"Aaaakh...!" si Cakar Racun berteriak melengking.
Dalam gulungan cahaya biru. tubuh Cakar Racun menggeliat-geliat di tanah. Bintang mendarat lunak
dekat tubuh yang menggelepar-gelepar tergulung cahaya petir biru. Bintang mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Sambil berteriak keras, dihantamnya tubuh Cakar Racun dengan kedua tangan yang terkepal.DHUAR...!!!
Suara ledakan keras terdengar bersamaan dengan hancurnya tubuh Cakar Racun. Asap mengepul dari
tanah yang berlubang besar dan dalam di depan Bintang. Sambil menarik napas panjang, Bintang bangkit berdiri.“Kuburkan tubuhnya di dalam lubang ini," kata Bintang begitu Bayan Sangkuri menghampiri.
"Baik, Gusti. Hamba laksanakan," jawab Bayan Sangkuri sambil membungkuk hormat.
Bayan Sangkuri segera memerintahkan beberapa orang pemuda yang entah kapan datangnya, untuk
mengurusi mayat Cakar Racun. Bintang melangkahkan kakinya menuju kedai Ki Sarmin yang bagian depannya porak-po''Aryasuta...!" sentak Datuk Tuak terkejut.'Tidak ada gunanya lagi dia menyamar, Datuk Tuak! Aku tidak Ingin dia celaka. Semua orang pasti mencurigainya, bahkan bukannya tidak mungkin ada yang mengenali penyamarannya!" Aryasuta beralasan."Setan Muka Hitam, cepatlah pergi. Bawa Dewi Mawar Hitam ke sini," kata Datuk Tuak bisa mengerti alasan Aryasuta."Baik, aku pergi dulu," pamit Setan Muka Hitam."Hati-hati! Jangan sampai ada yang melihatmu," pesan Datuk Tuak.Setan Muka Hitam hanya tersenyum saja, kemudian melesat cepat. Dalam sekejap saja bayangannya sudah hilang dari pandangan mata Aryasuta masih duduk merenung di atas batu hitam. Pikirannya jadi kacau dengan kematian Cakar Racun di tangan Pendekar itu. Sementara Datuk Tuak sudah asyik dengan bumbung-bumbung tuaknya.Sementara itu di Desa Jati Wangi, Dewi Mawar Hitam yang menyamar sebagai Destywuni tengah merajuk kenikmatan dengan seorang pemuda di kamar penginapannya. Pemuda tampan yan
“Kau memang hebat, Jarwo. Tapi aku tidak membutuhkanmu lagi!" dingin suara Dewi Mawar Hitam."Ja.,.. Akh!"Dengan kecepatan yang sulit diikuti mata, mendadak saja Dewi Mawar Hitam melemparkan sekuntum bunga mawar hitam yang terbuat dari logamkeras, dan kini menancap di dada pemuda itu. Dewi Mawar Hitam tersenyum melihat tubuh laki-laki yang telah memuaskan nafsunya tadi telah tergeletak takbernyawa dengan dada berlubang berlumuran darah."Hm..., apa yang dilakukannya di atas...?" bisik Dewi Mawar Hitam bergumam lirih.Hanya dengan satu genjotan saja, tubuh ramping itu melesat ke atas, dan menjebol atap kamar penginapan ini. Dewi Mawar Hitam tahu-tahu sudah berada di luar, dan dengan manis hinggap di atas atap. Wajahnya langsung berubah ketika melihat di depannya telah berdiri seorang lelaki muda tampan dengan kepala mengenakan blangkon."Bintang...," desis Dewi Mawar Hitam mengenali pemuda tampan di depannya."Mau apa kau k
"Akh...!" Dewi Mawar Hitam memekik kaget. Tepat ketika kedua kaki Bintang yang bergerak cepat mengarah kepalanya, Dewi Mawar Hitam menjatuhkan diri dan bergulingan beberapa kali di tanah. Cepat sekali dilentingkan tubuhnya, dan kembali bangkit berdiri.Namun belum juga melanjutkan jurus 'Seribu Mawar Berbisa'nya kembali, Bintang telah kembali menyerang dengan jurus ‘Telapak Bayangan’nya."Setan!" Dewi Mawar Hitam mengumpat geram.Pertarungan Bintang melawan Dewi Mawar Hitam terus berlangsung sengit. Dewi Mawar Hitam sudah menggunakan jurus-jurus andalannya. Bahkan Dewi Mawar Hitam sudah menggunakan senjata yang paling diandalkannya, berupa tongkat pendek dengan kepala berbentuk bunga mawar yang sangat besar ukurannya. Dari kepala tongkat pendek itu mengepul uap tipis berwarna kehitaman. Uap itu menyebar mengikuti gerakan-gerakan tangan Dewi Mawar Hitam yang menggenggam tongkat itu."Senjata itu berbahaya sekali. Hawanya
