“Kau memang hebat, Jarwo. Tapi aku tidak membutuhkanmu lagi!" dingin suara Dewi Mawar Hitam.
"Ja.,.. Akh!"
Dengan kecepatan yang sulit diikuti mata, mendadak saja Dewi Mawar Hitam melemparkan sekuntum bunga mawar hitam yang terbuat dari logam
keras, dan kini menancap di dada pemuda itu. Dewi Mawar Hitam tersenyum melihat tubuh laki-laki yang telah memuaskan nafsunya tadi telah tergeletak takbernyawa dengan dada berlubang berlumuran darah."Hm..., apa yang dilakukannya di atas...?" bisik Dewi Mawar Hitam bergumam lirih.
Hanya dengan satu genjotan saja, tubuh ramping itu melesat ke atas, dan menjebol atap kamar penginapan ini. Dewi Mawar Hitam tahu-tahu sudah berada di luar, dan dengan manis hinggap di atas atap. Wajahnya langsung berubah ketika melihat di depannya telah berdiri seorang lelaki muda tampan dengan kepala mengenakan blangkon.
"Bintang...," desis Dewi Mawar Hitam mengenali pemuda tampan di depannya.
"Mau apa kau k
"Akh...!" Dewi Mawar Hitam memekik kaget. Tepat ketika kedua kaki Bintang yang bergerak cepat mengarah kepalanya, Dewi Mawar Hitam menjatuhkan diri dan bergulingan beberapa kali di tanah. Cepat sekali dilentingkan tubuhnya, dan kembali bangkit berdiri.Namun belum juga melanjutkan jurus 'Seribu Mawar Berbisa'nya kembali, Bintang telah kembali menyerang dengan jurus ‘Telapak Bayangan’nya."Setan!" Dewi Mawar Hitam mengumpat geram.Pertarungan Bintang melawan Dewi Mawar Hitam terus berlangsung sengit. Dewi Mawar Hitam sudah menggunakan jurus-jurus andalannya. Bahkan Dewi Mawar Hitam sudah menggunakan senjata yang paling diandalkannya, berupa tongkat pendek dengan kepala berbentuk bunga mawar yang sangat besar ukurannya. Dari kepala tongkat pendek itu mengepul uap tipis berwarna kehitaman. Uap itu menyebar mengikuti gerakan-gerakan tangan Dewi Mawar Hitam yang menggenggam tongkat itu."Senjata itu berbahaya sekali. Hawanya
MALAM ITU, Bintang dan beberapa pemuda Desa Jati Wangi tampak tengah meronda. Bintang meronda sendiri berkeliling Desa Jati Wangi kearah utara, sedangkan para pemuda Bintang perintahkan untuk meronda ke arah selatan.“Gusti Prabu!” sebuah teriakan yang tidak terlalu keras juga tidak terlalu pelan membuat langkah Bintang terhenti. Bintang menolehkan pandangannya, dapat dilihatnya seorang gadis tengah berdiri didepan beranda rumahnya. Bintang yakin gadis itulah yang tadi memanggilnya. Bintang tentu saja mengenali sosok gadis itu, dia adalah Tyas Kusumawangi, gadis yang pernah Bintang selamatkan dari kebejatan sang durjana beberapa malam lalu.Bintangpun segera datang menghampiri sosok Tyas Kusumawangi.“Silahkan mampir Gusti Prabu” ucap Tyas Kusumawangi meminta Bintang untuk duduk dibale-bale rumahnya. Bintang tersenyum tapi akhirnya menerima juga ajakan Tyas Kusumawangi untuk dibale-bale rumah tersebut. Tyas Kusumawangi sendiri terlihat te
“Sepertinya aku memang harus sering berkeliling untuk melihat keadaan kehidupan diluar istana” batin Bintang setelah mendengar cerita Tyas Kusumawangi.“Kau tak perlu ke istana untuk bekerja Tyas, setelah pulang ke kotaraja, aku akan segera memerintahkan mahapatihku untuk membantu Desa Jati Wangi ini agar bisa makmur... Bagi yang berdagang akan kuberikan modal tanpa bunga agar masyarakat Desa Jati Wangi ini mampu memiliki usaha untuk menopang kehidupan keluarga mereka.. Untuk yang bertani atau berkebun akan kuberikan bantuan benih-benih untuk bercocok tanam secara gratis... Juga bagi yang berternak, aku akan memberikan hewan-hewan ternak yang dibutuhkan” ucap Bintang panjang lebar sehingga membuat wajah Tyas Kusumawangi terlihat berubah mendengarnya.“Tyas sendiri ingin melakukan apa untuk meningkatkan ekonomi keluarga bila istana memberikan bantuan modal?” tanya Bintang lagi hingga kembali membuat Tyas Kusumawangi terkejut dan terdi
Sebelum semuanya semakin tak terkendali, Bintang dengan cepat berucap ;“Baiklah kalau begitu Tyas, aku akan melanjutkan ronda lagi” ucap Bintang seraya bangkit berdiri, tapi sebelum Bintang berbalik angkat kaki dari tempat itu. Langkah Bintang terhenti saat merasakan satu tangan memegang tangannya, Bintang berpaling, rupanya Tyas Kusumawangi yang memegang tangannya dan menghalangi langkahnya.Tyas Kusumawangi sendiri dikeremangan malam, terlihat wajahnya memerah, dengan wajah memerah, Tyas Kusumawangi terlihat celingak celinguk memandang kesana kemari, seperti takut ada orang yang melihatnya, setelah merasa aman, dan tanpa basa basi Tyas Kusumawangi bangkit berdiri dan menarik tangan Bintang untuk mengikuti langkahnya kedalam rumah. Anehnya Bintang tak menolak hal itu.Begitu berada didalam rumah, Tyas Kusumawangi segera menutup kembali pintu rumahnya dan menguncinya, lalu berbalik, menghadap kearah Bintang yang saat itu berdiri mematung dihadapanny
Tyas Kusumawangi membiarkan Bintang melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, Bintang mundur dan memandangi tubuh telanjang yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak belok bulat. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya.Buah dadanya sungguh besar dan padat menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu Bintang lihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.“Ngapain hanya dilihat gusti...,” protesnya.“Aku kagum akan keindahan tubuhmu Tyas”, sahut Bintang dengan jujur.“Malam ini, semuanya milik Gusti Prabu”, katanya sambil merentangkan tangan
"Aku memang tidak akan menyangkut-pautkanmu, Nyi Pingkan! Tapi kau sudah tak berguna lagi bagiku!" dingin sekali suara Setan Muka Hitam berkata."Apa yang akan Tuan lakukan?" Nyi Pingkan gemetaran melihat tatapan Tajam Setan Muka Hitam yang menegang. Setan Muka Hitam tidak menyahut. Pelan-pelan kakinya terayun mendekati perempuan tua itu. Lalu dengan kecepatan kilat tangannya melayang, dan...."Akh!" Nyi Pingkan tak mampu lagi bersuara banyak. Tubuhnya melorot kena gampar Setan MukaHitam. Kepala perempuan setengah baya itu pecah. Darah muncrat menyembur tembok. Setan Muka Hitammenatap tajam pada tubuh perempuan malang yang sudah tak bernyawa lagi dengan kepala hancur.“Kau terlalu banyak ikut campur, Perempuan Setan! Pergilah keneraka dengan tenang!" gumam IblisMuka Hitam dingin.Setan Muka Hitam segera melangkah menuju ke lorong yang di kanan kirinya terdapat pintu-pintukamar. Langkahnya terhenti setelah mencapai depan pintu
Bintang berdiri tegak pada sebatang cabang pohon dekat pagar tembok, rumah Kepala Desa Jati Wangi. Kemudian dengan satu gerakan manis, Bintang meluncur ke bawah. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun, kakinya menjejak tanah sejauh dua batang tombak di hadapan Setan Muka Hitam."Sudah kuduga, pasti ada yang datang ke sini," kata Bintang kalem. Sorot matanya begitu tajam, lurus kepada Setan Muka Hitam."Pengecut! Bisanya hanya menyiksa perempuan lemah!" geram Setan Muka Hitam."Wanita memang ditakdirkan sebagai makhluk lemah. Tapi temanmu itu bukan makhluk lemah! Kekejamannya melebihi iblis!" dingin suara Bintang terdengar. Raut wajahnya juga tidak memancarkan ekspresi apa-apa, kaku dan datar.“Kau memang pandai bersilat lidah, siapa kau sebenarnya ?!”“Aku ksatria pengembara...!!!” ucap Bintang memperkenalkan julukannya, seketika saja wajah Setan Muka Hitam berubah, wajah hitam itu untuk sesaat berubah putih, tapi buru-buru kem
Begitu cepatnya perubahan itu, sehingga Setan Muka hitam tidak sempat lagi menyadari apa yang terjadi, tiba-tiba saja satu tendangan telah menghantam dadanya."Hugh!" Setan Muka Hitam mengeluh pendek.Seketika itu juga tubuhnya terjajar beberapa tombak kebelakang. Belum sempat berpikir dua kali, tiba-tiba satu tendangan menggeledek mendarat ke kepala laki-laki berwajah hitam ilu. Kali ini Setan Muka Hitamterjungkal mencium tanah."Satu lagi, hyaaa...!" teriak Bintang keras.Seketika itu juga tubuh Bintang melenting ke udara. Dengan kecepatan yang cukup tinggi, tubuh Ksatria Pengembara menukik lurus dengan kedua tangan terpentang ke depan. ‘Telapak Bayangan’ kembali dikerahkan hingga memunculkan banyak serangan tapak kearah Setan Muka Hitam."Aaakh...!" Setan Muka Hitam menjerit keras.Kedua tangan Ksatria Pengembara amblas kedalam dada Setan Muka Hitam. Darah langsung muncrat begitu pendekar muda dan tampan itu men