Beranda / Pernikahan / Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami / Bab 153. Ibu ikut tinggal sementara

Share

Bab 153. Ibu ikut tinggal sementara

Penulis: Turiyah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-01 22:57:14

“Kenapa, Sherly? Ada yang tertinggal?“ tanya Bapak setelah keluar dengan kening berkerut.

Aku menggeleng.

“Ini, Pak. Ibu mau ikut Sherly sementara, katanya mau bantu-bantu acara pernikahan Sherly, begitu katanya,” ucapku beralasan sembari menatap ibu meminta persetujuan.

Ibu nampak bingung dan kemudian mengangguk-angguk dengan memaksakan senyum.

“Yakin, Bu? Maria bagaimana? Siapa yang masakinnya? Siapa yang bersihin rumah ini?“ tanya Bapak menatap ibu dengan tatapan tidak suka.

Benar dugaanku. Ibu di sini dijadikan pembantu gratisan oleh istri mudanya. Sungguh keterlaluan.

“Kenapa pekerjaan dilimpahkan ke Ibu, Pak? Rumah segede gini tidak ada pembantu? Ibu yang melakukan semua? Kebangetan, Pak!“

Aku menatap bapak dengan perasaan jengkel, lalu berganti menatap ibu yang tengah menunduk dengan memainkan ke-dua tangannya.

Aku jengkel ke mereka, tidak terkecuali. Kenapa ibu yang dulunya begitu garang dan ucapannya tajam, kenapa sekarang diam saja dan menurut saat ditindas begini? Ish, aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 154. Semangat yang memudar

    POV PRAM.Kutatap kertas tebal yang bertuliskan undangan pernikahan yang bernama Sherly dengan Zen. Ada yang berdesir di sini, wanitaku cepat sekali muvo on nya. Sebentar lagi dia akan menikah, aku ikut senang, berarti dia sudah mampu melupakanku. Aku menjatuhkan badan ke lantai, lalu menyelonjorkan kaki dan membuka kaos yang setengah basah oleh keringat. “Pokoknya besok harus datang!“ ujar Clara yang masih sibuk menyuapi Amira. Sementara aku, memandang kedua telapak tanganku yang sudah dipenuhi kapal.Aku mengangguk saja, tidak ada alasan untuk tidak datang ke acara Sherly. “Masak apa, Clara?“ tanyaku kemudian.“Lihat saja di belakang!“Aku bangkit dan berjalan ke dapur, rasa lapar yang mulai mendera membuatku tidak sabar ingin segera menyuap makanan. Bahkan untuk mandi pun lebih baik sehabis makan saja.Tudung saji warna biru yang menutupi makanan, aku angkat. Mataku membeliak sesaat, air liurku hampir saja tidak tertahan. Banyak sekali lauk pauk yang terjejer di meja. Tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 155. Bersiap kondangan ke mantan istri

    “Pram, ini Asep, mantan karyawan di sini. Hari ini hari terakhirnya bekerja setelah cuti,” ujar pak Ruslan lagi.Aku mengangguk lagi, lalu memberikan tangan, niat hati ingin berjabat tangan, tapi sayangnya, lelaki itu mengacuhkan dan membuang muka. “Owh ya, Sep, Bapak nitip toko sebentar ya, mau keluar ada urusan!“ Asep mengangguk lalu atasanku itu pergi mengendarai mobi box-nya. “Kamu beri apa Pak Ruslan? Kok bisa-bisanya memecat aku tiba-tiba dan langsung memilihmu menjadi penggantiku?” tanyanya dengan sorot kebencian.Aku mengedikkan bahu. Bukan istimewa aku dapat pekerjaan di sini. Hanya karena utang aku mau bertahan. Dulu ini aku pekerja kantoran lho. Tapi nasib apa aku bisa menjadi pekerja serabutan seperti ini. “Aku di sini sudah empat tahun. Tiga bulan yang lalu baru merasakan kenaikan gaji. Aku cukup bahagia, apalagi aku punya seorang istri dan anak. Mencapai empat juta itu aku harus berjuang lama,” ucapnya lagi dengan nada keputus asaan. Kini aku yang dibuat melotot. Me

