Share

Nanti saja

Author: Chiavieth
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ruangan dokter...

"Ini semua biaya rumah sakit dan bersalin saja dokter?" Hanif mengernyitkan dahinya tak percaya, saat membaca secarik kertas yang ia terima.

Sosok berjas putih itu mengangguk, "Benar, semuanya sudah tercantum di sana."

Sekali lagi Hanif membaca, meyakinkan matanya melihat sederet angka yang membuatnya menelan ludah. Jika dulu ia sanggup mengeluarkan uang sebanyak apapun, tapi sekarang ada kendala yang tak mungkin di jabarkan di sana.

"Maaf dokter, apa ini tak bisa di korting lagi?" Hanif mencoba bernegosiasi

Yang di tanyai mengeleng, "Jika ingin murah seharusnya anda mengambil ruang rawat kelas ekonomi, bukan ruangan VIP. Anda pasti paham kan?"

Hanif tak berkomentar lagi, kepalanya kini sudah berdenyut. Sebetulnya dia masih punya sedikit tabungan, dua mobil mewah dan satu perumahan serta vila mewah peninggalan kakeknya. Haruskah Hanif menggadaikannya satu demi melunasi biaya rumah sakit?

"Pak Hanif, ada kendala lain?"

Di tanyai begitu, seharusnya dia mengangguk,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 11 Permisi

    "Permisi..." Hanif menarik nafas panjang, "Itu pasti pelanggan..." Buru-buru Hanif keluar dan kembali ke toko menemui tamunya. "Maaf Bu Dadang, kebetulan tadi saya sedang mengurus sesuatu di belakang, jadi...""Pesanannya sudah jadi kan pak?" Hanif baru ingat, wanita berpakaian dinas kuning itu adalah salah satu tetangganya yang memesan, Hanif tergagap, namun dia segera mengatasi iniBuru-buru dia memeriksa daftar pemesan, tanpa memperhatikan wajah pelanggannya, rasa cemas menghampirinya karena dia sudah tahu resiko di datangi pelanggan yang komplen jika hasil kerjanya mengecewakan."Buruan mas, acaranya mulai pukul 09.00 nanti, saya sudah repot datang dan menjemput kemari loh, lagipula 20 bungkus itu tidak terlalu banyak."Hanif menghembus kasar nafas, 20 bungkus kan? Ini cukup, dan dia segera menyelesaikan ini dan memberikannya pada pelanggan. "Ini ya Bu Dadang."Wanita itu sudah standby di motornya, Hanif meletakkannya di jok depan motor. "Nanti uangnya di transfer ya pak."Sampai

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 12 Rahasia apa yang dia sembunyikan?

    Leon tiba-tiba rewel, buru-buru Hanif membuatkan susu dan menghidupkan video anak-anak di gawai miliknya agar Leon berhenti menangis. Namun, usahanya itu malah gagal, Hanif mencoba mendiamkannya dengan segala cara, hasilnya tetap sama. Untungnya Ayunda belum jauh dari rumah.Pikiran Hanif jauh lebih kacau, dan itu malah memicu emosinya, hingga akhirnya mengeluarkan semua kekesalannya dengan emosi. "Ayunda, kamu masih ingat dengan anakmu kan?kamu tak dengar dia menangis? Bagaimana pun dia juga butuh kasih sayang seorang ibu.""Suruh saja ibumu kemari, bilang padanya untuk bawa anak-anak sekalian dan tinggal di sini."Dasar kepala, dia tak peduli betapa sulitnya Hanif bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, semua ini demi memenuhi kebutuhan mereka juga.Sayangnya, Hanif selalu menyimpan itu dalam hati, ia tak ingin mengumbar semuanya dan dikatakan tidak ikhlas menafkahi keluarganya.Ayunda bukan tidak mendengar perkataan suaminya, tapi ia malah menggerutu, bahkan setelah keluar dari r

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 13 Aku ini pria normal

    "Ayunda ...," Hanif memanggil istrinya dengan lembut. Pasalnya, sejak Ayunda pulang dia masuk kamar dan tak keluar hingga malam tiba. Hanif menyusulnya ke ranj4ng yang di tempati sang istri setelah putra mereka tertidur. Ia melihat punggung Ayunda yang membelakang, mendapati lek√kan tubuh yang tebalut piyama katun, begitu menggelora h4sratnya untuk melak√kan ses√atu. Sebagai pri4 normal, dia jelas menginginkan h4l yang sudah sepantasnya mereka lakukan, tangannya bergerak menyentuh pundak Ayunda, perlahan turun mencapai pingg√l. Hanif memindahkan tangannya menjelajahi bagian depan, kali ini ia berinisiatif menyentuh b3lah4n d4d4, dan mer3m4snya Namun, Ayunda malah terbangun dan segera menepis sentuhan itu, lalu menaikkan selimut tanpa peduli dengan keinginan sang suami."Sayang, kita sudah lama...""Aku lelah dan mau istirahat, besok aku masih ada urusan di suatu tempat." Kejam sekali, padahal h4sr4tnya sudah sampai ke ubun-ubun, namun Hanif memilih mengabaikan kekecewaannya, dan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 14 Ayunda kemana sih?

