. Tara tinggal di mansion yang sama denganku. Hubungan kami menjadi sangat canggung dan aneh, terutama ketika kami hanya berdua saja. Di depan Anaya, Rayyan dan Jafar semua terlihat normal. Namun saat itu hanya tentang aku dan Tara, maka kami menjadi dua orang asing yang sedang belajar saling mengenal. “Nyonya, malam ini akan ada pesta di Deluxe Building. Tuan Tara meminta anda bersiap untuk ikut bersamanya.” Harry menyampaikan pesan Tara saat aku seda

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kematian Vivian

    “Adina, maafkan aku. Aku sudah melakukan yang terbaik, tapi ini semua di luar kendaliku.” Kata-kata Tara semakin membuatku khawatir. Aku yakin ada hal buruk yang terjadi. “Tara, katakan dengan jelas. Jangan menganggapku terlalu lemah untuk mendengar apa pun. Aku lebih kuat dari yang kau bayangkan. Aku ingin tahu semuanya. Katakan!” Aku tidak bisa lagi menahan amarah karena Tara terlalu lama diam dan berusaha menahan tiap detik untuk berbicara “Vivian tewas tertembak.” Sebuah bom meledak di kepalaku. Ponsel di tanganku meluncur ke bawah dan mendarat di atas lantai batu taman. Tentu saja panggilan telepon dari Tara terputus. Aku membeku tanpa ekspresi. Berita ini terlalu sulit untuk diterima dan diidentifikasikan dengan kata. Dari kejauhan Harry berlari dan mendekatiku. Setelah sambungan telepon kami terputus, Tara pasti langsung menghubungi Harry. Karena itulah Harry datang untuk memastikan keadaanku baik-baik saja. Harry tertegun elihat ponselku yang hancur di atas tanah. Dia berl

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Di Tempat Yang Seharusnya

    “Ke tempat dimana seharusnya anda berada, Nyonya.” Harry menyahut dari kursi penumpang depan tanpa menoleh ke arahku. Aku yang duduk bersama Anaya di kursi belakang memilih diam. Anaya tertidur nyenyak dengan kepala di pangkuanku sejak kami mulai meninggalkan cluster. Aku tidak pernah meragukan Tara atau Harry. Bahkan dengan menutup mata dan tanpa memberikan detail, aku akan mengikuti mereka dengan rasa percaya. Sebuah tempat yang Harry katakan itu akhirnya adalah sebuah mansion yang berada di perbatasan Jakarta-Bogor. Sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan bahkan dengan sebuah imajinasi tentang Adina El Khairi. Pintu gerbang mansion itu berada sekitar dua kilometer dari bangunan utama. Gerbang emas tinggi dengan penjagaan beberapa security berbadan tegap. Saat tiba di depan pintu gerbang, para penjaga mansion berlarian dan bergegas membuka pintu. Mobil yang kami naiki dan empat mobil lain di belakang kami masuk dengan lancar. Jalanan menuju ke bangunan utama adalah sebuah taman de

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Tidak Akan Pernah Kembali

    “Ya kita berangkat.” Aku mengangguk. Harry mengangkat tangan dan memberikan instruksi pada beberapa orang pria yang berbaju hitam di luar gerbang. Mereka masuk ke dalam rumahku dan mulai berbicara dengan para pelayan dan pengasuh. Ibu-ibu tetangga yang melihat pemandangan itu mendadak diam. Mereka tentu saja bingung karena ini adalah hal berbeda dari yang biasa mereka saksikan. Sebaliknya, Meylani justru mencibir. “Oh! Jadi memang kamu sudah berniat tidak tinggal lama ya di cluster ini. Pantas saja kamu tidak peduli dengan ketentraman cluster ini,” ujar Meylani sinis. “Iya! Bener tuh! Baguslah dia pergi. Jadi cluster kita kembali aman dan damai!” “Dia memang tidak pantas tinggal di sini.” “Itu pasti orang-orang suruhan suaminya. Dia mungkin istri kedua atau simpanan seorang pejabat.” Suara-suara terdengar di sekitar telingaku. Para wanita itu bergumam dengn opini mereka sendiri. Satu hal yang pasti, tidak ada opini baik yang kudengar di sana. Aku hanya diam dan membiarkan semuan

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Sejuta Pertanyaan

    “Kita akan menuju ke tempat seharusnya kita berada. Tempat ini bukan tempat seharusnya kita tinggal.” Aku menggeser berdiriku dan melihat keluar jendela. Tatapanu menyapa sekitar di mana sebelumnya kami berharap banyak pada kehidupan. Mbak Pia diam. Dia bingung dengan apa yang aku katakan. Pembantuku itu selalu percaya pad keputusan apa pun yang aku buat. Dia tidak bertanya lebih banyak. Setelah mengangguk tanda mengerti, dia beranjak ke dapur. Beberapa saat kemudian, rumah kami sedikit riuh karena pengasuh Jafar dan Rayyan mulai mengemas barang-barang pribadi dua bayi itu. Belum lagi sesekali tangisan muncul dri keduanya. Aku bahkan perlu sedikit beradaptasi mendengar suara-suara yang tidak biasa aku dengar. Sejak Anaya beranjak dewasa, di rumah kami segalanya menjadi tenang. Nyaris tidak pernah terjadi keributan dan tangisan seperti yang terjadi saat ini. Aku menenangkan diri di dalam kamr setelah Anaya pulang dari sekolah dan menyelesaikan makan siangnya. Sebuah ketukan memaksa

