Bintang menundukkan wajahnya untuk mencium Roro, tapi gerakan bibir Bintang tertahan dari jari lembut Roro yang menempel dibibirnya. Bintang terpaksa menarik mundur kembali wajahnya dengan tatapan heran kearah Roro.
“Siapa Aria Amante, kanda?” tanya Roro cepat. Bintang terkejut dan kemudian terdiam mendengar hal itu, hingga ;
“Aria Amante adalah murid mendiang Begawan Mega Merah dinda”
“Ya Roro sudah tau itu kanda.. Yang Roro tanya, siapa Aria Amante itu bagi kanda?” tanya Roro lagi seraya menatap Bintang tajam.
“Dia hanyalah orang yang harus kanda lindungi dinda”
“Berapa usianya?”
“Sama seperti dindalah mungkin”
“Apa dia cantik?”
“Kalau cantik, jauh lebih cantik dinda” ucap Bintang tersenyum.
“Siapa yang menyuruh kanda untuk melindunginya?” tanya Roro lagi, kali ini Bintang terdiam cukup lama.
“Ayah d
KUIL MEGA MERAH. Kuil yang terdiri dari tiga bangunan berbentuk stupa candi. Satu bangunan besar tempat pemujaan dan tempat ruang cipta hening, dua bangunan lagi digunakan untuk beristirahat. Salah satu dari dua bangunan itu sering digunakan untuk menerima tamu atau memberi wejangan bagi para murid Begawan Mega Merah. Terlihat keadaan disebagian tempat dibangunan itu sudah rusak dan terbengkalai tak terawat.Dhuar... Dhuar...!Terdengar 2x ledakan dari dalam kuil.Bahkan ; Braaakhhhh..!Pintu gerbang Kuil Mega Merah hancur karena satu sosok tubuh yang menghantamnya, sosok tubuh yang baru saja menghantam pintu gerbang itu sendiri terlihat masih terlempar keras keluar kuil.Prass...! Bras...! Plak, trakk...! Brett...!Terpelanting jauh keluar dari pintu gerbang Kuil Mega Merah, membentur dan menggores apa saja yang dilewatinya, hingga akhirnya terkapar sekitar 5 tombak dari pintu gerbang kuil. Sosok yang terkapar itu ternyata adalah sosok Aria Amante, terlihat bagaimana pakaian yang dik
Cletarrrr!Cambuk berduri itu dipecut kearah Aria Amante, Aria Amante yang melihat hal itu tentu saja sangat terkejut, karena saat ini jangankan untuk bergerak, untuk berdiri lama saja, Aria Amante merasakan kedua lututnya goyah, karena itulah begitu melihat lawan memecutkan cambuk berdurinya, Aria Amante hanya bisa memejamkan matanya pasrah menunggu maut, tapi untuk sesaat Aria Amante tidak merasakan apa-apa ditubuhnya, seharusnya menurut perkiraan Aria Amante saat ini tubuhnya pasti sudah terkena pecutan cambuk lawannya, Aria Amante hanya merasakan ada hawa dingin yang menghembus dikedua gunung kembarnya."Ha ha ha...!" terdengar suara tawa kedua lelaki dihadapannya itu. Aria Amante segera membuka kedua matanya dan dapat dilihatnya kini kedua lelaki yang ada dihadapannya tampak dengan kedua mata melotot menatap tertawa kearahnya. Aria Amante merasa curiga dengan tatapan keduanya yang tampak begitu tajam kearah dirinya.“Kau akan segera mati, mati keenakan, He he he...!" ucap salah s
Kedua lelaki itu mulai melangkah mendekati Aria Amante. Aria Amante sendiri tanpa sadar melangkah mundur dengan wajah pucat. Apalagi melihat pandangan liar penuh nafsu kedua lelaki yang ada dihadapannya.Cletarrrr!Lelaki sipemegang cambuk berduri kembali mengebutkan cambuk ditangannya kearah Aria Amante, sepertinya kali ini sosok Aria Amante benar-benar akan dibuat bugil oleh lelaki tersebut, sementara ditempatnya wajah Aria Amante semakin dibuat pucat melihat hal itu. Tak mampu membayangkan apa yang akan terjadi padanya, Aria Amante tiba-tiba saja langsung merunduk dengan memeluk dirinya sendiri dengan kedua tangannya. Seperti sebelumnya, Aria Amantepun tak dapat merasakan apa yang terjadi pada dirinya, Aria Amante meyakini kalau saat ini tubuhnya mungkin sudah tak mengenakan apa-apa lagi alias bugil, maka dengan gemetar Aria Amante mulai membuka kedua matanya untuk melihat keadaan dirinya, tapi Aria Amante terkejut saat melihat bagaimana pakaiannya yang masih melekat ditubuhnya wal
Sementara itu Bintang dan Aria Amante masih saling berpelukan erat, Aria Amante masih tampak menangis pilu dipelukan Bintang.“Tenanglah aria, kakang sudah ada disini.” ucap Bintang pelan, Aria Amante tampak mengangkat wajahnya yang sejak tadi ada didada Bintang, dengan wajah penuh bersimbah air mata, Aria Amante tampak menatap kearah Bintang.“Terima kasih kakang... terima kasih sudah datang.” ucap Aria Amante dengan pilu, Bintang hanya tersenyum lembut mendengar hal itu.“Sekarang biar kakang yang beri pelajaran sama mereka yang telah membuat Aria begini.” ucap Bintang dengan mantap. Aria Amante tampak mengangguk mantap pula.Keduanya lalu saling melepas pelukan. Sebelum berbalik, Bintang menghapus lembut air mata yang membasahi wajah jelita Aria Amante, dengan tersenyum Aria Amante membalas senyuman Bintang. Lalu Bintang kembali berbalik kearah kedua lelaki yang masih tampak kepayahan untuk menarik lepas cambuk mereka.Crakkkhh!Bintang kembali menarik lepas pedang dan warangkanya