MALAM ITU, Bintang dan beberapa pemuda Desa Jati Wangi tampak tengah meronda. Bintang meronda sendiri berkeliling Desa Jati Wangi kearah utara, sedangkan para pemuda Bintang perintahkan untuk meronda ke arah selatan.“Gusti Prabu!” sebuah teriakan yang tidak terlalu keras juga tidak terlalu pelan membuat langkah Bintang terhenti. Bintang menolehkan pandangannya, dapat dilihatnya seorang gadis tengah berdiri didepan beranda rumahnya. Bintang yakin gadis itulah yang tadi memanggilnya. Bintang tentu saja mengenali sosok gadis itu, dia adalah Tyas Kusumawangi, gadis yang pernah Bintang selamatkan dari kebejatan sang durjana beberapa malam lalu.Bintangpun segera datang menghampiri sosok Tyas Kusumawangi.“Silahkan mampir Gusti Prabu” ucap Tyas Kusumawangi meminta Bintang untuk duduk dibale-bale rumahnya. Bintang tersenyum tapi akhirnya menerima juga ajakan Tyas Kusumawangi untuk dibale-bale rumah tersebut. Tyas Kusumawangi sendiri terlihat te
“Sepertinya aku memang harus sering berkeliling untuk melihat keadaan kehidupan diluar istana” batin Bintang setelah mendengar cerita Tyas Kusumawangi.“Kau tak perlu ke istana untuk bekerja Tyas, setelah pulang ke kotaraja, aku akan segera memerintahkan mahapatihku untuk membantu Desa Jati Wangi ini agar bisa makmur... Bagi yang berdagang akan kuberikan modal tanpa bunga agar masyarakat Desa Jati Wangi ini mampu memiliki usaha untuk menopang kehidupan keluarga mereka.. Untuk yang bertani atau berkebun akan kuberikan bantuan benih-benih untuk bercocok tanam secara gratis... Juga bagi yang berternak, aku akan memberikan hewan-hewan ternak yang dibutuhkan” ucap Bintang panjang lebar sehingga membuat wajah Tyas Kusumawangi terlihat berubah mendengarnya.“Tyas sendiri ingin melakukan apa untuk meningkatkan ekonomi keluarga bila istana memberikan bantuan modal?” tanya Bintang lagi hingga kembali membuat Tyas Kusumawangi terkejut dan terdi
Sebelum semuanya semakin tak terkendali, Bintang dengan cepat berucap ;“Baiklah kalau begitu Tyas, aku akan melanjutkan ronda lagi” ucap Bintang seraya bangkit berdiri, tapi sebelum Bintang berbalik angkat kaki dari tempat itu. Langkah Bintang terhenti saat merasakan satu tangan memegang tangannya, Bintang berpaling, rupanya Tyas Kusumawangi yang memegang tangannya dan menghalangi langkahnya.Tyas Kusumawangi sendiri dikeremangan malam, terlihat wajahnya memerah, dengan wajah memerah, Tyas Kusumawangi terlihat celingak celinguk memandang kesana kemari, seperti takut ada orang yang melihatnya, setelah merasa aman, dan tanpa basa basi Tyas Kusumawangi bangkit berdiri dan menarik tangan Bintang untuk mengikuti langkahnya kedalam rumah. Anehnya Bintang tak menolak hal itu.Begitu berada didalam rumah, Tyas Kusumawangi segera menutup kembali pintu rumahnya dan menguncinya, lalu berbalik, menghadap kearah Bintang yang saat itu berdiri mematung dihadapanny
Tyas Kusumawangi membiarkan Bintang melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, Bintang mundur dan memandangi tubuh telanjang yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak belok bulat. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya.Buah dadanya sungguh besar dan padat menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu Bintang lihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.“Ngapain hanya dilihat gusti...,” protesnya.“Aku kagum akan keindahan tubuhmu Tyas”, sahut Bintang dengan jujur.“Malam ini, semuanya milik Gusti Prabu”, katanya sambil merentangkan tangan
"Aku memang tidak akan menyangkut-pautkanmu, Nyi Pingkan! Tapi kau sudah tak berguna lagi bagiku!" dingin sekali suara Setan Muka Hitam berkata."Apa yang akan Tuan lakukan?" Nyi Pingkan gemetaran melihat tatapan Tajam Setan Muka Hitam yang menegang. Setan Muka Hitam tidak menyahut. Pelan-pelan kakinya terayun mendekati perempuan tua itu. Lalu dengan kecepatan kilat tangannya melayang, dan...."Akh!" Nyi Pingkan tak mampu lagi bersuara banyak. Tubuhnya melorot kena gampar Setan MukaHitam. Kepala perempuan setengah baya itu pecah. Darah muncrat menyembur tembok. Setan Muka Hitammenatap tajam pada tubuh perempuan malang yang sudah tak bernyawa lagi dengan kepala hancur.“Kau terlalu banyak ikut campur, Perempuan Setan! Pergilah keneraka dengan tenang!" gumam IblisMuka Hitam dingin.Setan Muka Hitam segera melangkah menuju ke lorong yang di kanan kirinya terdapat pintu-pintukamar. Langkahnya terhenti setelah mencapai depan pintu