Begitu dia membuka sepasang matanya lebih besar, dua gadis berparas cantik, sama-sama mengenakan pakaian putih dan sama-sama berambut pirang tahu-tahu telah berlutut di hadapannya.
"Cucuku Ruhkemboja dan Ruhkenanga. Lama aku menunggu akhirnya kalian datang juga. Apakah kalian berhasil melaksanakan tugas. Mendapatkan benda yang aku inginkan?"
Dua gadis cantik yang bukan lain adalah Sepasang Gadis Bahagia tundukkan kepala lalu sama-sama menjawab ”Berkat petunjukmu kami berhasil mendapatkannya." Ternyata dua gadis kembar ini adalah cucu-cucu dari tokoh paling terkemuka di Negeri Jin yakni yang dikenal dengan julukan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Tidak menunggu lebih lama gadis bernama Ruhkemboja segera keluarkan tongkat batu biru dari balik pakaiannya lalu diserahkan pada si kakek.
Jin Sejuta Tanya menyambut benda itu dengan wajah berseri-seri dan mata berkilat-kilat. Tongkat batu diusapnya berulangkali ”Tongkat Bahagia Biru..." kata si kakek pe
"Hai para Dewa. Sungguh tak bisa kupercaya! Kacau sudah semua rencanaku. Bagaimana aku akan meneruskan. Pertanda Negeri Jin tak bisa diselamatkan! Malapetaka akan melanda negeri ini! Istana Surga Dunia akan menjadi pusat bahala. Nyawa akan bertabur dimana-mana. Darah akan menganak sungai membasahi negeri! Apa yang aku takutkan kelak akan terjadi! Hai para Dewa apa yang harus aku lakukan? Pemuda bernama Bintang! Hai, mengapa yang aku lihat dulu tentang dirimu tidak sama dengan kenyataan?!" Kembali kakek yang otaknya berada di luar kepala itu menggeleng berulang kali.Wajahnya yang keriput tampak memucat penuh kecewa. Ruhkemboja dan Ruhkenanga saling bertukar pandang mendengar ucapan Jin Sejuta Tanya Jawab yang tidak mereka mengerti itu."Kek, kalau kami boleh bertanya apa maksud semua ucapanmu tadi?" bertanya Ruhkemboja.Sang adik menyambung ”Kau punya rencana. Tapi kacau katamu. Rencana apa Kek? Malapetaka apa yang akan menimpa Negeri Jin? Ada
Arya sesaat diam saja. Lalu dengan suara perlahan dia berkata, ”Bayu, memang kita tidak boleh mengganggu orang yang sedang kalut. Urusan orang jangan dijadikan urusan kita." Lalu pada Dewi Awan Putih Arya berkata, ”Dewi, kami tidak berniat mengganggumu. Kami tidak berkeinginan mencampuri apapun yang jadi urusanmu. Kami kebetulan lewat di sini dan melihatmu sendirian. Karena kita bersahabat itu sebabnya kami mendatangi dan bertegur sapa. Kami tadinya ingin menanyakan apakah kau mengetahui dimana beradanya sahabat kami Bintang.""Pemuda itu, aku tak tahu dia berada di mana. Kalaupun tahu rasanya bukan menjadi urusanku”Bayu dan Arya kembali saling berpandangan, ”Kenapa dia jadi ketus judes begini. ?" Bisik Bayu."Jangan-jangan Bintang telah menyakitinya. Pasti terjadi sesuatu antara mereka!" jawab Arya."Kalaupun itu betul, itu urusan dia dengan Bintang. Tidak selayaknya dia bersikap seperti ini terhadap kita!" tukas Bayu."Ka
HANYA sesaat setelah Bayu dan Arya tinggalkan pedataran tinggi itu, Dewi Awan Putih merasa sekujur tubuhnya lemas. Dia terduduk di tanah. Wajahnya mengelam dan air mata tak kuasa dibendungnya. Dia mulai menangis sesengukan. Ucapan Bayu sangat memukul sanubarinya. Hatinya seperti disayat-sayat."Ucapan Bayu mungkin betul. Tapi.." Dewi Awan Putih tutupkan dua tangannya ke wajah dan menangis keras. Tiba-tiba hidungnya membaui sesuatu. Dia turunkan dua tangan, memandang berkeliling. Ketika dia mendongak ke atas, di langit dilihatnya ada satu bayangan biru berkelebat rendah menuju ke arah barat dimana saat itu sang surya yang hendak tenggelam menyaput langit dengan cahayanya yang merah keemasan."Bunda Dewi.." desis Dewi Awan Putih ”Dia turun lebih dulu dari aku. Mengapa baru sampai di sekitar sini. Hai, kulihat dia berputar-putar di sebelah sana. Itu arah Gunung Patinggimeru. Agaknya ada sesuatu yang tengah diperhatikannya di sekitar situ. Bukankah dia mengatakan pad
Dalam hati Bintang bertanya-tanya apa maksud sang Dewi bahwa dia lebih suka udara malam yang gelap hingga tidak ada yang melihat mereka berdua di kawasan bukit batu aneh itu."Bunda Dewi, apakah kau memang sengaja mencari diriku?"Sang Dewi anggukkan kepala ”Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Pembicaraan ini cukup panjang. Mari kita memilih tempat duduk yang enak”Bintang jadi merasa tidak enak ”Bagaimana kalau sebelum pembicaraan selesai tahu-tahu Ruhcinta muncul?""Hai, parasmu sesaat terlihat gelisah. Apakah kehadiranmu di tempat ini tengah menunggu seseorang?" bertanya Bunda Dewi.”Aku menunggu dua orang sahabatku. Bayu dan Arya. Kami berjanji bertemu di bukit batu ini," kata Bintang berdusta. Lalu dia memandang berkeliling dan berkata."Batu panjang tempat aku berdiri ini cukup baik untuk tempat kita duduk berbicara. Kau duduk di sebelah sana, aku di ujung sini."Sang Dewi mengangguk tanda setuju. Keduan
"Bisa saja dia memang melihat kami berdua. Tapi apa yang dilihatnya? Ketika saya masuk ke dalam goa, gadis bernama Ruhjelita itu memang sudah tidak dalam keadaan berpakaian. Dia telah menjadi korban kebejatan”"Tunggu dulu Hai pemuda bernama Bintang. Dewi Awan Putih tidak mungkin berdusta..." memotong Bunda Dewi."Saya tidak mengatakan dia berdusta. Mungkin sekali dia hanya melihat ekor dari satu kejadian. Dia tidak melihat permulaan, ketika saya masuk dan menemukan Ruhjelita. Ketika saya menolongnya. Saya tidak mengerti, mengapa Dewi Awan Putih mempunyai dugaan serta tuduhan seperti itu. Padahal dia mungkin hanya melihat sebagian dari kejadian”"Anggaplah Dewi Awan Putih melihat bagian terakhir dari apa yang terjadi. Tapi bagaimana dengan dua gadis kembar berjuluk Sepasang Gadis Bahagia itu? Mereka melihat bagian pertama dari apa yang terjadi!""Bunda Dewi, tadi kau menolak memberitahu siapa sumber yang menebar berita. Kini akhirnya kau mengu
Bunda Dewi yang tadi mengajukan pertanyaan diam-diam sebenarnya juga ingin sekali mendengar jawaban Ksatria Pengembara. Tanpa diketahui orang ini, satu sosok lain di kegelapan malam menahan debaran yang menggoncang dadanya. Dia juga ingin tahu apa yang akan keluar sebagai jawaban dari mulut Bintang. Apakah masih sama seperti yang dulu pernah didengarnya? Dan orang ini adalah gadis cantik bernama Ruhcinta. Di samping kiri orang ini, dua orang yang ikut bersamanya juga merasa tegang. Salah seorang diantara mereka bukan lain Bayu adanya, berbisik pada kawan di sebelahnya yaitu Arya ”Kalau salah Dia berucap, sahabat kita ini bisa seperti disambar petir!"Sang kawan menjawab. ”Aku tidak mengira kita akan kedahuluan Bunda Dewi. Lebih celaka lagi kalau Dewi Awan Putih juga sudah ada di sekitar sini!"Yang diajak bicara memandang berkeliling. Lalu berkata, ”Orang yang menurut sahabat kita ini katanya akan muncul di bukit batu ini juga belum kelihatan. Kalau d
Empat langkah di hadapan mereka tegak satu sosok tubuh tinggi besar memiliki sepasang mata angker. Bola matanya tidak berbentuk bundar melain-kan berupa segitiga memancarkan warna hijau. Yang luar biasanya orang ini mempunyai kepala dengan dua wajah. Wajah di sebelah depan berupa wajah seorang lelaki separuh baya berwarna putih. Sedang di wajah sebelah belakang berwarna hitam keling."Jin Muka Seribu!” seru Ruhkemboja."Dia yang mencuri tongkat biru kita!" teriak Ruhkenanga.Orang bermuka dua yang memang adalah Jin Muka Seribu tertawa bergelak ”Gadis-gadis cantik! Aku sudah lama mengincar kalian! Malam ini bakal merupakan malam bahagia bagi kita bertiga!""Makhluk muka dua! Apa maksudmu?!" sentak Ruhkemboja."Kembalikan tongkat itu pada kami!" teriak Ruhkenanga.Jin Muka Seribu kembali tertawa ”Aku tidak mungkin mengembalikan tongkat batu ini. Benda ini sudah ditakdirkan menjadi milikku! Tapi jika kalian memang menginginkan
Suara kaki-kaki yang berlari terdengar makin keras ”Mereka mulai mendekat," kata Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Tak selang berapa lama kakek ini melihat satu pemandangan aneh dihadapannya.Enam orang lelaki bertubuh besar bertelanjang dada mengusung sebuah tandu yang ditutupi sehelai tikar tipis terbuat dari jerami kering berwarna hitam. Mereka berlari berputar-putar mengelilingi Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang tengah duduk di satu pedataran tinggi menghadap ke laut Setelah memperhatikan sesaat dan enam pengusung tandu seperti tidak mau hentikan larinya, hilanglah kesabaran si kakek. Dia pukulkan telapak tangan kanannya ke tanah.Bukit pasir di tepi laut itu bergoncang seperti di landa gempa. Debu dan pasir membubung sampai setinggi tiga tombak. Enam pengusung tandu ter-huyung-huyung. Jika mereka tidak segera jatuhkan diri berlutut niscaya ke enamnya akan jatuh berserabutan di tanah."Enam lelaki sinting kesasar! Pertunjukkan arak-arakan gil