Share

Dimana aku?

Author: Chiavieth
last update Last Updated: 2024-07-14 07:47:58

Anna terbangun dan mendapati dirinya terbaring di tempat tidur dengan selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya. Pandangannya melihat ke sekitar, namun ternyata dia hanya sendirian di ruangan ini.

"Dimana aku?" Ia mencoba bangkit, namun rasa pusing yang menjadi, membuatnya menyentuh kepalanya, dan saat itu dia baru sadar bahwa kepalanya kini di lapisi dengan kain kompres.

"Siapa yang mengompresku?" Penasaran dengan itu, dia memijit pelipisnya dan berharap sakitnya akan berkurang.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Anna mencoba mengingat sesuatu, "Aku tidak mungkin pingsan di jalan kan?"

"Anna, kamu sudah bangun?"

Astaga! suaranya pasti terlalu keras, sampai orang lain terganggu.

Langkah kaki terdengar, Anna penasaran segera memastikan ... "Aldi?"

Anna ingat, sebelumnya dia dan Aldi jalan bersama, lalu sekarang dia di sini, 'Jangan-jangan yang membawaku kemari itu Aldi? Betulkah dia mengendongku kemari?'

Diamnya Anna membuat sosok Aldi mendekatinya di tepi ranjang. Rasanya sungguh sungkan, Anna memaksakan diri bangkit dan duduk bersandar dengan alas bantal.

"Sini aku bantu mengganti kompresmu." pria itu langsung menyentuh keningnya, "Kamu demam tinggi, kepalamu masih pusing?"

Anna menggeleng pelan, Aldi menjentikkan jarinya di kening wanita itu.

*Kamu bahkan tak memberitahuku kalau kamu sakit, sekarang keadaannya sudah begini, kamu sengaja membuat dirimu kesakitan?" Caranya bicara terdengar marah, tapi tetap saja Anna merasa canggung.

"Makasih, sudah bersedia membantuku. Tapi, sebaiknya kita jangan terlalu dekat, karena orang-orang akan salah paham dengan kedekatan kita."

"Kenapa memangnya? Lagipula sebentar lagi kamu jadi istriku."

"Kamu? Aku bahkan belum menyetujui nya... " Anna membesarkan matanya melihat Aldi. Namun pria itu menatap wajahnya lekat, hingga menembus dua bola matanya.

Deg!

"Anna, aku serius, jadilah istriku."

Pengakuan itu membuat nadinya berdetak begitu cepat, buru-buru ia mengalihkan pandangannya kearah lain.

Aldi jelas tahu kegugupan Anna sekarang, hingga keduanya terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Anna, kamu masih belum menjawabku." Pria berwajah blasteran itu kembali menanyainya seolah sedang menuntut.

"I-itu, aku belum bisa menjawab ini, berikan aku waktu untuk berpikir, bisakah?" Sorot matanya memohon, berharap Aldi menyetujuinya.

"Baiklah, setelah ini aku antar kamu pulang. Lagipula bukankah tidak baik jika berduaan di satu ruangan dengan yang bukan mahram?"

Anna sontak melihat ekspresi Aldi saat berbicara, sepertinya pria itu baru saja tersinggung.

Bahkan dia pergi lebih dulu tanpa menunggu Anna yang masih sedikit pusing. Ketika di depan mobil pun, biasanya Aldi akan membukakan pintu untuknya, namun kali ini tidak. Ia sudah lebih dulu berada di dalam mobil.

Ini membuat Anna semakin bersalah, tapi sudah sewajarnya Aldi bersikap begitu, sesuai yang di katakannya tadi, mereka bukan mahram. Meski lisannya berbicara begitu, tetap saja Anna merasa hatinya sakit.

Suasana hening terus terjadi hingga Aldi menyalakan ponselnya yang berdering. "Ya ada apa?"

Aldi melihat ke arah langit dan kembali berbicara. "Mungkin besok pagi."

"Baiklah, besok aku telpon lagi."

Setelah Aldi mematikan panggilannya, rasa penasaran membuat Anna bertanya. "Telepon dari siapa?"

"Teman."

Jawabannya singkat sekali, Anna sedikit merunggut. "Apa aku kenal dengannya?"

"Tidak, lagipula ini bukan urusanmu."

Aldi mulai berkata dingin, sefatal itukah kesalahan Anna ketika privasinya di tanyai?

Helaan nafas Anna terdengar, pria ini membuatnya berpikir berat. "Aldi, ada apa ini? Sebenarnya aku punya salah apa? Kenapa dalam sekejap sikapmu jauh berubah?"

Seketika Aldi menghentikan mobilnya, dan melihat wajah Anna dengan ekspresi datar. "Apa maksudmu berubah? Oh ya, aku lupa memberitahu tentang ini, tapi besok pagi aku harus berangkat ke Moscow."

"Secepat itukah? Kenapa tiba-tiba? Kamu bahkan tak memberitahuku tentang ini."

Sedan hitam terdengar berhenti di sekitar mereka, Anna baru sadar bahwa kini mereka sudah di depan pagar apartemen Aldi yang di pakai untuk tempat tinggalnya. Pandangannya terfokus melihat seseorang yang keluar dari sana. Wanita paruh baya berpenampilan menor itu tengah melirik ke sekitarnya. "Bukannya itu ibunya Hanif, buat apa dia kemari?

Anna merasa gelisah, "Kenapa dia bisa tahu alamat ini?" Sungguh, kini Anna mencemaskan kedatangan mereka. Terlebih jika tujuan mereka datang kemari hanya untuk membuat onar, rasanya malu sekali di dengar orang-orang hingga dia menjadi sorotan di antara apartemen yang berjejer di sekitar sana.

"Inikah tempat tinggal Anna yang baru? Beruntung sekali dia, pasti dia sengaja menjal*ng setelah bercerai dari Hanif, jika tidak kenapa dia bisa tinggal di tempat semewah ini." Wanita itu berbicara sambil berkacak pinggang.

Suaranya terdengar samar, Anna tak begitu jelas mendengarnya.

Di belakang wanita itu muncul, pria yang tak asing sambil mengandeng tangan pasangan. "Untuk apa mereka kemari?"

Anna tak punya pilihan lain, ia harus keluar dari sana dan menyambut tamunya. Meski belum siap memperlihatkan batang hidungnya di depan mereka, tapi Anna tak mungkin menghindari mereka. "Semua masalah sudah selesai, apa lagi yang akan mereka bicarakan." Anna kelihatan gusar.

"Anna! Anna! Keluar kamu, jangan sombong dan segeralah keluar..."

"Maaf Bu, sebaiknya jangan bikin keributan di sini, nggak enak di lihat orang." Wanita itu bahkan tak sadar kalau Anna tengah berdiri tak jauh darinya.

"Oh, jadi kamu sudah berani menentangku? Umur perceraian kalian masih hitungan hari, atau kamu ingin perhitungan denganku?" Tanpa malu wanita paruh baya itu berteriak keras mengundang perhatian tetangganya.

"Ibu, pelankan suaranya sedikit." Hanif yang kebetulan di sana mencoba mencegah ibunya.

Emosinya mulai stabil, namun kini pandangannya kini beralih pada apartemen yang di tinggali Anna.

"Kurasa ibuku benar, aku nggak nyangka ternyata kelakuanmu bahkan lebih kacau dari yang kami bayangkan. Percuma kamu berhijab jika perbuatanmu begitu. Cepat katakan, siapa pria itu?"

Hanif dengan mudah melontarkan kata-kata kasar itu pada Anna. Dan itu itu membuat telinga Anna memanas, dia tidak ingin menahannya lagi, emosinya memuncak, ia menatap mantan suaminya dengan muka bengis.

     

"Apa maksudnya kacau? Kamu kira aku seperti apa? apa yang telah aku lakukan?" Melihat emosinya yang meledak, mereka tetap santai. "Kenapa diam? Kurasa kalian malah lebih parah dari bin4atang yang melakukan zin4 di luar nikah."

Anna mengambil nafasnya sejenak, berharap respon mereka.

Bukannya menjawab, mereka malah tertawa terbahak-bahak. "Jadi kamu kira aku dan Hanif berzin4? Apa kamu sedang membuat lelucon? Aku dan Hanif sudah menikah sebelum dia menikahimu."

"Apa?" Anna tercengang, lalu menatap Hanif berharap penjelasan.

"Anna, a-aku bisa jelaskan ini..."

"Jadi selama ini aku cuma..." Wanita yang sedang hamil besar itu bernama Ayunda, ia mendatangi Anna dan tersenyum miring.

"Benar, kamu orang ketiga yang hadir di antara kami."

Related chapters

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Haruskah aku membantunya?

    Aldi ternyata masih disana dan memperhatikan mereka. Dia melihat keadaannya kini semakin rumit. 'Haruskah aku membantunya?'Namun wanita paruh baya itu terlihat ingin menyerobot menyerang Anna, Aldi tak tahan lagi, ia takkan tinggal diam dan segera keluar dari mobil menemui mereka. "Berhenti membuat keributan disini!"Suara itu menggema, membuat keheningan suasana. "Siapa kamu? Berani sekali ikut campur dengan urusan kami."Tak ada sahutan, dia malah mendekati Anna yang masih membeku di sana. "Kenapa masih berdiri disini, ayo masuk!""Dugaanku benar kan? Kamu itu wanita jal4ng Anna." ucapan mantan mertuanya begitu menusuk, Anna yang sebelumnya tak ingin menanggapinya lagi, terpaksa menoleh menatap mereka dengan remeh.“Aku tak peduli apa yang kalian katakan, karena aku tidak pernah seperti itu. Asal kalian tahu fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, dan ucapan kalian itu akan menjadi karma di masa depan."Cara bicara Anna terdengar keren, namun itu belum mengubah segalanya, pada det

    Last Updated : 2024-07-14
  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Tenang saja

    Setelah mengetik balasan pesan, Anna beranjak dari sana dan mencuci wajahnya dengan niat berwudhu dan melakukan shalat magrib.Baru saja menyelesaikan rakaat terakhir, tiba-tiba pintunya di ketuk. Ini membuat Anna terburu-buru melepas mukenanya dan membuka pintu. "Dessy!"Rekan kerjanya datang dengan tas belanja berukuran besar. Anna berniat membantunya, namun temannya yang bernama Dessy itu malah bertanya."Kamu sudah lakukan apa yang kukatakan tadi?""Apa?" Anna ternganga, ingatannya berpacu pada pesan yang di kirim Dessy sebelumnya. "Itu... Maaf tadi aku lupa." Anna menyahut gugup, membuat Dessy mendecakkan lidahnya kesal. "Kamu ini bagaimana sih..." Dessy menghentikan aktivitasnya yang sedang membongkar kantong belanja."Kamu tenang saja, aku akan melakukannya sekarang...""Tidak perlu!" Ucapan Dessy membuat gerakan Anna berhenti."Kamu bahkan tak pernah mengisi kulkas, bagaimana caramu memasak?" Anna hanya menyengir, sejujurnya ia berniat ke warung sebelah rumah untuk membeli be

    Last Updated : 2024-07-30
  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Ternyata bukan itu

    "Fuih… syukurlah ternyata bukan itu." Anna mengusap dada, perasaannya menjadi lebih lega setelah memeriksa kondisinya di kamar mandi. Anna berpikir, 'Jika bukan itu, artinya..." Ia tak perlu susah lagi, lagipula dia Randy sudah membelikannya obat di apotik. Ia memeriksa isi plastik tadi, dan... "Hah? I-ini kan?" Mata Anna melebar ketika melihat kantong plastik putih kecil di dalamnya. "Mas Randy membelikanku ini?Jangan-jangan dia mengira aku sedang…" Sungguh, wajahnya memerah, betapa malunya Anna saat ini. Bagaimana mereka bertemu setelah ini?Keluar dari kamar kecil, Anna kembali pada aktifitas mengajarnya seperti biasa, pekerjaan ini agak merepotkan, tapi murid-muridnya itu membuat dirinya terhibur. Sampai jam istirahat tiba, akhirnya sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. (Tak apa, lagipula aku tahu kamu sibuk.)Jawaban yang terkesan cuek, tapi setidaknya Aldi sudah menjawab pesannya. Tapi aku harus balas apa?Ia mengetik beberapa kata, lalu menghapusnya, dan mengulang hal sama h

    Last Updated : 2024-07-30
  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Aku akan resign

