Share

Sepasang suami-isteri itu...

Aldi Sebastian, salah satu fotografer dari salah sebuah majalah yang terkenal. Meski begitu di usianya yang telah menginjak 33 tahun ini, dia masih belum menikah.

Orang tuanya mencoba melakukan banyak cara, mengatur kencan buta untuknya dan bahkan membawa banyak gadis dari kalangan konglomerat, namun sayangnya Aldi sama sekali tak tertarik.

Padahal mereka semua adalah wanita cantik dan bahkan berpendidikan tinggi serta pengalaman kerja yang profesional. Seharusnya, Aldi memilih salah satu dari mereka sebagai pasangannya. Sayangnya, harapan itu, seketika sirna, Aldi bahkan tak tertarik untuk berkenalan sekalipun.

Beberapa orang menduga-duga bahwa dia tak menyukai wanita, namun melihat dirinya yang dekat dengan wanita berhijab, perhatian orang-orang kini menyorot padanya.

Bahkan beberapa kaum hawa terlihat iri melihat Aldi memperlakukannya dengan luar biasa baik dan lemah lembut.

Lirikan itu membuat ketidaknyamanan bagi Anna. Terlebih lagi, setiap hari pria itu mengantarkannya sampai di tempat kerjanya.

"Sepertinya akan gosip ini sudah beredar luas, Anna dan pak Aldi si fotografer dari luar negeri itu menjadi sangat dekat sekarang."

"Apa?" Desas-desus di depan gerbang sekolah modern, tempat Anna bekerja di hebohkan dengan berita yang terdengar simpang siur.

Hubungan dekat antara keduanya, membuat kehebohan yang luar biasa pada kaum hawa, beberapa berniat membully-nya, namun suara orang terbatuk menghentikan obrolan mereka.

"Pak Al-di?"

Sungguh mereka kaget setengah mati, salah satu dari mereka menoleh dan orang yang mereka maksud sudah berdiri tegak di belakang mereka sambil berkacak pinggang. "Sudah selesai bicaranya?"

Salah satu mereka yang berani bicara dengan terbata, memaksakan diri untuk bertanya. "Ada apa ya pak? Kenapa anda datang kemari?"

"Berhentilah membuat gosip di belakang orang, jika ingin tahu lebih jelas, lebih baik tanyakan langsung ke orangnya."

Di ruang guru-guru…

"Tapi aku serius loh, pak Aldi itu katanya lagi bikin bisnis di luar kota, kamu dekat dengannya, jadi kamu pasti itu kan, Anna?"

Ketika mereka membicarakan si fotografer itu, Anna tampak cuek. Namun, dia langsung tersedak saat mendengar mereka bertanya kedekatan mereka. "Dia hanya teman lamaku, tapi aku tidak tahu apa-apa, kenapa memangnya?"

"Apa?" Rekannya yang lain terlihat kaget. "Kamu serius..."

"Kamu benar nggak tahu apa-apa? Padahal yang paling dekat dengan mereka itu cuma kamu loh!"

Anna terdiam kecemasan sambil menggigit bibir bawahnya, kepalanya sedikit berdenyut, beberapa hal yang terjadi belakangan ini membuatnya tak mau menambah beban lagi.

Beruntungnya saat itu Alarm di ponsel berbunyi, ini kesempatan untuknya menghindar dari sana. "Maaf semuanya, tapi aku harus pergi, jam mengajarku sudah masuk."

Tak peduli dengan tatapan yang menyelidik dari semua rekannya, yang jelas ia terbebas dari banyak pertanyaan.

Jika di pikir-pikir Aldi memang tampan, siapa yang tak mendambakan seseorang sepertinya, tapi Anna merasa tak layak untuk pria yang masih single sepertinya, sedangkan statusnya kini seorang janda.

Di tangga darurat, langkah Anna terhenti ketika melihat objek yang membuat matanya tak berkedip. Dua orang yang sedang berjalan bergandengan tangan itu terlihat tak asing, "Bukankah itu Hanif?"

Saat itu orang yang kebetulan berada di belakang Anna, tak sengaja menabrak punggungnya. "Hei, kenapa kamu berhenti tiba-tiba?"

Anna membisu, sedangkan rekannya itu baru sadar kalau Anna tengah melihat sepasang suami-isteri yang berjalan dengan mesra menjemput anaknya.

"Eh, itu artis iklan yang belakangan ini populer kan? Dia naik daun sejak penjualan hasil iklannya meningkat."

Artis Iklan?

Hanif mantan suaminya mengandeng seorang artis!

Jadi itukah sebabnya dia menceraikan Anna?

"Kabarnya dia hamil lagi loh. Akhirnya dia bawa suaminya juga, padahal selama ini Miss Ayunda tidak pernah bersedia menunjukkan suaminya di depan umum. Sepertinya, setelah ini para wartawan akan berdatangan. Aku penasaran sama wajah suaminya."

Anna masih terfokus pada pasangan itu, dan keningnya mengernyit. 'Kenapa mereka menemui Viko?'

Rasanya tak mungkin Anna mendatangi mereka, menurutnya itu sama saja dia menyerang orang. Tapi dia penasaran, seorang anak muridnya kini berdiri di antara Waka Kesiswaan dan Kepseknya juga. 'Apa yang sedang mereka bicarakan?'

"Hei, Anna. Kamu tak masuk?"

Rekan yang menabraknya tadi kembali menegurnya.

"Kamu duluan saja, aku masih ada urusan sedikit." sahut Anna berusaha tenang.

"Ya sudah, aku duluan ya. Takut nanti kena tegur lagi sama pak kepsek. Bye!"

Anna berusaha santai meski dadanya bergemuruh, suasana kembali heboh saat beberapa jurnalis dan wartawan tiba hingga memenuhi ruangan itu. Jika mereka meliput kabar ini sampai menjadi topik utama, jurnalis dan wartawan itu akan mendapat banyak keuntungan, bahkan nama Ayunda menjadi semakin populer.

Haruskah Anna mendatangi dan melabraknya? Tapi untuk apa?

Kerumunan itu perlahan berkurang karena pasangan tadi membuat mereka terseret keluar ruangan. Anna menebak, mereka pasti telah mewawancarai mereka dengan berbagai pertanyaan.

Di saat yang sama, Anna tiba-tiba tersenyum miring. "Begitukah selera seorang seleb? Kukira mereka akan memiliki selera yang setinggi langit. Ternyata, malah suami bekas orang."

Ini sungguh gila!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status