    Sejak semalam Hanif mondar-mandir di depan pintu dengan gelisah, menunggu kehadiran sang istri yang belum pulang sampai sampai detik ini, jika kemarin dia tak membuat nasi soto, apa sekarang dia harus begitu juga? Waktunya sudah tekor karena itu, tapi yang lebih ia cemaskan kini hanya istrinya. "Aku coba telpon dia lagi, semoga diangkat."Sigap tangan Hanif bergerak mengetuk layar ponselnya sampai panggilan tadi tersambung. Tut... tut... tut... "Aku mohon angkat Ayunda, angkat..." Satu, dua kali dia merasa percuma menelepon, karena hasilnya tetap sama. "Ayunda tidak sedang dalam masalah kan?" Saat itu matanya terpejam, mencoba berpikir jernih. "Baik, aku akan coba sekali lagi." "Halo..." Hanif baru menghembus nafas lega, begitu panggilan itu tersambung. "Sayang, kamu tak apa?" tanya Hanif dengan tergesa. "Hanif, hari ini aku sangat sibuk, mengobrolnya nanti saja, bye!" "Tapi ...""Oh, aku lupa. Hanif, untuk sementara ini aku mungkin tak bisa pulang, jadi tolong jaga Leon baik

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 15 Kenapa dengan anakku?

    Oek... Oek..."Hanif, anakmu nangis tuh, emang ibunya nggak di rumah?" Pria itu hanya meringis ketika di tanyai salah seorang pelanggan yang berdiri dan akan belanja di tokonya. Meski sibuk mengemasi barang belanjaan para pelanggannya, Hanif menyempatkan diri menjawab seadanya. "Ayunda belakangan ini sibuk, dia dapat proyek iklan lagi, jadi di rumah cuma kami berdua.""Lalu ibu Jeanne?""Ibu jagain rumah lama, lagian dia juga sibuk ngurusin komunitas senamnya, jadi nggak bisa bantuin aku juga." Selesai mengemas semuanya, Hanif menata semua barang-barang itu di depan toko dan melanjutkan ucapannya. "Aku sudah biasa apa-apa sendirian kok Bu, jadi nggak masalah."Tangisan itu terdengar semakin keras, itu menarik perhatian semua pelanggan toko. "Hanif, lebih baik lihat dulu anakmu, kami akan tunggu di sini." Kesibukan Hanif, mengundang prihatin bagi mereka, ia baru menyadari bahwa semua tetangganya memiliki rasa manusiawi yang besar. Tanpa berpikir, Ia segera berlari menemui putranya ya

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 16 Keluhanku

    "Aku tak bisa terima itu!" Siapa yang akan membiarkan istrinya tinggal di luar selama beberapa bulan?Hanif jelas tak setuju dengan permintaan aneh istrinya."Hanif, apa belakangan ini aku meminta uang padamu? Apa kamu tahu semua keluhanku selama di luar? Meski kamu bertanya pun, aku juga tak ingin memberitahumu. Tapi, yang perlu kamu ketahui, sejak aku meninggalkan rumah kemarinnya lagi, aku sudah menghasilkan banyak uang, sementara jika hanya mengandalkan kamu..."Ayunda menarik nafas, dan tak ingin melanjutkan ucapannya, "Ayunda, tarik ucapanmu kembali! Bicaramu jangan keterlaluan, apa kamu lupa apa yang membuat hidup kita jadi begini? Kuharap kamu mengerti dengan roda perputaran ini." Hanif meraih tangan sang istri, berharap wanita itu akan berubah pikiran, namun Ayunda melepas genggamannya dengan kasar."Maaf Hanif, kurasa hubungan kita berakhir di sini saja, kurasa jalan terbaik adalah bercerai." Meski kata-katanya tidak kasar, tapi sangat menusuk. "Kamu kira semudah itu men

