“Jadi Afif meninggal?” Mata Lala membola. Perempuan itu syok mendengar kematian anak sulung Sultan dan Ririn.Anak yang sebelum ini terus memanggil papanya saat pria itu sedang bersama Lala. Dan bodohnya, Lala tak punya firasat sedikit pun tentang itu. Andai tahu ini adalah saat –saat terakhir Afif, perempuan itu pasti tidak akan menahan suami agar tetap berada di sisinya.“Apa ini salahku?” lirihnya. Namun, suara lirih itu didengar Wati dan Haikal. Mereka berdua semakin bertanya –tanya. Sayangnya, pertanyaan itu cukup menjadi tanya dalam kepala, tanpa bisa meminta penjelasan dari pasien yang sikapnya aneh itu. Lagi pula ini bukan urusan mereka.“Apa kamu sudah menghubungi dokter Anisa?” bisik Haikal.“He em.” Wati menyahut singkat. Dia sudah memberi tahu rekannya tadi agar memanggil dokter yang bertanggung jawab atas kondisi Lala. Namun, tumben lama begini datangnya.Beberapa detik kemudian, seorang perempuan masuk tergesa. “Huft, syukurlah kalau Ibu sudah sadar. Saya sampai meningga
“Ah, ya. Selamat ya Bapak Sultan, Anda akan menjadi seorang ayah, istri Bapak positif hamil.” Dokter Anisa mengucap dengan senyum manis. Setelah berpikir keras, akhirnya ia membuat kesepakatan dengan pasiennya.“Hamil? Benarkah?!” Mata Sultan melebar diikuti senyum di bibir, karena meski terkejut dia juga sangat senang. Lantas menghambur ke arah Lala dan memeluk tubuh ramping itu.Anisa tersenyum miris. Andai pria tersebut tahu bagaimana kondisi istri yang sebenarnya, mungkinkah dia akan sebahagia itu? Apalagi baru mendapat musibah anak satunya meninggal. Dokter wanita itu tak mengerti kenapa Lala memiliki permintaan nyeleneh begitu.“Alhamdulillah, Sayang. Kamu baik –baik aja, kan?” tanya Sultan duduk di sisi ranjang melihat semua sisi tubuh Lala. Seolah sedang memeriksa, barang kali ada bagian tubuhnya yang mendapat efek dari kehamilan. Dia semakin kepikiran kala melihat wajah pucat istri keduanya tersebut.Lala menggeleng. “Aku baik –baik saja, Mas,” sahutnya. Dia harus bertindak s
Inilah resikonya tersambung dengan nomor Sultan. Ririn terpaksa membuka blokiran, demi anak –anak agar bisa tersambung dengan sang papa. Namun, rupanya ada hal lain yang harus ditumbalkan, dia harus melihat status –status yang Sultan buat tanpa berpikir lebih dulu. Apakah hal itu pantas diunggah di saat –saat seperti ini? Saat di mana anak pertama mereka baru saja meninggal dunia, bahkan mereka belum sampai rumah setelah menguburnya.Mamanya benar. Sultan pria yang tak punya otak! Ah, kalau punya otak, mana mungkin dia nikah diam-diam setelah semua pengorbanan Ririn untuknya? Semua perjuangan yang dibalas dengan sakit hati tak bertepi. Betapa tidak, jika dulu Ririn merawat Sultan sepenuh hati kala pria itu sekarat, begitu Ririn yang nyaris mati, Sultan malah berlari kepada Lala. Untung ada David yang tak menyerah menyelamatkan nyawanya. Pria itu walau menyebalkan, dia paling berjasa dalam hidupnya setelah sang ibu sekarang.“Kamu memang bukan manusia, Mas,” dengkus Ririn.“Aku?” David
David mendorong kursi roda Ririn, mereka baru saja memasuki lobi. beberapa petugas di rumah sakit yang mengenal David menyapa dengan pandangan agak berbeda kepada mereka. Meski David balas sapaan dan terenyum, Ririn merasakan hal lain. Ada perasaan tak nyaman, dan hal berbeda dari tatapan serta cara mereka berbisik ketika melihat ke arah wanita itu.“Kenapa mereka bersikap seperti itu?” protes Ririn.“Hem. Aku memintamu untuk mengenakan baju pasien tadi tapi kamu malah menolak. Jadi jangan salahkan aku, jika mereka kita punya hubungan spesial. Kamu harus tahu, aku pria yang cukup populer di rumah sakit ini,” ucapnya di sela langkah mendorong kursi yang diduduki Ririn.“Cih.” Ririn tersenyum masam mendengar perkataan dokter itu. Bagaimana dia tidak menolak memakai pakaian pasien? Dia tak mau ibunya semakin terbebani melihatnya datang sebagai pasien yang sakit.“Apa kita akan melewati kamar ibu hamil?”“Ruang bersalin?”“Hem, dia kan baru hamil.”“Heh, siapa maksudmu?”“Sudahlah. Dokter
“Jadi kalian benar –benar … menjalin hubungan di belakangku?” Sultan melebarkan matanya.David memiringkan senyum. Kecut. Bagaimana bisa pria yang jelas –jelas berseligkuh menuding orang lain melakukan hal sama buruk dengannya. Diangkat ke dua tangan dan menyilang di dada. Dokter tampan itu ingin tahu, apa lagi yang akan diucapkan Sultan sekarang?Benar saja, Sultan tak berhenti dan membuat kata –kata jahat lain dialamatkan ke pada istri pertamanya.“Kamu balas dendam, Rin? Atau sebenarnya kamu sendiri diam –diam selingkuh dengan pria lain? Kamu tahu kan,–seorang suami boleh menikahi wanita lebih dari satu, tapi seorang istri ….” Pria itu menatap kesal sekaligus tak percaya ke arah Ririn. Namun begitu ucapannya tak selesai, karena Ririn melakukan hal tak terduga.PLAK!Sebuah tamparan keras dari tangan Ririn mendarat mulus di pipi Sultan. Jelas saja hal itu bukan hanya mengejutkan Sultan sendiri, tapi juga Lala dan David. Keduanya melebarkan mata menatap tak percaya pada Ririn. Wanita
Aku hanyalah segenggam kehangatan, saat suamiku menginginkan sebongkah bara untuk membakar dirinya sendiri. 💔“Ini, ya pelakornya, Mbak Rin?” posting seseakun di kolom komentar wallku. “Hem, iyalah nggak diposting jelas. Suami orang kok. Sekarang malah sudah dihapus. Untung kecepatan tangan netizen sudah sempat mengabadikannya.”Mata ini membelalak. Seorang wanita muda nan cantik tengah berpelukan dengan seorang pria yang hanya tampak sampingnya saja, dengan wajah yang dibuat samar. Namun, aku bisa mengenali siapa pemilik punggung lebar itu. Potongan rambut juga tanda lahir di ceruk leher yang selama ini menghangatkan wajahku saat kutenggelamkan di sana. Dia adalah suamiku, Mas Sultan Dewangga. Pria yang menghalalkanku 10 tahun lalu dan telah lahir tiga buah hati di antara kami.Dari mana mereka dapat foto Lala yang keberadaannya sangat dirahasiakan oleh Mas Sultan dan keluarganya?Lekas kuhapus komentar itu, tak mau orang lain salah paham dan balik menghujatku karena mengamini tema
"Sepertinya aku berubah pikiran," ucapku sambil manggut-manggut. "Aku mau dirujuk, Mas." Kini tatapanku mengarah ke pada Mas Sultan.Mendadak tak terima terlihat kalah di depan Lala. Wanita yang sudah memenangkan hati suamiku, sampai pria itu memilih berpaling. Andai tak melihat kesombongan dan sikap egoisnya, aku pasti memilih menjauh saja dari mereka. Toh, bukan hanya Lala yang salah. Mas Sultan-lah sumber segala kesalahan ini. Kalau saja pria itu menjaga hati dan komitmennya dulu yang tak akan menduakanku sampai kapan pun, pasti perselingkuhan antara dirinya dan Lala tidak akan terjadi. Namun, pelakor itu malah menunjukkan jati dirinya sebagai seseorang yang sengaja menunjukkan eksistensinya. Lala menggeleng. "Nggak mungkin," ucapnya dengan suara yang nyaris tak terdengar olehku. "Kamu nggak mungkin minta dia rujuk kan, Mas!" Dicengkeram pakaian yang melekat di dada suami kami lalu menekannya, seolah tengah menunjukkan emosinya di sana.Dia menolak mempercayaiku kalau Mas Sulta
"Mas! Kamu diem aja, sih! Pokoknya, kalau kamu tetap rujuk dia, ceraikan aku!" Lala akhirnya kehabisan kesabaran. Saat itu juga langkahku terhenti karena terkejut. Benarkah dia meminta cerai? Kalau begitu, apa Mas Sultan akan berubah pikiran? Memilih antara aku atau Lala?“Sayang, tolong jangan begini!” Mas Sultan terdengar memohon dengan suara rendah.Sampai sebegitunya dia ke pada perempuan bermuka dua itu. Pasti suamiku benar-benar sedang dimabuk cinta kepada istri mudanya. Ah, memangnya laki-laki normal mana yang tak suka daun muda? Seketika, aku jadi rendah diri. Jika membandingkan fisik antara aku dan Lala. Perempuan muda yang memiliki lesung pipit di wajahnya itu benar. Aku sudah tua dan peot. Jelas saja, Mas Sultan tidak akan pernah lebih mencintaiku ketimbang perempuan muda.Sesuatu yang membuatku memilih mundur saja saat tahu perselingkuhannya. Bukan memberinya pilihan, ceraikan aku atau Lala? Hatiku akan bertambah sakit ketika mendengar dari mulut Mas Sultan kalau dia me