Share

Bab 152. Semoga lekas dapat hidayahh

“Maaf, Pak. Apakah Bapak salat?“ tanyaku dengan menatap Bapak.

Bapak nampak canggung, terlihat dari gestur tubuhnya yang digeser ke kanan kiri. Sepertinya pertanyaanku membuat tidak nyaman beliau.

Aku juga ikut membenarkan letak dudukku. Tenggorokanku serasa kering. Ibu juga tidak kunjung keluar daritadi.

Jam sudah menunjukkan angka dua kurang berapa menit lagi, terlihat di jam dinding yang menempel di atas persis di hadapanku saat aku mendongak.

Tak kunjung mendapatkan jawaban, akupun segera mengabaikan pertanyaan tadi.

“Pak, boleh saya numpang salat di sini?“ Pamitku dengan memberanikan diri, sekalian mau lihat kondisi ibu di dalam.

“Hah, salat? Di sini?“ tanya Bapak dengan tergagap.

Aku mengangguk cepat.

“Sebentar ya, Bapak tanyakan ke Maria dulu,” ujar bapak langsung bangkit berdiri dan berjalan ke belakang.

Aku mengangguk dan memperhatikan langkah bapak yang masuk ke salah satu kamar di dalam.

Sedikit heran dengan istri barunya bapak. Aku hampir satu jam berada di sini, tapi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status