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 17 Tidak bersemangat

    Hanif masih terpaku di teras tokonya, beberapa hari ini semangatnya mengendur, bahkan memasak untuk dirinya berdua Leon saja, terasa sangat malas. Di tengah keheningan situasi, rengekan ma nja putranya terdengar, gegas Hanif mengambil sikap dan mengendong Leon. "Dedek haus? Kita bikin susu dulu yuk!"Baru dia menginjakkan kakinya di dalam toko, ibu-ibu tetangga sebelah rumah datang. "Eh, Bu Monik, belanja apa hari ini?" tanya Hanif sedikit basa-basi."Sabun cuci, sama pengharum..." Wanita itu tiba-tiba diam, lalu memperhatikan anak yang masih dalam gendongan Hanif, "Anaknya baru bangun tidur?""Iya, Bu. Belakangan ini rewel sekali, keseringan nangis bikin badannya lemas." jelas Hanif sambil mengemas pesanan pelanggannya."Istri kamu ada nelpon nggak?" Hanif menghentikan aktivitasnya, lalu menyengir, mengingat masalah yang kemarin. "Ada kok, kadang dia juga datang jengukin Leon...""Kamu serius? Hanif, aku mau kas

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 18 Dendam

    Keluar dari ruangan itu, Aldi dan Anna sama-sama diam, dan fokus pada pikiran masing-masing. Mereka masuk ke satu mobil, dalam keheningan situasi, tiba-tiba Dessy mendehem, membuat semua mata mengarah padanya. "Aldi, kamu serius mau melamar Anna?" Pria itu menaikkan sebelah alisnya, melirik Anna sekilas, tanpa kesulitan. "Tentu saja..." "Bagaimana denganmu, Anna?" Wanita itu malah gugup dan memainkan ujung bajunya tanpa menjawab. "Sebenarnya ini terlalu mendadak, jujur aku masih belum siap..." Ekspresi Aldi langsung berubah, "Tak apa, lagipula ini belum lamaran resmi kan? Jadi, kamu masih bisa menjawabnya nanti, lagipula aku hanya ingin pastikan tentang perasaanmu saja." "Tapi aku masih bingung dengan perasaanku sendiri." Mendadak, Aldi menghentikan langkahnya. "Jadi, kamu tak setuju? Atau benar-benar tak punya perasaan apapun padaku?" "Bukan itu, tapi ..." "Katakan padaku, meski tidak menjamin, tapi setidaknya aku bisa mengatasi kendalamu." Anna terdiam dan menunduk, ia ba

Latest chapter

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 44 Ending

    Aldi terdiam melihat tatapan Anna yang tajam seakan siap menusuknya kapan saja, dia sepertinya sedang dijebak. Namun dia berusaha menjelaskan ini. "Anna, aku..." Aldi mencoba berbicara, tenggorokannya seolah tercekat."Jangan bohong lagi!" Anna tersentak. "Kamu dan wanita itu sudah bermal4m bersama di hotel, bukan?"Wajah Aldi pucat pasi. "Ti-tidak, darimana kamu tahu itu?"Anna tersenyum sinis. "Lihat, kamu sendiri gugup kan? Aku jelas tahu semuanya dari seseorang. Awalnya aku tak percaya saat orang itu menceritakan semuanya, tapi aku tidak sangka kamu akan..." Sebagai istri dia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. "Anna, aku benar-benar tidak tahu akan hal ini, aku dijebak, ada orang yang ingin memfitnahku Anna... aku hanya... ""Hanya apa?" tanya Anna, suaranya dingin. "Kamu sudah melakukannya dengan wanita itu bukan?" Aldi tak bisa menyangkalnya lagi, lagipula dia sudah seperti ini, dia bahkan tidak tahu cara membangun kepercayaan Anna lagi pada dirinya. "Maafkan aku

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 43

    "Shit!" Aldi mengumpat begitu ia terbangun, kepalanya berdenyut pusing. Ketika sudah kembali sadar, pria itu melihat seorang wanita di yang masih terbaring di sebelahnya. Punggung polos yang mengg0da itu terlihat hingga dia terus mengucek matanya agar pandangannya menajam. "Tidak, rambut Anna bukan warna coklat, ini bukan Anna." Mendengar helaan nafas, wanita itu berbalik dan Aldi langsung terkejut. "H-Halen? J-jadi, semalam aku melakukan itu bersamanya..."'Tidak! Tidak mungkin!' Aldi menggeleng cepat sambil beringsut mundur sambil memperbaiki pakaiannya, ia menatap Halen dengan wajah pucat. "Ada apa?" Wanita itu bangkit sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut."Aku tak tahu apa yang kamu pikirkan, tapi apa kamu sengaja memberiku obat agar bisa tidur denganku?" Mendapat tuduhan itu, raut muka Halen berubah. "Apa? Kenapa kamu membalikkan fakta ini padaku? Harusnya kamu sadar diri dengan ulah tubuhmu!" sahutnya dengan nada ketus.Aldi memijat pelipisnya beberapa kali, 'Ya tuh

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 42 Kenapa tidur disini?