    "Aku akan resign dari pekerjaanku."Dengan segenap keberanian, Anna memutuskan suatu yang sangat mustahil dia lakukan. "Anna, kamu serius?"Beberapa temannya melongo tak percaya. Hal ini menjadi pertanyaan di benak mereka masing-masing. "Tapi Anna, bukankah kita disini baik-baik saja? Kenapa kamu mesti mengundurkan diri?""Apa maksudmu, Anna?" Dari bicaranya terdengar jelas kalau ia tak terima dengan keputusan Anna tadi."Anak-anak lebih suka menjadi muridmu, ketimbang kami yang agak galak.""Hei, kalian bukan galak lagi, tapi ganas seperti serigala." Seisi ruang tertawa lepas tanpa beban.Di sela-sela ketegangan itu, rekan kerja Anna selalu bisa membuat lelucon agar mereka tertawa. Itulah yang membuat Anna selalu betah di sana. Meskipun kadang ada sedikit konflik, tapi sampai saat ini Anna cukup melewatinya dengan baik. Anna mendatangi satu persatu dari mereka. "Maaf semuanya, tapi keputusanku sudah bulat. Aku berencana menyusul temanku di Swiss." Anna mencoba terus tersenyum saat m

    Last Updated : 2024-07-30
  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Nanti saja

    Ruangan dokter..."Ini semua biaya rumah sakit dan bersalin saja dokter?" Hanif mengernyitkan dahinya tak percaya, saat membaca secarik kertas yang ia terima. Sosok berjas putih itu mengangguk, "Benar, semuanya sudah tercantum di sana." Sekali lagi Hanif membaca, meyakinkan matanya melihat sederet angka yang membuatnya menelan ludah. Jika dulu ia sanggup mengeluarkan uang sebanyak apapun, tapi sekarang ada kendala yang tak mungkin di jabarkan di sana. "Maaf dokter, apa ini tak bisa di korting lagi?" Hanif mencoba bernegosiasiYang di tanyai mengeleng, "Jika ingin murah seharusnya anda mengambil ruang rawat kelas ekonomi, bukan ruangan VIP. Anda pasti paham kan?" Hanif tak berkomentar lagi, kepalanya kini sudah berdenyut. Sebetulnya dia masih punya sedikit tabungan, dua mobil mewah dan satu perumahan serta vila mewah peninggalan kakeknya. Haruskah Hanif menggadaikannya satu demi melunasi biaya rumah sakit?"Pak Hanif, ada kendala lain?"Di tanyai begitu, seharusnya dia mengangguk,

    Last Updated : 2024-07-30
  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 11 Permisi

    "Permisi..." Hanif menarik nafas panjang, "Itu pasti pelanggan..." Buru-buru Hanif keluar dan kembali ke toko menemui tamunya. "Maaf Bu Dadang, kebetulan tadi saya sedang mengurus sesuatu di belakang, jadi...""Pesanannya sudah jadi kan pak?" Hanif baru ingat, wanita berpakaian dinas kuning itu adalah salah satu tetangganya yang memesan, Hanif tergagap, namun dia segera mengatasi iniBuru-buru dia memeriksa daftar pemesan, tanpa memperhatikan wajah pelanggannya, rasa cemas menghampirinya karena dia sudah tahu resiko di datangi pelanggan yang komplen jika hasil kerjanya mengecewakan."Buruan mas, acaranya mulai pukul 09.00 nanti, saya sudah repot datang dan menjemput kemari loh, lagipula 20 bungkus itu tidak terlalu banyak."Hanif menghembus kasar nafas, 20 bungkus kan? Ini cukup, dan dia segera menyelesaikan ini dan memberikannya pada pelanggan. "Ini ya Bu Dadang."Wanita itu sudah standby di motornya, Hanif meletakkannya di jok depan motor. "Nanti uangnya di transfer ya pak."Sampai

    Last Updated : 2024-08-01
  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 12 Rahasia apa yang dia sembunyikan?

    Leon tiba-tiba rewel, buru-buru Hanif membuatkan susu dan menghidupkan video anak-anak di gawai miliknya agar Leon berhenti menangis. Namun, usahanya itu malah gagal, Hanif mencoba mendiamkannya dengan segala cara, hasilnya tetap sama. Untungnya Ayunda belum jauh dari rumah.Pikiran Hanif jauh lebih kacau, dan itu malah memicu emosinya, hingga akhirnya mengeluarkan semua kekesalannya dengan emosi. "Ayunda, kamu masih ingat dengan anakmu kan?kamu tak dengar dia menangis? Bagaimana pun dia juga butuh kasih sayang seorang ibu.""Suruh saja ibumu kemari, bilang padanya untuk bawa anak-anak sekalian dan tinggal di sini."Dasar kepala, dia tak peduli betapa sulitnya Hanif bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, semua ini demi memenuhi kebutuhan mereka juga.Sayangnya, Hanif selalu menyimpan itu dalam hati, ia tak ingin mengumbar semuanya dan dikatakan tidak ikhlas menafkahi keluarganya.Ayunda bukan tidak mendengar perkataan suaminya, tapi ia malah menggerutu, bahkan setelah keluar dari r

    Last Updated : 2024-08-01
  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 13 Aku ini pria normal

    "Ayunda ...," Hanif memanggil istrinya dengan lembut. Pasalnya, sejak Ayunda pulang dia masuk kamar dan tak keluar hingga malam tiba. Hanif menyusulnya ke ranj4ng yang di tempati sang istri setelah putra mereka tertidur. Ia melihat punggung Ayunda yang membelakang, mendapati lek√kan tubuh yang tebalut piyama katun, begitu menggelora h4sratnya untuk melak√kan ses√atu. Sebagai pri4 normal, dia jelas menginginkan h4l yang sudah sepantasnya mereka lakukan, tangannya bergerak menyentuh pundak Ayunda, perlahan turun mencapai pingg√l. Hanif memindahkan tangannya menjelajahi bagian depan, kali ini ia berinisiatif menyentuh b3lah4n d4d4, dan mer3m4snya Namun, Ayunda malah terbangun dan segera menepis sentuhan itu, lalu menaikkan selimut tanpa peduli dengan keinginan sang suami."Sayang, kita sudah lama...""Aku lelah dan mau istirahat, besok aku masih ada urusan di suatu tempat." Kejam sekali, padahal h4sr4tnya sudah sampai ke ubun-ubun, namun Hanif memilih mengabaikan kekecewaannya, dan

    Last Updated : 2024-08-01

Latest chapter

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 44 Ending

    Aldi terdiam melihat tatapan Anna yang tajam seakan siap menusuknya kapan saja, dia sepertinya sedang dijebak. Namun dia berusaha menjelaskan ini. "Anna, aku..." Aldi mencoba berbicara, tenggorokannya seolah tercekat."Jangan bohong lagi!" Anna tersentak. "Kamu dan wanita itu sudah bermal4m bersama di hotel, bukan?"Wajah Aldi pucat pasi. "Ti-tidak, darimana kamu tahu itu?"Anna tersenyum sinis. "Lihat, kamu sendiri gugup kan? Aku jelas tahu semuanya dari seseorang. Awalnya aku tak percaya saat orang itu menceritakan semuanya, tapi aku tidak sangka kamu akan..." Sebagai istri dia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. "Anna, aku benar-benar tidak tahu akan hal ini, aku dijebak, ada orang yang ingin memfitnahku Anna... aku hanya... ""Hanya apa?" tanya Anna, suaranya dingin. "Kamu sudah melakukannya dengan wanita itu bukan?" Aldi tak bisa menyangkalnya lagi, lagipula dia sudah seperti ini, dia bahkan tidak tahu cara membangun kepercayaan Anna lagi pada dirinya. "Maafkan aku

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 43

    "Shit!" Aldi mengumpat begitu ia terbangun, kepalanya berdenyut pusing. Ketika sudah kembali sadar, pria itu melihat seorang wanita di yang masih terbaring di sebelahnya. Punggung polos yang mengg0da itu terlihat hingga dia terus mengucek matanya agar pandangannya menajam. "Tidak, rambut Anna bukan warna coklat, ini bukan Anna." Mendengar helaan nafas, wanita itu berbalik dan Aldi langsung terkejut. "H-Halen? J-jadi, semalam aku melakukan itu bersamanya..."'Tidak! Tidak mungkin!' Aldi menggeleng cepat sambil beringsut mundur sambil memperbaiki pakaiannya, ia menatap Halen dengan wajah pucat. "Ada apa?" Wanita itu bangkit sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut."Aku tak tahu apa yang kamu pikirkan, tapi apa kamu sengaja memberiku obat agar bisa tidur denganku?" Mendapat tuduhan itu, raut muka Halen berubah. "Apa? Kenapa kamu membalikkan fakta ini padaku? Harusnya kamu sadar diri dengan ulah tubuhmu!" sahutnya dengan nada ketus.Aldi memijat pelipisnya beberapa kali, 'Ya tuh

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 42 Kenapa tidur disini?

    "Aldi, Aldi ... kenapa kamu tidur disini?" teriakan itu membuat Aldi kaget dan langsung terbangun. Pria itu mengucek matanya beberapa kali. "Ternyata tadi aku cuma mimpi." "Kamu benar Aldi kan?" Wanita itu mengulangi pertanyaannya, pandangannya terarah lurus pada wajah sosok pria di hadapannya."Ya, bagaimana kamu tahu namaku..." "Halen, mungkin kamu tidak ingat. Di masa lalu kamu menolongku dari bully an para kakak senior waktu sekolah menengah..." "Ya, aku ingat. Itu sudah lama sekali." "Syukurlah, kukira kamu tidak mengenalku sama sekali. Tapi, ngomong-ngomong, kamu kenapa?" Sebisa mungkin dia menahan gugupnya, sambil mencoba mencari alasan. "Ah, aku hanya sedikit pusing saja. Bukan masalah besar..." "Yakin nggak apa-apa? Di sana ada apotik, nanti singgah saja ke sana dan belilah obat sebelum pulang."Hanya tawa yang lepas sebagai jawaban, Aldi terlihat santai seakan sedang tidak menyimpan beban. "

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 41 Kecewanya Aldi

    "Permisi, bisakah saya melihat tas yang di etalase itu? Saya akan membelikannya untuk istri saya." Aldi menunjuk sebuah tas merk branded edisi terbatas di sebuah toko dalam mall pusat kota."Oh itu, baiklah. Tunggu sebentar, saya akan ambilkan." sahut pemilik toko berjilbab yang bergerak cepat meraih barang yang di tunjuk Aldi. "Ini pak, harganya ada pada label."Aldi memperhatikan label harga yang terpasang pada merk bagian depan, sungguh itu barang mewah dan mahal. " tersenyum memandangi barang. "Baiklah, tolong bungkuskan."Dengan cepat pelayan itu bergerak saja. "Terima kasih."Pelayan itu tersenyum pada pelanggannya dengan sopan. Raffaele berjalan keluar dari tempat itu dengan bangga, dia langsung melajukan mobilnya untuk kembali pulang. Namun, di jalan matanya tak sengaja melihat seorang wanita mengobrol dengan pria yang tak asing. "Bukankah itu..."***"Ohhh." Anna membulatkan mulutnya saat mereka mengobrol dan mulai tak canggung lagi dengan situasi. "Hanya itukah?" tanyanya m

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 40 ikutlah denganku

    "Aku sudah mentransfernya." Randy langsung memutus panggilannya, kemudian menyeringai memasang tampang penuh misteri. "Bukankah sudah kubilang, semuanya bisa kulakukan tanpa mengotori tanganku." Kemudian dia berdiri, dan keluar dari tempat kerjanya setelah melirik jam dinding sekilas.Pria itu merubah rautnya yang menakutkan tadi, ketika bertemu dengan pegawai kantor saat melihatnya keluar melewati kumpulan orang-orang itu. Tampak jelas, pria itu bermuka dua dan raut kepura-puraan itu di tujukan di depan istrinya."Ketua, ponsel anda kembali berbunyi." Seorang staf memberikan ponsel smartphone yang tadinya di biarkan tergeletak di meja kerjanya.Randy menghentikan langkahnya, kemudian menerima ponsel dan menjawab panggilan tersebut. "Halo…""Randy, bisa tolong datang ke kantor polisi sekarang, aku baru saja di interogasi di sini.""Maaf, aku sedang dalam suasana hati yang buruk sekarang, kuharap kamu tidak sedang membuat ma

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 39 aku harus menghubunginya