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 156. Malam Henna

    POV Sherly“Menginap di sini saja! Daripada pulang, ini sudah malam!“ suruhku ke dua wanita yang tengah membersihkan peralatan bekas henna.Hampir tiga jam tanganku dirias oleh kedua mbak tadi, tanganku kini terlihat begitu cantik setelah dihias dengan Henna warna putih,pun besok masih ditambah beberapa monte sebagai pelengkap. Mbak Vita dan Mbak Nada namanya, kami berkenalan sambil mengobrol kala tanganku dilukis tadi. Mereka datang setelah isya', mereka dipesan oleh Mua yang menanganiku besok, hanya saja mereka asli daerah Jakarta. Tapi, melihat sekarang sudah jam 11 malam, rasanya aku tidak tega membiarkan mereka pulang, apalagi besok pagi buta harus datang ke sini lagi. Mereka saling berpandangan, dan belum juga memberi jawaban setelah sekian menit. “Tidak apa-apa. Anggap saja aku kakakmu, tidur yang nyaman di sini, lagian ukuran ranjang juga lebar, cukuplah untuk kita bertiga,” ujarku meyakinkan mereka. Lagi, mereka berpandang-pandangan. Usia mereka yang masih remaja sangat k

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 157. Rindu?

    Aku meraih ponsel yang masih terpasang dengan charger lalu melepasnya, terlihat di layar sudah jam 3 pagi. Aku pamit ke mereka untuk mandi dulu. Kemudian tanganku dibalut oleh plastik wrapping yang seperti pembungkus buat itu. Katanya menjaga agar tidak terkena air. Aku pasrah dan bangkit berlalu ke kamar mandi lalu mandi ala kadarnya. Badanku masih tercium wangi, baru kemarin aku berendam di bathtub yang sudah diberi kembang mawar dan sabun cair oleh pelayan hotel. “Kenapa sepagi ini Mbak ngehenanya?“ tanyaku kemudian seusai mandi dan sudah bersiap.“Maaf, Kak. Karena sebentar MUA yang merias Kakak akan datang, biar nanti tidak saling bertubrukan kalau sudah selesai salah satunya,” jelasnya dengan menempelkan lem ke atas punggung tanganku.“Ini awet ya? Atau akan lepas begitu saja?““Insyaallah, enggak, Kak. Kami memilih lem dan Hennanya yang kualitas terbaik sesuai pesanan, Kak.““Sesuai pesanan?““Iya, MUA nya memesan yang nomor 1, Kak.“Aku manggut-manggut dan menatap tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 158. Menyaksikan Mantan istri akad

    Dengan bermodalkan undangan, akhirnya kami sampai di depan lobby hotel. Aku segera menunjukkan undangan ke satpam yang berjaga di sana. Bisa-bisanya mereka tidak percaya dan meminta KTP untuk memastikan. Mentang-mentang ke sini membawa motor, mereka meremehkan begitu saja, untung saja aku selalu membawa KTP. Akhirnya salah satu dari mereka mengantarkan aku ke ballroom di mana Sherly menikah. Aku menggendong Amira dengan menggandeng Clara. Kami melewati beberapa ruangan dan naik lift lalu berjalan lagi ke sebuah ruangan. Satpam tadi meninggalkanku begitu saja di depan ruangan yang juga dijaga ketat oleh penjaga lainnya. Akupun memperlihatkan KTP lagi dan undangan, baru pintu dibukakan untuk kami.Aku terkejut dengan pemandangan di depan mata. Baru sampai di lorong saja sudah penuh dekorasi yang indah. Amira yang semula nampak lesu pun menjadi bersemangat kala melihat banyak bunga asli di depan mata. Sementara Clara, wajahnya semakin terlihat masam. Aku masih dengan tingkat keperca

