Dengan tangan terlipat didada dan mata berbinar, Audrey tidak berhenti tersenyum memandangi lembaran uang tertumpuk rapi di atas lantai, berulang kali Audrey telah menghitungnya hanya untuk bersenang-senang, merayakan keberhasilannya hari ini.Bagi orang yang terbiasa hidup dalam garis kemiskinan, begitu menyenangkan bisa menghitung uang dalam jumlah banyak.Itu adalah uang terbesar yang pernah Audrey miliki dalam hidupnya, dan uang itu akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu jika rencananya terus berjalan dengan baik. Dengan uang yang lebih banyak, Audrey bisa memperbaiki rumahnya dan membeli tempat tidur yang lebih nyaman, membeli jaket rajut baru untuk Arman, membelikan kursi pijat agar Arman tidak mengenakan koyo setiap hari. Betapa indahnya menghayalkan secuil mimpi yang selama ini sulit untuk Audrey laksakan karena kemiskinannya.Sekali lagi, Audrey menghitung uangnya sebelum mengambilnya untuk Jach, lalu sisanya dia simpan di salah satu tas milik Aurelie Harper
“Jach jangan jauh-jauh dariku.”Kesunyian menjebak Jach, diam tidak merespon, untuk pertama kalinya Jach tidak tahu harus menjawab apa padahal dia tahu, dia hanya tinggal mengangguk patuh. Permintaan Aurelie Harper yang seharusnya Jach anggap bagian dari kewajibannya sebagai bodyguard yang harus mengawal, kini telah disalah artikan oleh akal sehatnya yang menumpul.Jach berpikir jika permintaan Audrey yang dia kira Aurelie itu bersifat pribadi.Jach menarik napasnya dalam-dalam, tersadar bahwa dia perlu membentengi diri lebih kuat. Ini untuk pertama kalinya Jach mudah terpengaruh dan terbawa perasaan.Apa karena ini hal baru bagi hidupnya?Jach memang handal dalam pekerjaannya, namun untuk untuk urusan perempuan, dia tidak tahu apa-apa. Baginya, membunuh tanpa jejak jauh lebih mudah daripada memahami perempuan.Jach berdeham tidak nyaman, dia mengangguk dan mempersilahkan Audrey berjalan.Audrey menyusuri pagar tangga yang harus dia lewati dengan langkah yang berat. Samar terdengar
“Apa yang harus aku berikan padamu?” Dante tersenyum sinis sampai akhirnya sebuah kalimat terdengar dari mulut. “Memangnya kau masih memiliki sesuatu yang layak untuk diberikan kepadaku? Tidak ada satupun hal yang aku inginkan darimu, selain seorang anak. Itu artinya, lahirkan dulu seorang anak baru kau diizinkan meminta apapun.”Audrey tercekat kaget, menelan kekecewaan yang sulit untuk dia hindarkan mendengar jawaban pedas Dante, selalu sarat oleh celaan yang menyakitkan.“Aku mohon, hanya dua menit, tidak akan lebih. Apa aku perlu bersujud dibawah kakimu lagi seperti kemarin agar kau mengizinkannya,” pinta Audrey sekali lagi, mengharapkan sedikit belas kasihan Dante Arnaud. “aku mohon, apapun akan aku lakukan.”Rahang Dante mengetat terpantik amarah oleh kegigihan Audrey yang tidak kapok untuk bersujud dibawah kakinya. Harusnya, kejadian dihari itu sudah membuatnya jera karena Dante sudah tidak ingin memberikan kebaikan apapun lagi padanya.Dante melepaskan sentuhannya dari kulit
Malam begitu pekat dan dingin. Audrey duduk bersandar pada jendela yang terbuka, wajahnya yang telah basah oleh air mata terangkat menatap nanar langit tanpa bintang.Gorden kamar bergerak lembut menyapu ujung lututnya yang menekuk. Suara rintihannya yang tengah menangis melukis kesunyian malam.Lama Audrey duduk disana, bergumul dengan kesedihan yang kembali terpahat, menorehkan luka baru yang jauh lebih menyakitkan.Semakin lama Audrey menangis, dia semakin tidak tahu bagaimana harus memeperbaiki apa yang telah terjadi.Hatinya kacau tidak tergambarkan.Sedetikpun Audrey tidak pernah menyangka jika malam ini dia akan mengetahui segalanya, kebenaran yang selama ini sering kali Audrey pertanyakan, tentang apa sebenarnya salah Aurelie Harper hingga diperlakukan begitu semena-mena.Terjawab sudah, ternyata benar, