Bintang dan Destywuni terus saja ngobrol. Gadis itu tampak periang dan cepat sekali akrab dengan orang
yang baru dikenalnya. Kelihatannya mereka seperti sudah saling mengenal begitu lama. Tidak ada lagikecanggungan, bahkan kadang-kadang mereka tertawa kalau ada perkataan yang menggelitik hati. Ini dimungkinkan karena Destywuni memiliki banyak bahan pembicaraan. Lagi sikapnya begitu periang, lincah, dan cepat akrab."Sebentar. .," kata Bintang tiba-tiba ketika melihat Ki Sarmin memberi tanda memanggilnya. Bintang segera bangkit dan berjalan ke belakang. Ki Sarmin sudah menghilang di balik pintu belakang kedai ini. Bintang menjumpai laki-laki tua itu sedikit berlindung pada dinding dengan benak dipenuhi tanda tanya.
"Ada apa?" tanya Bintang.
"Ssst...!" Ki Sarmin menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya sendiri.
"Ada apa?" tanya Bintang lagi. Kali ini suaranya terdengar berbisik.
"Hati-hati! Perempuan itu Dewi Mawar Hitam” kata Ki S
Bayan Sangkuri tetap yakin kalau yang ada di hadapannya sekarang ini adalah Gusti Prabu Setyo Kencana yang agung. Meskipun dia bukan undangan khusus waktu itu, tapi sempat melihat jelas wajah Bintang ketika dinobatkan sebagai Gusti Prabu di Setyo Kencana. Keyakinan Bayan Sangkuri ini membuat Bintang sedikit kikuk mulanya. Meskipun sudah diyakinkan dan disanggah semua keyakinan Sangkuri, tapi tetap saja sesepuh Desa Jati Wangi itu menganggap Bintang adalah Gusti Prabu Setyo Kencana. Dengan demikian berarti seluruh rakyat Desa Jati Wangi berada di bawah kekuasaannya karena Desa Jati Wangi berada dibawah kekuasaan Kerajaan Setyo Kencana."Maafkan atas penyambutan kami yang kurang berkenan di hati Gusti Prabu," kata Bayan Sangkuriseraya membungkukkan badannya.Bintang mengangkat bahunya melihat Ki Sarmin, Somad, Mirad dan Ki Parung serentak duduk bersimpuh di lantai kedai ini, mengikuti sikap Bayan Sangkuri. Bintang tidak bisa berbuat apa-apa lagi setelah Bayan Sangk
“Kau datang menyelinap seperti maling. Apa maksudmu menguping pembicaraan kami!" bentak Bintang tidak kalah dinginnya."He he he..., hiyat!!" orang yang berjuluk Cakar Racun itu tertawa sejenak, tapi tiba-tiba saja tangankanannya menghentak ke samping."Awas...!" teriak Bintang terkejut.Dari jari-jari tangan Cakar Racun meluncur beberapa butir benda kecil berwarna hitam, dan melurukcepat ke arah orang-orang yang ada di depan kedai. Secepat kilat Bintang mengibaskan tangannya, dan...Glarrr...!Ledakan keras terjadi saat cahaya merah yang meluncur dari telapak tangan Bintang menghantambutir-butir kecil berwarna hitam itu.“Kalian menyingkir semua!" teriak Bintang.Ki Parung dan Bayan Sangkuri segera memerintahkan beberapa orang yang ada di sekitar halaman depan kedai itu untuk segera menyingkir. Bintang kembali memusatkan perhatiannya pada Cakar Racun yang terkekeh-kekeh."Hebat.., hebat! Kau mampu
"Sudah kuperingatkan, jangan salahkan aku kalau semua penduduk di sini mati karena mereka memangtolol semua!" kata Cakar Racun pongah."Perbuatanmu sudah melewati batas, Cakar Racun. Sudah sepantasnya aku menjatuhkan hukumanbuatmu!" kata Bintang dingin dan datar suaranya."He he he..., hukuman apa yang akan kau berikan! padaku" Atau kau sendiri yang akan kukirim ke neraka!" tantang Cakar Racun makin pongah."Bersiaplah untuk menerima hukumanku, Cakar Racun!" Bintang menggeram."He he-he...," Cakar Racun terkekeh saja."Hih, yeaaah...!" Bintang langsung membuka jurus 'Tendangan Tanpa Bayangan' tingkat akhirnya.Seketika itu juga kedua kaki Ksatria Pengembara berubah biru terang. Cakar Racun pun segera mengerahkan jurus andalannya yang diberi nama 'Sepuluh Jari Racun'. Dua tokoh sakti itu kini sudah saling berhadapan dengan mempersiapkan jurus andalannya masing-masing. Beberapa saat satu sama lain hanya s
"Aaaakh...!" si Cakar Racun berteriak melengking.Dalam gulungan cahaya biru. tubuh Cakar Racun menggeliat-geliat di tanah. Bintang mendarat lunakdekat tubuh yang menggelepar-gelepar tergulung cahaya petir biru. Bintang mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Sambil berteriak keras, dihantamnya tubuh Cakar Racun dengan kedua tangan yang terkepal.DHUAR...!!!Suara ledakan keras terdengar bersamaan dengan hancurnya tubuh Cakar Racun. Asap mengepul daritanah yang berlubang besar dan dalam di depan Bintang. Sambil menarik napas panjang, Bintang bangkit berdiri.“Kuburkan tubuhnya di dalam lubang ini," kata Bintang begitu Bayan Sangkuri menghampiri."Baik, Gusti. Hamba laksanakan," jawab Bayan Sangkuri sambil membungkuk hormat.Bayan Sangkuri segera memerintahkan beberapa orang pemuda yang entah kapan datangnya, untukmengurusi mayat Cakar Racun. Bintang melangkahkan kakinya menuju kedai Ki Sarmin yang bagian depannya porak-po
''Aryasuta...!" sentak Datuk Tuak terkejut.'Tidak ada gunanya lagi dia menyamar, Datuk Tuak! Aku tidak Ingin dia celaka. Semua orang pasti mencurigainya, bahkan bukannya tidak mungkin ada yang mengenali penyamarannya!" Aryasuta beralasan."Setan Muka Hitam, cepatlah pergi. Bawa Dewi Mawar Hitam ke sini," kata Datuk Tuak bisa mengerti alasan Aryasuta."Baik, aku pergi dulu," pamit Setan Muka Hitam."Hati-hati! Jangan sampai ada yang melihatmu," pesan Datuk Tuak.Setan Muka Hitam hanya tersenyum saja, kemudian melesat cepat. Dalam sekejap saja bayangannya sudah hilang dari pandangan mata Aryasuta masih duduk merenung di atas batu hitam. Pikirannya jadi kacau dengan kematian Cakar Racun di tangan Pendekar itu. Sementara Datuk Tuak sudah asyik dengan bumbung-bumbung tuaknya.Sementara itu di Desa Jati Wangi, Dewi Mawar Hitam yang menyamar sebagai Destywuni tengah merajuk kenikmatan dengan seorang pemuda di kamar penginapannya. Pemuda tampan yan
“Kau memang hebat, Jarwo. Tapi aku tidak membutuhkanmu lagi!" dingin suara Dewi Mawar Hitam."Ja.,.. Akh!"Dengan kecepatan yang sulit diikuti mata, mendadak saja Dewi Mawar Hitam melemparkan sekuntum bunga mawar hitam yang terbuat dari logamkeras, dan kini menancap di dada pemuda itu. Dewi Mawar Hitam tersenyum melihat tubuh laki-laki yang telah memuaskan nafsunya tadi telah tergeletak takbernyawa dengan dada berlubang berlumuran darah."Hm..., apa yang dilakukannya di atas...?" bisik Dewi Mawar Hitam bergumam lirih.Hanya dengan satu genjotan saja, tubuh ramping itu melesat ke atas, dan menjebol atap kamar penginapan ini. Dewi Mawar Hitam tahu-tahu sudah berada di luar, dan dengan manis hinggap di atas atap. Wajahnya langsung berubah ketika melihat di depannya telah berdiri seorang lelaki muda tampan dengan kepala mengenakan blangkon."Bintang...," desis Dewi Mawar Hitam mengenali pemuda tampan di depannya."Mau apa kau k
"Akh...!" Dewi Mawar Hitam memekik kaget. Tepat ketika kedua kaki Bintang yang bergerak cepat mengarah kepalanya, Dewi Mawar Hitam menjatuhkan diri dan bergulingan beberapa kali di tanah. Cepat sekali dilentingkan tubuhnya, dan kembali bangkit berdiri.Namun belum juga melanjutkan jurus 'Seribu Mawar Berbisa'nya kembali, Bintang telah kembali menyerang dengan jurus ‘Telapak Bayangan’nya."Setan!" Dewi Mawar Hitam mengumpat geram.Pertarungan Bintang melawan Dewi Mawar Hitam terus berlangsung sengit. Dewi Mawar Hitam sudah menggunakan jurus-jurus andalannya. Bahkan Dewi Mawar Hitam sudah menggunakan senjata yang paling diandalkannya, berupa tongkat pendek dengan kepala berbentuk bunga mawar yang sangat besar ukurannya. Dari kepala tongkat pendek itu mengepul uap tipis berwarna kehitaman. Uap itu menyebar mengikuti gerakan-gerakan tangan Dewi Mawar Hitam yang menggenggam tongkat itu."Senjata itu berbahaya sekali. Hawanya
MALAM ITU, Bintang dan beberapa pemuda Desa Jati Wangi tampak tengah meronda. Bintang meronda sendiri berkeliling Desa Jati Wangi kearah utara, sedangkan para pemuda Bintang perintahkan untuk meronda ke arah selatan.“Gusti Prabu!” sebuah teriakan yang tidak terlalu keras juga tidak terlalu pelan membuat langkah Bintang terhenti. Bintang menolehkan pandangannya, dapat dilihatnya seorang gadis tengah berdiri didepan beranda rumahnya. Bintang yakin gadis itulah yang tadi memanggilnya. Bintang tentu saja mengenali sosok gadis itu, dia adalah Tyas Kusumawangi, gadis yang pernah Bintang selamatkan dari kebejatan sang durjana beberapa malam lalu.Bintangpun segera datang menghampiri sosok Tyas Kusumawangi.“Silahkan mampir Gusti Prabu” ucap Tyas Kusumawangi meminta Bintang untuk duduk dibale-bale rumahnya. Bintang tersenyum tapi akhirnya menerima juga ajakan Tyas Kusumawangi untuk dibale-bale rumah tersebut. Tyas Kusumawangi sendiri terlihat te