    "Aldi, Aldi ... kenapa kamu tidur disini?" teriakan itu membuat Aldi kaget dan langsung terbangun. Pria itu mengucek matanya beberapa kali. "Ternyata tadi aku cuma mimpi." "Kamu benar Aldi kan?" Wanita itu mengulangi pertanyaannya, pandangannya terarah lurus pada wajah sosok pria di hadapannya."Ya, bagaimana kamu tahu namaku..." "Halen, mungkin kamu tidak ingat. Di masa lalu kamu menolongku dari bully an para kakak senior waktu sekolah menengah..." "Ya, aku ingat. Itu sudah lama sekali." "Syukurlah, kukira kamu tidak mengenalku sama sekali. Tapi, ngomong-ngomong, kamu kenapa?" Sebisa mungkin dia menahan gugupnya, sambil mencoba mencari alasan. "Ah, aku hanya sedikit pusing saja. Bukan masalah besar..." "Yakin nggak apa-apa? Di sana ada apotik, nanti singgah saja ke sana dan belilah obat sebelum pulang."Hanya tawa yang lepas sebagai jawaban, Aldi terlihat santai seakan sedang tidak menyimpan beban. "

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 41 Kecewanya Aldi

    "Permisi, bisakah saya melihat tas yang di etalase itu? Saya akan membelikannya untuk istri saya." Aldi menunjuk sebuah tas merk branded edisi terbatas di sebuah toko dalam mall pusat kota."Oh itu, baiklah. Tunggu sebentar, saya akan ambilkan." sahut pemilik toko berjilbab yang bergerak cepat meraih barang yang di tunjuk Aldi. "Ini pak, harganya ada pada label."Aldi memperhatikan label harga yang terpasang pada merk bagian depan, sungguh itu barang mewah dan mahal. " tersenyum memandangi barang. "Baiklah, tolong bungkuskan."Dengan cepat pelayan itu bergerak saja. "Terima kasih."Pelayan itu tersenyum pada pelanggannya dengan sopan. Raffaele berjalan keluar dari tempat itu dengan bangga, dia langsung melajukan mobilnya untuk kembali pulang. Namun, di jalan matanya tak sengaja melihat seorang wanita mengobrol dengan pria yang tak asing. "Bukankah itu..."***"Ohhh." Anna membulatkan mulutnya saat mereka mengobrol dan mulai tak canggung lagi dengan situasi. "Hanya itukah?" tanyanya m

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 40 ikutlah denganku

    "Aku sudah mentransfernya." Randy langsung memutus panggilannya, kemudian menyeringai memasang tampang penuh misteri. "Bukankah sudah kubilang, semuanya bisa kulakukan tanpa mengotori tanganku." Kemudian dia berdiri, dan keluar dari tempat kerjanya setelah melirik jam dinding sekilas.Pria itu merubah rautnya yang menakutkan tadi, ketika bertemu dengan pegawai kantor saat melihatnya keluar melewati kumpulan orang-orang itu. Tampak jelas, pria itu bermuka dua dan raut kepura-puraan itu di tujukan di depan istrinya."Ketua, ponsel anda kembali berbunyi." Seorang staf memberikan ponsel smartphone yang tadinya di biarkan tergeletak di meja kerjanya.Randy menghentikan langkahnya, kemudian menerima ponsel dan menjawab panggilan tersebut. "Halo…""Randy, bisa tolong datang ke kantor polisi sekarang, aku baru saja di interogasi di sini.""Maaf, aku sedang dalam suasana hati yang buruk sekarang, kuharap kamu tidak sedang membuat ma

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 39 aku harus menghubunginya