“Benar-benar bosan hidup nih orang, ayo kita serang sama-sama Warok... semakin cepat kita mengatasinya, semakin cepat kita menikmati bidadari cantik itu!” ucap Bagah.“Baik. Ayo!” ucap Warok tak ingin kalah.Kedua pendekar pemegang cambuk berduri ini tampak segera memutar-mutar cambuk berduri ditangan mereka, keduanya segera berputar mengelilingi sosok Bintang yang kini ada ditengah-tengah.Bintang sendiri masih berdiri dengan tenang, tapi kedua mata Bintang terus mengawasi pergerakan keduanya hingga ;Cletarrrr! Cletarrrr!Bersamaan Warok dan Bagah memecutkan cambuknya kearah Bintang. Kedua cambuk berduri itupun melesat cepat kearah Bintang.Wuuttt...! Wuuttt...!Huuppp...!Dengan gerakan yang sangat ringan sekali, Bintang memutar tubuhnya laksana baling-baling, serangan kedua cambuk beracun itu lewat diatas dan dibawah tubuh Bintang. Serangan pertama luput, hal ini membuat kaget Warok dan Bagah yang sepertinya tidak menyangka ada orang yang bisa menghindari serangan beruntun yang me
Cringg..!Bintang membuka Pedang Bintang Angkasanya. Sebilah pedang dengan desain yang sangat unik, pedang berwarna hitam dari ujung pedang hingga sampai ke gagang pedang, bintik-bintik putih dan keemasan tampak disepanjang hulu pedang, tapi bila diperhatikan dengan seksama, warna hitam pada pedang ternyata adalah sebuah sebuah gambar ruang angkasa, sedangkan bintik-bintik putih dan keemasan yang ada disepanjang hulu pedang adalah bintang-bintang yang bertaburan. Bintang sendiri sampai terkagum-kagum melihat wujud pedang indah yang ada ditangannya. Bagaimana mungkin sebilah pedang dibuat dengan desain gambar seperti itu disepanjang hulu pedangnya. Tentu pembuat pedang ini sangatlah ahli.Warok dan Bagah kembali terkesima melihat Pedang Bintang Angkasa yang ada ditangan Bintang, Aria Amante yang berada tak jauh dari pertarunganpun ikut terkesima melihat pedang yang ada digenggaman tangan Bintang.Warok dan Bagah yang terlihat saling pandang, terlihat saling menganggukkan kepala, seakan
Buhgg...! Buhgg...! Buhgg...! Buhgg...!Serangan beruntun menghantam sosok Warok dan Bagah, bahkan kini sosok Warok dan Bagah terlihat terjajar saling tumpang tindih satu sama lain.BUHGG...!Serangan terakhir Bintang membuat tubuh keduanya terhempas dengan keras kebelakang.Wusss...!Prass...! Bras...! trakk...! Brett...!Tubuh keduanya bagaikan sehelai daun yang dihempaskan badai cukup besar. Tubuh itu terpelanting ke mana-mana. Membentur dan menggores apa saja, hingga akhirnya tubuh keduanya baru terhenti dan terkapar saat menghantam gugusan batu besar yang berjarak 8 tombak dari tempat mereka berada. Untuk sesaat sosok keduanya terdiam terkapar ditempatnya hingga akhirnya terlihat kedua tangan Warok dan Bagah bergerak, menandakan kalau keduanya masih tersadar dari keadaan mereka. Keduanya mencoba bangkit, tapi ;"Huaghh..!”Hampir bersamaan, darah kental hitam kemerahan tersembur keluar dari dalam mulut keduanya. Kali ini benar-benar parah luka dalam yang keduanya derita.“Pergi t
Setelah sekian lama, Aria Amante terlebih dahulu membuka kedua matanya dan menatap kearah Bintang yang ada disebelahnya yang masih mencoba untuk mengatur nafasnya, terlihat raut senyum bahagia diwajah Aria Amante.Bintang membuka kedua matanya saat merasakan satu pelukan hangat ditubuhnya, Bintang tersenyum saat melihat Aria Amante yang tengah memeluknya.“Kakang.”. ucap Aria Amante tersenyum saat melihat Bintang tersenyum kearahnya, diangkatnya wajahnya dan dikecupnya dengan lembut pipi Bintang.“Apa kakang kemari untuk menjemput Aria ?” tanya Aria lagi.“Ya.”“Baiklah.. Aria mau ikut kakang ke Padepokan Cakra Buana.”“Tidak, kita belum akan kesana Aria” ucap Bintang hingga membuat kening Aria berkerut bingung.“Jadi.. kita akan kemana kang ?”“Pulau Batu Raja.”“Pulau Batu Raja.. Kenapa kita kesana kang ?”“Pusaka Pedang Merah ada disana Aria.” ucap Bintang lagi hingga kembali membuat Aria Amante terkejut. “Pusaka Pedang Merah berada ditangan mahaguru Jayalaksana.”“Mahaguru Jayalak
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig