Share

Bab 151. Ada hikmah dibalik masalah

“Ibu selalu memohon terus sama bapak. La gimana, Bapak juga terlanjur makan ati. Sudah tidak ada rasa.“

Aku bergeming, menggigit bibir.

“Sekarang ibu mana, Pak?“ tanyaku kemudian, baru teringat dari tadi ibu belum nampak juga.

“Lagi ke gang depan sana. Itu Maria pengen makan tempura yang dijual ibu-ibu di sana. Mungkin ngantri jadi belum pulang sekarang,” ujar Bapak sembari menunjuk keluar dengan dagunya.

“Ibu kok makin kurus. Apa bapak sudah tidak peduli lagi,” tanyaku sedikit memberanikan diri setelah maju mundur tertahan di tenggorokan.

“Biar sadar. Jadi orang itu jangan semena-mena.“

“Tapi, Pak. Apa enggak kasihan?“

“Kasihan yang bagaimana tho, aku sudah mengijinkan ikut tinggal di sini. Awalnya bapaknya Maria marah besar ka Bapak. Tapi setelah tahu perlakuan Bapak ke Ibu, bapaknya Maria pun sudah tidak marah lagi, saat tahu anaknya lebih aku utamakan.“

Aku menelan ludah. Hati ini ikut berdiri, dari cerita yang dilontarkan bapak. Pasti Ibu tidak mendapatkan perhatian. Menjadi urut
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status