    "Mama ...."Ayunda yang baru saja membuka pintu masuk rumahnya, langsung berlari saat mendengar suara putranya menjerit. “Arlis, sayang, kamu kenapa nak? Kamu sakit?" sebagai ibu, Ayunda jelas langsung berlari mendatangi putranya dengan raut cemas. "Perutku terasa sangat sakit..." Meski bicaranya belum jelas, tapi pemuda kecil itu meringis sambil memegang perutnya."Kamu sudah makan? Atau jangan-jangan karena ingin pup'?" Pemuda kecil bernama Arlis itu mengeleng. Ayunda melihat sepasang mata milik pangeran kecilnya memerah karena menahan sakit. "Kalau begitu kita coba minum antibiotik, kamu tunggu disini sebentar, mama akan ambil kotak P3K." Ketika Ayunda ingin bergerak pergi, tapi saat ingin pergi, langkah Ayunda dicegat oleh Randy.“Kenapa kau menghalangiku? Kau tak lihat putraku kesakitan?” Ayunda berkat dengan ketus saat dirinya tak dibiarkan mengetahui masalah putranya sendiri. "Diamlah!" potong Randy. "Anakmu baik-baik saja."'Benarkah keadaannya baik? lalu kenapa dia menan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 38 Firasatku tidak enak

    Beberapa orang satpam menarik Selena dengan paksa keluar dari gedung rumah sakit. Dia menghela nafas berat, kemudian berbalik dan mendapati sosok Raffaele berdiri di depannya "Kenapa lama sekali?" ujarnya berkata dengan kesal. "Pergilah, kau tak usah ikut campur masalah ini." Kata-kata Selena agaknya membuat Raffaele tersinggung. "Kau bilang ini bukan urusanku? Huh! Kau saja yang terlalu membela Dharma, tapi dirimu bahkan tak di hargai..." "Dharma bukan orang seperti itu..." tegas Selena dengan wajah dingin. "Cukup!" bentak Raffaele setelah beberapa saat, "Apalagi yang pertahankan darinya? Uang? Pangkat? Jabatan?" Raffaelle mendengus. "Bukankah semuanya sudah lenyap? Tim auditor, sudah melepas jabatannya bukan? Pria itu sudah bangkrut, tahukah kau bahwa selama ini Dharma telah memberi nafkahmu dengan uang hasil penggelapan dana?" Mengatakan itu Raffaele menatap Selena dengan mata merah. Keadaan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 37 Suruh dia keluar

    Selena sadar setelah merasakan hembusan angin dari jendela yang kebetulan terbuka lebar. Pandangannya mengarah keluar, melihat bangunan mewah dari tempat terbaring. "Di mana ini? Kenapa aku bisa melihat pemandangan kota dari atas?" Wanita itu melihat ke sekitarnya untuk mengingat hal apa yang terjadi padanya barusan sambil berusaha duduk. "Aduh, kenapa tubuhku rasanya nyeri dan sakit sekali?"Meski lama berpikir, tapi Selena tidak bisa mengingatnya. Dia juga baru sadar, bahwa sebagian tubuhnya kini tertutupi selimut. Tiba-tiba dia ingat dengan ponselnya, matanya mencari benda itu dan berhenti ketika melihat tas miliknya di atas nakas. "Itu tasku!"Tetapi, tanpa diduga dua kakinya terasa kebas saat ingin mengambil benda sebesar buku tulis berbahan kulit itu disana. Selena menggigit bibirnya, tubuhnya sangat gemetar karena cemas. "Apakah kemarin Raffaele…"Selena menggeleng, lalu menarik selimut tadi dan kembali menutup kepalanya rapat-rapat. Dan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 36 Kehancuran

    "Itu tak ada hubungannya denganku, bibi selesaikan saja sendiri." Aldi lalu melenggang pergi dari sana berbicara lagi."Pamanmu sekarang bangkrut, seluruh saldo rekeningnya terkuras habis secara mendadak..."Langkah Aldi terpaksa berhenti demi menanggapinya, "Itu sudah pasti karena dia membagikannya pada wanita yang dikencaninya..." "Bibi tahu itu, tapi pada dasarnya pamanmu punya uang yang banyak, dan kali ini dia benar-benar di jebak seseorang. Dan sekarang, ada banyak karyawan yang menuntut gaji mereka, bibi tidak tahu cara mengatasinya, sedangkan pamanmu sudah diberhentikan oleh dewan direksi." Wanita itu menjelaskan dengan nada sayu.Aldi menarik nafasnya, bahkan tanpa berbalik sedikitpun dia berkata. "Biarkan paman merasakan akibat perbuatannya, jika tak ada hal lain, aku pergi. Pekerjaanku masih banyak." "Kenapa kamu begitu egois, Aldi?"Wanita usia 40 puluhan itu akhirnya pergi setelah kalah bertengkar mulut dengan

DMCA.com Protection Status