    "Mama ...."Ayunda yang baru saja membuka pintu masuk rumahnya, langsung berlari saat mendengar suara putranya menjerit. “Arlis, sayang, kamu kenapa nak? Kamu sakit?" sebagai ibu, Ayunda jelas langsung berlari mendatangi putranya dengan raut cemas. "Perutku terasa sangat sakit..." Meski bicaranya belum jelas, tapi pemuda kecil itu meringis sambil memegang perutnya."Kamu sudah makan? Atau jangan-jangan karena ingin pup'?" Pemuda kecil bernama Arlis itu mengeleng. Ayunda melihat sepasang mata milik pangeran kecilnya memerah karena menahan sakit. "Kalau begitu kita coba minum antibiotik, kamu tunggu disini sebentar, mama akan ambil kotak P3K." Ketika Ayunda ingin bergerak pergi, tapi saat ingin pergi, langkah Ayunda dicegat oleh Randy.“Kenapa kau menghalangiku? Kau tak lihat putraku kesakitan?” Ayunda berkat dengan ketus saat dirinya tak dibiarkan mengetahui masalah putranya sendiri. "Diamlah!" potong Randy. "Anakmu baik-baik saja."'Benarkah keadaannya baik? lalu kenapa dia menan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 38 Firasatku tidak enak

    Beberapa orang satpam menarik Selena dengan paksa keluar dari gedung rumah sakit. Dia menghela nafas berat, kemudian berbalik dan mendapati sosok Raffaele berdiri di depannya "Kenapa lama sekali?" ujarnya berkata dengan kesal. "Pergilah, kau tak usah ikut campur masalah ini." Kata-kata Selena agaknya membuat Raffaele tersinggung. "Kau bilang ini bukan urusanku? Huh! Kau saja yang terlalu membela Dharma, tapi dirimu bahkan tak di hargai..." "Dharma bukan orang seperti itu..." tegas Selena dengan wajah dingin. "Cukup!" bentak Raffaele setelah beberapa saat, "Apalagi yang pertahankan darinya? Uang? Pangkat? Jabatan?" Raffaelle mendengus. "Bukankah semuanya sudah lenyap? Tim auditor, sudah melepas jabatannya bukan? Pria itu sudah bangkrut, tahukah kau bahwa selama ini Dharma telah memberi nafkahmu dengan uang hasil penggelapan dana?" Mengatakan itu Raffaele menatap Selena dengan mata merah. Keadaan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 37 Suruh dia keluar

    Selena sadar setelah merasakan hembusan angin dari jendela yang kebetulan terbuka lebar. Pandangannya mengarah keluar, melihat bangunan mewah dari tempat terbaring. "Di mana ini? Kenapa aku bisa melihat pemandangan kota dari atas?" Wanita itu melihat ke sekitarnya untuk mengingat hal apa yang terjadi padanya barusan sambil berusaha duduk. "Aduh, kenapa tubuhku rasanya nyeri dan sakit sekali?"Meski lama berpikir, tapi Selena tidak bisa mengingatnya. Dia juga baru sadar, bahwa sebagian tubuhnya kini tertutupi selimut. Tiba-tiba dia ingat dengan ponselnya, matanya mencari benda itu dan berhenti ketika melihat tas miliknya di atas nakas. "Itu tasku!"Tetapi, tanpa diduga dua kakinya terasa kebas saat ingin mengambil benda sebesar buku tulis berbahan kulit itu disana. Selena menggigit bibirnya, tubuhnya sangat gemetar karena cemas. "Apakah kemarin Raffaele…"Selena menggeleng, lalu menarik selimut tadi dan kembali menutup kepalanya rapat-rapat. Dan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 36 Kehancuran

    "Itu tak ada hubungannya denganku, bibi selesaikan saja sendiri." Aldi lalu melenggang pergi dari sana berbicara lagi."Pamanmu sekarang bangkrut, seluruh saldo rekeningnya terkuras habis secara mendadak..."Langkah Aldi terpaksa berhenti demi menanggapinya, "Itu sudah pasti karena dia membagikannya pada wanita yang dikencaninya..." "Bibi tahu itu, tapi pada dasarnya pamanmu punya uang yang banyak, dan kali ini dia benar-benar di jebak seseorang. Dan sekarang, ada banyak karyawan yang menuntut gaji mereka, bibi tidak tahu cara mengatasinya, sedangkan pamanmu sudah diberhentikan oleh dewan direksi." Wanita itu menjelaskan dengan nada sayu.Aldi menarik nafasnya, bahkan tanpa berbalik sedikitpun dia berkata. "Biarkan paman merasakan akibat perbuatannya, jika tak ada hal lain, aku pergi. Pekerjaanku masih banyak." "Kenapa kamu begitu egois, Aldi?"Wanita usia 40 puluhan itu akhirnya pergi setelah kalah bertengkar mulut dengan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status