"Aku bersyukur kau berada di sini..." kata Ksatria Pengembara. Lalu dia ingat pada ucapan Ruhcinta tadi.
"Kata-katamu tadi, apakah kau sudah lama berada di sini dan mendengar”
"Aku mendengar semua yang dikatakan dua gadis kembar itu. Aku juga mendengar apa yang diucapkan Dewi Awan Putih..." kata Ruhcinta sambil tersenyum. Senyuman yang benar-benar tulus dan membuat hati Ksatria Pengembara merasa sejuk hingga kemarahan dan kejengkelannya berangsur lenyap.
"Kau... kau mempercayai apa yang mereka katakan?" Bintang bertanya.
"Kau tidak boleh bertanya seperti itu. Tapi kau justru harus membuktikan bahwa kau tidak melakukan apa yang dituduhkan mereka”
"Mereka bertiga menuduhku. Aku sendirian! Fitnah mereka dalam waktu singkat tentu akan tersebar luas di Negeri Jin ini. Sebelum aku bisa membuktikan diriku tidak berbuat keji, namaku sudah tak karuan tercemar."
"Itulah hidup. Ketulusan kasih tidak selalu muncul cerah dimana-mana. Sesekali
Tertegun sendirian Bintang ingat pada ucapan Jin Raja Obat alias Jin Seribu Obat dan Ruhrinjani yaitu bahwa di Negeri Jin ini ada seorang gadis yang mencintainya dengan sepenuh hati, ”Ruhjelita jelas bukan, entah kalau dia bersandiwara," pikir Ksatria Pengembara, ”Dewi Awan Putih juga pasti bukan. Dulu selendangnya saja dimintanya kembali. Tadi sikapnya begitu ketus dan garang. Selain itu Ruhjelita atau Dewi Awan Putih masih kucurigai sebagai pelaku yang hendak meracuni diriku dengan mawar kuning di telaga tempo hari. Lalu bagaimana dengan Ruhcinta?" Bintang berpikir-pikir. ”Dulu Jin Seribu Obat pernah mengatakan bahwa diantara sekian banyak gadis di Negeri Jin ini hanya Ruhcinta seorang yang mencintai diriku. Mungkin benar. Walau dia agak mencurigai aku telah berbuat aib tapi tadi dia menunjukkan sikap lembut. Mungkin gadis satu ini pandai menyembunyikan perasaan hatinya? Kalau aku terlalu mempercayai ucapan Jin Seribu Obat dan Ruhrinjani, aku khawatir terla
Yang tegak di hadapan Bintang saat itu adalah seorang nenek angker. Sebagian besar wajahnya tidak berdaging lagi, terkelupas begitu rupa hingga tulang kening, pipi, hidung, mulut dan dagu menyembul putih mengerikan. Mata kirinya hanya merupakan satu rongga besar sementara bola matanya tersembul bergelantungan keluar. Bagian depan pakaian hijau si nenek sengaja dibuka hingga dada dan sebagian perutnya kelihatan jelas. Dada dan perut inipun tidak lagi berdaging hingga tulang dada dan tulang-tulang iganya menyembul menyeramkan!"Hik... hik!" Si nenek tertawa pendek. ”Anak muda berambut panjang! Matamu melotot, keningmu mengerenyit tanda berpikir. Apakah kau ingat dan sudah mengenali siapa diriku?!"”Gadis cantik saja jarang kuingat-ingat apa lagi kau yang sudah nenek dan buruk pula!" Bintang lalu tertawa gelak-gelak. Lalu dia menyambung ”Pakaianmu boleh juga Nek! Cuma kurang kau buka sampai ke bawah. Kalau lebih ke bawah pasti aku bisa melihat pemandanga
Ketika melihat si nenek bermuka dan berpakaian serba kuning ini kaget Bintang bukan alang kepalang. Ternyata si nenek yang dikenal dengan nama Ruhkentut alias Jin Selaksa Kentut atau Jin Selaksa Angin ini adalah kambratnya Sepasang Jin Bercinta!Menghadapi dua kakek nenek aneh itu bukan hal mudah, apalagi kalau mereka dibantu pula oleh Ruhkentut!Sungguh Bintang tidak menduga kalau Sepasang Jin Bercinta punya hubungan tertentu dengan si nenek muka kuning."Celaka! Bagaimana urusan bisa kapiran begini!" Bintang mengeluh dalam hati ”Jangan-jangan nenek tukang kentut itu tahu kalau aku menipunya! Tapi siapa tahu ada harapan. Kulihat dia masih asyik menenggak kibul ayam jantan! Seolah tidak acuh akan kehadiranku!" Tapi saat itu si nenek justru putar kepala, memandang melotot pada Bintang dengan mulut gembung karena tersumpal kibul ayam.Ketika melihat Bintang, Jin Selaksa Kentut tak kalah kejutnya. Mulutnya termonyong-monyong. Dia segera telan habis kib
"Buuuttttt..." Kembali terdengar kentut panjang nenek muka kuning, disusul ucapannya."Luar biasa! Anak muda rambut panjang! Ilmu apa yang kau pergunakan menghantam kakek jelek itu! Hik... hiik... hik...?" Di samping kiri si nenek muka kuning tertawa cekikikan. Untuk kesekian kalinya tangannya siap memuntir kibul seekor ayam jantan.Terhuyung-huyung, dengan dada sesak dan darah mengucur di sela bibir, Pajahilio bangkit berdiri. Memandang ke samping kiri dia keluarkan seruan tertahan. Tadi ketika melihat kekasihnya saling mencengkeram dengan nenek muka kuning dia berusaha untuk membantu karena tahu betul bahaya besar yang mengancam Ruhjahilio. Tapi gerakannya dihadang oleh Bintang. Kini ketika dia memperhatikan kagetnya bukan alang kepalang melihat apa yang terjadi. Saat itu Ruhjahilio dilihatnya tegak sambil pegangi jidatnya. Di jidat itu kini menempel potongan tangan kanan miliknya sendiri! Sebatas lengan sampai ke ujung jari. Dengan muka pucat si nenek berusaha menan
"Bunda Dewi kau sangat baik hati. Tapi bagaimana kalau pemuda itu berdendam terhadapku dan melakukan sesuatu yang tidak baik?" tanya Dewi Awan Putih pula."Kau tak usah kawatir Hai kerabatku. Aku sendiri yang akan turun tangan menghadapinya jika dia berani berbuat begitu. Kalau perlu kita bisa pergunakan para tokoh Jin di Negeri Jin untuk membantu. Jangan harap dia bisa kembali ke tanah asalnya jika dia berani mencideraimu..." Bunda Dewi diam sejenak. Lalu dia bertanya. ”Dewi Awan Putih, apakah kau pernah mengatakan isi hatimu pada pemuda bernama Bintang itu? Apakah dia tahu kau mencintainya?"Sepasang mata biru Dewi Awan Putih memandang lekat-lekat pada Bunda Dewi, seolah membesar dan berbinar. Di lubuk hatinya dia berkata, ”Aku memang tidak pernah berterus terang pada Bintang. Tidak mungkin seorang perempuan, apa lagi seorang Dewi mendahului membuka isi hatinya. Namun... mungkin ketidak tahuan ini membuat dia bersikap seperti itu padaku. Tapi apa gunanya.
Dewi Awan Putih hendak melangkah pergi ketika tiba-tiba pandangannya membentur sesuatu pada jambangan paling besar di sebelah bawah. Sang Dewi membungkuk agar bisa melihat lebih jelas. Tidak percaya pada apa yang dilihatnya dia ulurkan tangan mengambil benda itu. Yang diambil Dewi Awan Putih, terselip di antara kembang-kembang bagus dan harum ternyata adalah dua buah bunga mawar kuning."Mawar kuning..." desis Dewi Awan Putih ”Bunga ini hanya tumbuh di Taman Larangan. Mengapa bisa berada di sini? Apakah Bunda Dewi tahu kalau dua kuntum mawar kuning ini terselip di antara bunga-bunga lainnya dalam jambangan?" Tiba-tiba Dewi Awan Putih ingat. Tangannya bergetar ”Mawar kuning ini mawar beracun! Mawar inilah yang tempo hari hampir membunuh Bintang di telaga. Hai para Dewa! Jangan-jangan...!”Takut keracunan Dewi Awan Putih selipkan kembali dua kuntum mawar kuning itu di antara bunga-bunga dijambangan rotan paling bawah. Namun selintas pikiran muncul di be
"Dewi Awan Putih, dengar baik-baik apa yang akan kukatakan. Aku tidak suka kau memikat suamiku! Aku tidak suka melihat kau bercinta dengan Maithatarun!""Mahluk kurang ajar! Siapa memikat suamimu! Siapa bercinta dengan Maithatarun!" Teriakan Dewi Awan Putih menggelegar di dalam kamar besar itu."Jangan kira aku buta Hai Dewi Awan Putih. Aku punya kemampuan melihat apa yang kau lakukan. Aku punya kemampuan mengawasi tindak tanduk suamiku!""Kalau kau mempunyai kemampuan mengapa kau tidak bertindak ketika Maithatarun bercinta di sebuah goa batu pualam dengan Ruhjelita?! Jika kau punya kemampuan mengapa kau tidak bertindak terhadap Ruhsantini istri Jin Bara Kaliatus yang sejak beberapa lama ini selalu kemana-mana bersama Maithatarun?!"Ruhrinjani tertawa panjang mendengar kata-kata Dewi Awan Putih itu ”Kau hendak mengalihkan pembicaraan. Saat ini bukan Perihal gadis bernama Ruhjelita itu yang ingin aku bicarakan. Soal Ruhsantini tidak usah kau korek-ko
Begitu dia membuka sepasang matanya lebih besar, dua gadis berparas cantik, sama-sama mengenakan pakaian putih dan sama-sama berambut pirang tahu-tahu telah berlutut di hadapannya."Cucuku Ruhkemboja dan Ruhkenanga. Lama aku menunggu akhirnya kalian datang juga. Apakah kalian berhasil melaksanakan tugas. Mendapatkan benda yang aku inginkan?"Dua gadis cantik yang bukan lain adalah Sepasang Gadis Bahagia tundukkan kepala lalu sama-sama menjawab ”Berkat petunjukmu kami berhasil mendapatkannya." Ternyata dua gadis kembar ini adalah cucu-cucu dari tokoh paling terkemuka di Negeri Jin yakni yang dikenal dengan julukan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab.Tidak menunggu lebih lama gadis bernama Ruhkemboja segera keluarkan tongkat batu biru dari balik pakaiannya lalu diserahkan pada si kakek.Jin Sejuta Tanya menyambut benda itu dengan wajah berseri-seri dan mata berkilat-kilat. Tongkat batu diusapnya berulangkali ”Tongkat Bahagia Biru..." kata si kakek pe