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 159. Mengaku kalah

    Sesampainya sana, aku lekas ikut duduk menyamai mereka. Banyak sekali yang mau menyaksikan akad nikah.Kumiringkan badan melewati punggung para tamu demi melihat seperti apa sosok yang melantunkan Qori’ itu. Suaranya begitu merdu dan indah, aku sebagai sesama lelaki pun merasa terkesima.Tidak lama, suara qori' Itu berhenti lalu tidak lama berganti dengan suara surah Ar Rahman. Aku sedikit teringat dengan keinginan Sherly pas awal menikah.Dulu dia menginginkan aku untuk melantunkan surah Ar Rahman kala pernikahan dilakukan. Sayangnya aku belum percaya diri kala itu, juga sadar diri. Ejaanku masih banyak yang salah, akhirnya aku tidak memberikan apa yang dia inginkan, dan kali ini dia mendapatkannya. Aku akui, pernikahannya kali ini terlalu mewah dan keren.Pencarianku tidak kunjung ketemu. Kedua pengantin tertutup di antara ratusan tamu. Ingin sekali mendekat tapi sayangnya aku berangkat telat. “Bapak mau maju?“ tanya seorang pemuda yang mengetahui aku terus melongok ke depan.Oto

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 160. Setelah Akad

    POV Sherly.Terpana aku dibuat oleh Zen. Lelaki itu terlalu sempurna, suaranya yang merdu membuatku meneteskan air mata haru, baru kali ini aku mendengar dia mengaji, aku tidak pernah meminta apapun ke Zen di pernikahan ini.Jujur, saat dia mengaji surah Ar-Rahman aku teringat mimpiku waktu muda dulu, kukira mimpiku tidak akan pernah tercapai. Ternyata Allah punya rencana lain, Allah mengabulkan mimpiku di pernikahan yang kedua.Pandanganku mengedar, begitu banyak pemudi dan pemuda dari pondok Zen. Menatap mereka hatiku ikut adem dibuatnya. Bahkan Abah dari pondok Zen pun ikut menghadiri dan mendoakan pernikahan kami. Ya Allah, aku tidak akan menyangka, pernikahan yang kedua ini benar-benar sangat istimewa. lagi, aku kembali menatap Zen yang sedang membungkuk mencium takdzim Abahnya. Terima kasih, Ya Allah. Menjadikan Zen suamiku.Aku sedikit terkejut ketika mendongak, di depanku terpampang jelas ada mantan suamiku dengan istrinya. Pram bengong menatapku, sementara Clara menekuk waja

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08
  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 161. Menahan hasrat

    “Ehm, ya. Terserah Abang saja,” ucapku setengah gugup.“Bagaimana kalau?“ tanya Zen dengan membalikkan badan. Pandangan kami bertemu. Aku terpaku dan menyadari detak jantungku tidak aman! Ya Allah, desiran ini terlalu panas. Lantas Aku segera membuang muka. Tidak mungkin kan aku langsung menyergap begitu saja. Tahan Sherly! Jaga harga diri! Wanita dilarang meminta duluan! Kamu juga lagi menstruasi kan! Ingat!Aku menarik napas panjang lalu mengeluarkan, kenapa menahan hasrat bisa sesusah ini? Ya Allah, aku menyadari. Sepertinya aku telah berubah menjadi jablai setengah jam yang lalu.“Umi? Mau?“ tanya Zen yang tiba-tiba duduk di hadapanku dengan berjongkok. Aku meneguk ludah, lalu memundurkan badan. Kenapa dia seberani ini? Harusnya dia malu-malu?“Kok diam?“Aku mengigit bibir, menahan hasrat tentu saja, apalagi melawan tatapan matamu yang minta diterkam.“Terus aku panggil apa? Ubi gitu?“ jawabku kemudian.“Kok Ubi sih? Emang wajahku terlihat seperti umbi-umbian gitu,” protes Zen d

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08

Bab terbaru

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 194. Mengenaskan ( Tamat)

    “Sebentar, Aku tuliskan alamatnya dulu,” ungkapnya lalu masuk.“Jaga Amira baik-baik ya, Pram. Sherly sangat menyayangi wanita itu,” ujar Zen berpesan. “Baik. Aku akan kabari perkembangan Amira dan sewaktu-waktu akan membawa ke sini untuk berkunjung.““Kamu adalah lelaki baik.“Aku hanya mengangguk. Lalu tidak lama Sherly keluar lagi dan kini menyodorkan kertas ke arahku. “Ini alamat dan nomor telepon panti. Bisa kunjungi kapan pun,” ujar Sherly kemudian. “Terima kasih. Kami mohon pamit dulu.““Sini Amira, Mama cium dulu.“Amira langsung turun dari gendonganku dan mendekat ke arah Sherly. Mereka berpelukan cukup lama lalu Sherly menghujami beberapa ciuman di pipi Amira. Setelah usai aku menyalami semua orang yang ada di rumah ini. Lalu berjalan ke luar di temani Zen sambil membantuku membawakan barang Amira. “Terima kasih.“ “Hati-hati di jalan.“ Pesan Zen.Aku mengangguk lalu masuk ke mobil dan mendudukkan Amira di jok sampingku dan memasangkan seat belt.Kubunyikan klakson pel

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 193. Bagaimana kabarmu, Bu

    Hening mulai tercipta. Aku menunduk, lalu tanpa sengaja melihat tangan Sherly mengelus tangan Bu Yanti. Jujur, perasaanku kalut saat ini. Andaikan Amira benar tidak boleh dibawa. Aku tidak akan memaksa dan tetap menjalani hidup meskipun tanpa penyemangat.Tidak lama Sherly bangkit pun dengan Bu Yanti lalu pergi meninggalkanku seorang diri. Aku tidak berani mendongak. Aku malu menatap mantan Mertuaku, setiap aku melihat mereka, disitulah aku teringat dengan sikap buruk yang pernah aku lakukan tempo dulu.Aku kembali nunduk, cukup lama hingga ada seseorang menepuk punggungku. Aku mendongak lalu bangkit berdiri saat melihat Pak Anton dan Bu Lastri yang sudah berdiri di depanku. Aku menyalami mereka satu persatu.“Bagaimana kabarmu?“ tanya Pak Anton.Aku mengangguk-angguk. Suaraku sepertinya terhenti di tenggorokan.“Maafkan Pram, Pak. Bu,” ujarku lirih setelah berhasil menguasai keadaan. “Sudah kami maafkan cukup lama. Rileks Pram! Alhamdulillah kondisi kami jauh lebih baik apalagi sebe

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 192. Ditolak

    Aku melangkah gontai dan kembali ke mobil. Aku harus menemukan Amira bagaimana pun caranya. Kuputar arah lalu melajukan mobil dengan kaca pintu terbuka. Sesekali kepalaku melongok keluar untuk melihat dan berharap mendapatkan Amira di rumah tetangga atau apalah. Sepertinya aku harus mampir ke rumah Bu Yanti. Dia sedikit paham dengan rumah tanggaku. Semoga saja aku bisa mendapatkan info di mana tempat tinggal Amira yang sekarang.Setelah sampai di depan halaman rumah Bu Yanti. Aku sedikit ragu melangkah masuk. Sepertinya di dalam sana sedang ada acara karena ramainya suara yang bersahut-sahutan dari dalam. Aku terpaku untuk sesaat, bingung antara masuk atau pergi, tapi bukankah ini adalah salah satu jalan agar bisa menemukan Amira?Baiklah aku putuskan untuk masuk! Kuhela napas panjang untuk mempersiapkan diri. Tidak kupedulikan nanti bila respon mereka mencaciku lalu mengusir. Yang terpenting usaha dulu. Kubuka gerbang dengan gerakan pelan. Sepelan mungkin agar tidak menimbulkan s

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 191. Menjemput Amira

    POV PRAMSebulan sudah aku tinggal bersama pak Tony. Rasa rinduku semakin membuncah ke Amira. Apa kabar dia sekarang? Apakah rindu denganku. Bagaimana rupamu sekarang, Nak?Aku memijat pangkal hidung yang terasa gatal. Lalu merobohkan badan ini di teras, menatap beberapa bunga mawar yang sedang berbunga. Aku kesepian di sini. Tanpa ponsel dan teman. Hanya Bapak Tony satu-satunya teman mengobrol. Sherly, apa kabarmu? Apakah kamu bahagia dengan Zen? Sudah hamilkah? Kupejamkan mata ini lalu mendongakkan kepala. Dada ini terasa sesak saat teringat masa lalu. Bukan karena masa yang sulit, melainkan merutuki kebodohanku yang bertumpuk. Tap!Aku terbangun dari lamunanku saat ada seseorang yang menepuk pundakku. Aku menoleh lalu tersenyum saat Pak Tony menawarkan sepiring roti basah dan ikut duduk di sebelahku. “Saya perhatikan dari tadi Kamu nampak murung? Ada masalah?“ tanyanya setelah menyesap teh di tangan lalu meletakkan di samping badannya.Aku diam, bingung mau menjelaskan bagaiman

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 190. Bu Leni pingsan

    “Sherly tolong buka pintu mobilnya!“ Raungku dengan memukul kaca mobil.Mereka tanpa menoleh ke arahku. Suara klakson terdengar nyaring, membuatku terlonjak mundur. Saat itu pula mobil mulai dilajukan tanpa aku di sana.Aku merosot, bersimpuh di atas rerumputan liar. Tidak menyangka kalau akhirnya begini, kalau tahu seperti ini aku tidak perlu melakukan hal bodoh di tempat panti yang sebelumnya ini. Bahkan aku tidak mungkin kabur dari sini, tempat ini sangat terpencil dan jauh dari keramaian. Setengah jam berlalu, tidak ada seorang pun yang mencariku dan mengajakku ke dalam. Bahkan lututku terasa mulai kram. Kenapa nasibku bisa seperti ini. Aku bangkit berdiri lalu melangkah lunglai ke dalam. Menoleh ke kanan-kiri, tidak ada satu orang pun penjaga yang mau menyambutku. Padahal di depan sana, ada segerombolan orang yang tengah mengobrol. Sepertinya mereka adalah bagian dari panti ini. Kuhilangkan rasa malu untuk saat ini, saat ini aku ingin makan dan istirahat. Aku butuh kamar. Aku

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 189. Ditinggal

    “Jadi Zen belum tahu kalau Sherly itu mandul?“ tanyaku ulang.“Bagaimana ya, anak dalam keluarga menurut Ibu itu penting. Meskipun kalian kaya harta, tapi kalau tanpa anak itu akan terasa kosong. Ada yang kurang,” ujarku lagi. Aku tersenyum saat melihat Zen manggut-manggut. “Ibu Leni punya anak ya kan, tapi kenapa anak itu membiarkan Ibunya kesusahan ke sana ke mari hanya untuk tempat tinggal? Dan juga. Bukankah yang mandul itu adalah Anak ibu? Dari mana Ibu tahu kalau Sherly mandul?“Aku terhenyak mendengar penuturan Zen, Cukup lama aku terdiam mencerna ucapannya. Sampai saat ini aku tidak pernah mengakui Pram mandul. Meskipun ada surat DNA itu, bisa jadi kan ada kekeliruan dan Aku yakin itu. “Sudahlah, Bu. Cukup urusi urusan Ibu sendiri. Aku mencintai Sherly tanpa syarat, bahkan aku merasa bersyukur telah memilikinya.““Halah, namanya juga pengantin baru, lihat setahun dua tahun kemudian. Pasti ada saja yang akan kalian keluhkan,” cibirku ke arahnya lalu aku melengos ke samping.

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 188. Fitnah

    Sherly mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan Layarnya ke arahnya. Duh, kenapa enggak bilang saja ke mana tujuannya. Kan aku penasaran jadinya.Aku memperhatikan mereka dari belakang, Zen menggangguk lalu mulai mengemudikan mobilnya.Aku melongok ke arah panti, selamat tinggal masa lalu. Akhirnya aku berjaya lagi.Zen mulai memutar musik. Aku ikut mengangguk-anggukkan kepala ikut menikmati iramanya. Jiwaku terasa muda kembali, entahlah. Apa mungkin karena rencanaku berhasil, jadi membuatku segirang ini?**Aku mengernyit setelah sekitar 30 menit mobil ini melaju di jalan raya, sekarang sudah mulai masuk ke gang yang sempit lalu berpindah ke gang yang sepi. Banyak pohon liar dan beberapa sampah mengganggu penglihatan. Ini di mana? Aku tidak pernah melewati jalan ini.“Ke mana ini, Sherly?“ tanyaku kemudian.“Nanti Ibu akan tahu sendiri,” jawabnya tanpa mau menoleh ke arahku.“Bu Yanti? Kita mau ke mana?“ Aku menoleh ke arah Bu Yanti yang masih saja diam menatap ke samping jalanan.Bu Y

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 187. Berulah

    POV Bu Leni “Sekarang Bu Leni berkemas, kita pulang sekarang!“Aku meremas baju untuk meredakan rasa girangku, sudah kuduga, Sherly sebodoh itu. Aku hanya melakukan bentuk keprotesanku dengan merusak hal-hal di sekitar dan lihat sekarang. Caraku manjur!Aku lekas berbalik, meraih tas dan memasukkan baju ke dalam. Tatapanku ke arah sprei yang sudah banyak bekas guntingan, itu akan menjadi alat bukti sebagai alasan kalau aku di sini dijahati. Tentu saja itu tidak benar, karena aku hanya ingin menarik simpati saja. Memang aku akui tempat ini bersih dan juga pelayanannya ramah, tapi aku ini masih cukup sehat dibanding penghuni lainnya dan lebih muda. Aneh saja aku sudah tinggal di sini. Malu dong. Nanti setelah keluar dari sini, aku akan pamer ke mereka yang pernah menggunjingku. Biar mereka panas. “Sudah, Bu?“ tanya Sherly membuyarkan lamunanku. Aku sedikit tergagap lalu bangkit berdiri dan langsung bersiap.“Sudah, makasih ya, Sherly. Kamu memang anak yang baik.““Sama-sama, Bu. Ma

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    186. Ubah rencana

    ”Hallo ... assalamualaikum.““Waalaikumsalam, ini dari Rumah Pelita, benar kan ya ini nomornya Bu Sherly, walinya dari Ibu Leni?““Ah ya, benar. Kenapa ya? Apa ada masalah?“ tanyaku lagi. Jujur hatiku berdegup tidak karuan. Jangan sampai Bu Leni berbuat ulah lagi di sana.“Begini, Bu. Apa bisa kalau Ibu ke sini sebentar? Mau membicarakan sedikit masalah yang bersangkutan dengan Bu Leni. Mohon maaf ya, Bu. Kalau mengganggu waktunya ibu.““Harus sekarang ya, Bu?““Ya enggak harus, tapi semakin cepat lebih baik.“Bunda menyenggol lenganku. “Kenapa?“tanyanya tanpa mengeluarkan suara.Aku menggeleng. “Baik, Bu. Kami ke sana sekarang.““Baik, kami tunggu ya, Bu. Hati-hati di jalan.“Sambungan telepon terputus.Lalu aku menoleh ke arah bunda. “Sepertinya ada masalah di panti, Bun. Kita ke sana dulu ya?““Loh, periksa saja dulu, Sherly. Nanti baru ke sana.““Enggak pihak sana sudah menunggu, periksanya bisa kapan-kapan kok. Ini sudah sehat lagi.““Bi, tolong belok ke panti dulu sebentar ya!

DMCA.com Protection Status