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Keputusan Baru

    “Banyak hal yang berjalan dan tidak bisa kita ubah.” Aku menegaskan pada Andre. Sejujurnya ini terasa seperti sedang membunuh harapan dalam diriku sendiri. Semua ini jauh lebih baik daripada terus tenggelam dalam mimpi. Harapan tentang hubungan mereka bagiku nyaris seperti hamparan pasir yang tidak ingin digenggamnya. Semakin erat aku merapatkan tangan, akan semakin banyak yang harus rela untuk kulepaskan. “Din, kita sudah jauh berjalan. Masa depan yang pernah aku bayangkan adalah bersamamu.” Andre menggenggam tanganku. Aku tersenyum dan menarik tanganku dari genggaman Andre. “Terima kasih sudah begitu percaya pada hubungan kita, Ndre. Keputusan ini aku ambil bukan murni karenamu. Ini juga tentang diriku sendiri.” “Apa maksudmu dengan tentang dirimu sendiri? Apakah kau memang tidak ingin bersamaku sejak awal? Lalu kenapa kita berdua harus membuang waktu jika kau memang tidak serius dengan semua ini sejak awal?” Andre memaksa agar arah angin berpihak padanya. Aku menggeleng ringan.

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Mari Menjauh

    “Apakah aku perlu memberikan alasan untuk bertemu denganmu?” tanyaku. Andre tertawa kecil di seberang sambungan. “Tentu saja tidak. Aku hanya terkejut kau ingin bertemu denganku setelah keributan kemarin. Aku pikir kau akan kesal atau marah padaku. Kau bahkan tidak mempersilahkan aku masuk. Kau juga tidak menghubungiku.” Aku diam. Marah dengan Andre? Tentu saja aku marah. Aku bahkan tidak ingin lagi berada di dalam kondisi di mana aku tidak punya kekuatan untuk mengendalikannya. Dua jam kemudian aku sudah duduk di sebuah café dan Andre ada di depanku. Aku lebih tenang meninggalkan rumah karena dua keponakan Mbak Pia sudah datang untuk membantunya mengasuh Jafar dan Rayyan. Seorang security sengaja ditempatkan di rumahku oleh Harry. Pria yang memakai baju security itu sebenarnya adalah salah satu bodyguard Tara dibawah kepemimpinan Harry. Kadang aku merasa takjub dengan hal-hal kecil yang seolah sudah disiapkan oleh Tara. Harry tidak mungkin mengambil keputusan tanpa perintah dari T

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kedatangan Rayyan

    “Tuan Tara memberikan alamat ini padaku. Tolong buka pintunya, Tuan Muda Rayyan perlu istirahat segera.” Aku yakin itu adalah orang suruhan Harry yang membawa Rayyan. Ternyata Tara berhasil mengeluarkan Rayyan dari Singapura. Aku bergegas membuka pintu. Saat pintu terbuka seukuran tubuh, aku mundur ke belakang dengan cepat karena pria itu menerobos masuk. Seorang bayi laki-laki tertidur pulas di pelukannya. Pria dengan rambut coklat gelap dan tubuh tegap itu berdiri dengan wajah tegang. Beberapa kali dia menoleh ke belakang seolah sedang cemas jika sesuatu mengikutinya. Aku keluar dari pintu gerbang, menoleh ke kanan dan ke kiri. Entah apa yang aku cari. Aku hanya memastikan semuanya aman. “Kau tidak membawa mobil?” tanyaku ketika masuk kembali ke dalam gerbang. Pria itu menggeleng. Lalu dia melihat ke arah pintu gerbang yang terbuka. “Tolong cepat tutup pintunya,” ujar pria itu. Aku mengangguk dan segera menutup pintu gerbang. Tidak lupa aku kembali memasang gembok pengaman. Wa

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Fattan dan Kebohongannya

    “Kembali padamu? Apa kau serius dengan kata-katamu?” tanyaku menyelidik. Segumpal harapan seolah berhasil Fattan dapatkan. Dia terdengar antusias ketika menjawab pertanyaanku. “Tentu saja, aku serius. Aku sangat serius. Aku memang bukan pria yang baik untukmu, tapi aku akan berusaha memperbaiki semuanya.” Jantungku ingin meledak karena tawa yang tertahan di dalam sana. Hari ini benar-benar luar biasa. Begitu banyak kejutan dan kecemasan yang datang bersamaan. Bersama dengan senyum, butiran air mata berjatuhan di pipiku. “Kau bodoh, Fattan!” Aku mengucapkan dengan nada ketus yang pasti menusuk telinga siapa pun yang mendengarnya. “Kau pikir aku selugu dulu ketika masih menjadi istrimu?” “Apa maksudmu, Din? Buka pintunya. Biarkan aku masuk dan mari kita bicara.” Fattan memohon. “Tidak! Jika kau bilang kau bukanlah pria baik, lalu untuk apa aku harus memberikan lagi hidup, waktu dan hatiku untuk pria yang tidak baik? Lalu kau berjanji untuk memperbaiki diri. Kalau kau tidak berhasil

DMCA.com Protection Status