Ketika melihat si nenek bermuka dan berpakaian serba kuning ini kaget Bintang bukan alang kepalang. Ternyata si nenek yang dikenal dengan nama Ruhkentut alias Jin Selaksa Kentut atau Jin Selaksa Angin ini adalah kambratnya Sepasang Jin Bercinta!
Menghadapi dua kakek nenek aneh itu bukan hal mudah, apalagi kalau mereka dibantu pula oleh Ruhkentut!
Sungguh Bintang tidak menduga kalau Sepasang Jin Bercinta punya hubungan tertentu dengan si nenek muka kuning.
"Celaka! Bagaimana urusan bisa kapiran begini!" Bintang mengeluh dalam hati ”Jangan-jangan nenek tukang kentut itu tahu kalau aku menipunya! Tapi siapa tahu ada harapan. Kulihat dia masih asyik menenggak kibul ayam jantan! Seolah tidak acuh akan kehadiranku!" Tapi saat itu si nenek justru putar kepala, memandang melotot pada Bintang dengan mulut gembung karena tersumpal kibul ayam.
Ketika melihat Bintang, Jin Selaksa Kentut tak kalah kejutnya. Mulutnya termonyong-monyong. Dia segera telan habis kib
"Buuuttttt..." Kembali terdengar kentut panjang nenek muka kuning, disusul ucapannya."Luar biasa! Anak muda rambut panjang! Ilmu apa yang kau pergunakan menghantam kakek jelek itu! Hik... hiik... hik...?" Di samping kiri si nenek muka kuning tertawa cekikikan. Untuk kesekian kalinya tangannya siap memuntir kibul seekor ayam jantan.Terhuyung-huyung, dengan dada sesak dan darah mengucur di sela bibir, Pajahilio bangkit berdiri. Memandang ke samping kiri dia keluarkan seruan tertahan. Tadi ketika melihat kekasihnya saling mencengkeram dengan nenek muka kuning dia berusaha untuk membantu karena tahu betul bahaya besar yang mengancam Ruhjahilio. Tapi gerakannya dihadang oleh Bintang. Kini ketika dia memperhatikan kagetnya bukan alang kepalang melihat apa yang terjadi. Saat itu Ruhjahilio dilihatnya tegak sambil pegangi jidatnya. Di jidat itu kini menempel potongan tangan kanan miliknya sendiri! Sebatas lengan sampai ke ujung jari. Dengan muka pucat si nenek berusaha menan
"Bunda Dewi kau sangat baik hati. Tapi bagaimana kalau pemuda itu berdendam terhadapku dan melakukan sesuatu yang tidak baik?" tanya Dewi Awan Putih pula."Kau tak usah kawatir Hai kerabatku. Aku sendiri yang akan turun tangan menghadapinya jika dia berani berbuat begitu. Kalau perlu kita bisa pergunakan para tokoh Jin di Negeri Jin untuk membantu. Jangan harap dia bisa kembali ke tanah asalnya jika dia berani mencideraimu..." Bunda Dewi diam sejenak. Lalu dia bertanya. ”Dewi Awan Putih, apakah kau pernah mengatakan isi hatimu pada pemuda bernama Bintang itu? Apakah dia tahu kau mencintainya?"Sepasang mata biru Dewi Awan Putih memandang lekat-lekat pada Bunda Dewi, seolah membesar dan berbinar. Di lubuk hatinya dia berkata, ”Aku memang tidak pernah berterus terang pada Bintang. Tidak mungkin seorang perempuan, apa lagi seorang Dewi mendahului membuka isi hatinya. Namun... mungkin ketidak tahuan ini membuat dia bersikap seperti itu padaku. Tapi apa gunanya.
Dewi Awan Putih hendak melangkah pergi ketika tiba-tiba pandangannya membentur sesuatu pada jambangan paling besar di sebelah bawah. Sang Dewi membungkuk agar bisa melihat lebih jelas. Tidak percaya pada apa yang dilihatnya dia ulurkan tangan mengambil benda itu. Yang diambil Dewi Awan Putih, terselip di antara kembang-kembang bagus dan harum ternyata adalah dua buah bunga mawar kuning."Mawar kuning..." desis Dewi Awan Putih ”Bunga ini hanya tumbuh di Taman Larangan. Mengapa bisa berada di sini? Apakah Bunda Dewi tahu kalau dua kuntum mawar kuning ini terselip di antara bunga-bunga lainnya dalam jambangan?" Tiba-tiba Dewi Awan Putih ingat. Tangannya bergetar ”Mawar kuning ini mawar beracun! Mawar inilah yang tempo hari hampir membunuh Bintang di telaga. Hai para Dewa! Jangan-jangan...!”Takut keracunan Dewi Awan Putih selipkan kembali dua kuntum mawar kuning itu di antara bunga-bunga dijambangan rotan paling bawah. Namun selintas pikiran muncul di be
"Dewi Awan Putih, dengar baik-baik apa yang akan kukatakan. Aku tidak suka kau memikat suamiku! Aku tidak suka melihat kau bercinta dengan Maithatarun!""Mahluk kurang ajar! Siapa memikat suamimu! Siapa bercinta dengan Maithatarun!" Teriakan Dewi Awan Putih menggelegar di dalam kamar besar itu."Jangan kira aku buta Hai Dewi Awan Putih. Aku punya kemampuan melihat apa yang kau lakukan. Aku punya kemampuan mengawasi tindak tanduk suamiku!""Kalau kau mempunyai kemampuan mengapa kau tidak bertindak ketika Maithatarun bercinta di sebuah goa batu pualam dengan Ruhjelita?! Jika kau punya kemampuan mengapa kau tidak bertindak terhadap Ruhsantini istri Jin Bara Kaliatus yang sejak beberapa lama ini selalu kemana-mana bersama Maithatarun?!"Ruhrinjani tertawa panjang mendengar kata-kata Dewi Awan Putih itu ”Kau hendak mengalihkan pembicaraan. Saat ini bukan Perihal gadis bernama Ruhjelita itu yang ingin aku bicarakan. Soal Ruhsantini tidak usah kau korek-ko
Begitu dia membuka sepasang matanya lebih besar, dua gadis berparas cantik, sama-sama mengenakan pakaian putih dan sama-sama berambut pirang tahu-tahu telah berlutut di hadapannya."Cucuku Ruhkemboja dan Ruhkenanga. Lama aku menunggu akhirnya kalian datang juga. Apakah kalian berhasil melaksanakan tugas. Mendapatkan benda yang aku inginkan?"Dua gadis cantik yang bukan lain adalah Sepasang Gadis Bahagia tundukkan kepala lalu sama-sama menjawab ”Berkat petunjukmu kami berhasil mendapatkannya." Ternyata dua gadis kembar ini adalah cucu-cucu dari tokoh paling terkemuka di Negeri Jin yakni yang dikenal dengan julukan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab.Tidak menunggu lebih lama gadis bernama Ruhkemboja segera keluarkan tongkat batu biru dari balik pakaiannya lalu diserahkan pada si kakek.Jin Sejuta Tanya menyambut benda itu dengan wajah berseri-seri dan mata berkilat-kilat. Tongkat batu diusapnya berulangkali ”Tongkat Bahagia Biru..." kata si kakek pe
"Hai para Dewa. Sungguh tak bisa kupercaya! Kacau sudah semua rencanaku. Bagaimana aku akan meneruskan. Pertanda Negeri Jin tak bisa diselamatkan! Malapetaka akan melanda negeri ini! Istana Surga Dunia akan menjadi pusat bahala. Nyawa akan bertabur dimana-mana. Darah akan menganak sungai membasahi negeri! Apa yang aku takutkan kelak akan terjadi! Hai para Dewa apa yang harus aku lakukan? Pemuda bernama Bintang! Hai, mengapa yang aku lihat dulu tentang dirimu tidak sama dengan kenyataan?!" Kembali kakek yang otaknya berada di luar kepala itu menggeleng berulang kali.Wajahnya yang keriput tampak memucat penuh kecewa. Ruhkemboja dan Ruhkenanga saling bertukar pandang mendengar ucapan Jin Sejuta Tanya Jawab yang tidak mereka mengerti itu."Kek, kalau kami boleh bertanya apa maksud semua ucapanmu tadi?" bertanya Ruhkemboja.Sang adik menyambung ”Kau punya rencana. Tapi kacau katamu. Rencana apa Kek? Malapetaka apa yang akan menimpa Negeri Jin? Ada
Arya sesaat diam saja. Lalu dengan suara perlahan dia berkata, ”Bayu, memang kita tidak boleh mengganggu orang yang sedang kalut. Urusan orang jangan dijadikan urusan kita." Lalu pada Dewi Awan Putih Arya berkata, ”Dewi, kami tidak berniat mengganggumu. Kami tidak berkeinginan mencampuri apapun yang jadi urusanmu. Kami kebetulan lewat di sini dan melihatmu sendirian. Karena kita bersahabat itu sebabnya kami mendatangi dan bertegur sapa. Kami tadinya ingin menanyakan apakah kau mengetahui dimana beradanya sahabat kami Bintang.""Pemuda itu, aku tak tahu dia berada di mana. Kalaupun tahu rasanya bukan menjadi urusanku”Bayu dan Arya kembali saling berpandangan, ”Kenapa dia jadi ketus judes begini. ?" Bisik Bayu."Jangan-jangan Bintang telah menyakitinya. Pasti terjadi sesuatu antara mereka!" jawab Arya."Kalaupun itu betul, itu urusan dia dengan Bintang. Tidak selayaknya dia bersikap seperti ini terhadap kita!" tukas Bayu."Ka
HANYA sesaat setelah Bayu dan Arya tinggalkan pedataran tinggi itu, Dewi Awan Putih merasa sekujur tubuhnya lemas. Dia terduduk di tanah. Wajahnya mengelam dan air mata tak kuasa dibendungnya. Dia mulai menangis sesengukan. Ucapan Bayu sangat memukul sanubarinya. Hatinya seperti disayat-sayat."Ucapan Bayu mungkin betul. Tapi.." Dewi Awan Putih tutupkan dua tangannya ke wajah dan menangis keras. Tiba-tiba hidungnya membaui sesuatu. Dia turunkan dua tangan, memandang berkeliling. Ketika dia mendongak ke atas, di langit dilihatnya ada satu bayangan biru berkelebat rendah menuju ke arah barat dimana saat itu sang surya yang hendak tenggelam menyaput langit dengan cahayanya yang merah keemasan."Bunda Dewi.." desis Dewi Awan Putih ”Dia turun lebih dulu dari aku. Mengapa baru sampai di sekitar sini. Hai, kulihat dia berputar-putar di sebelah sana. Itu arah Gunung Patinggimeru. Agaknya ada sesuatu yang tengah diperhatikannya di sekitar situ. Bukankah dia mengatakan pad
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig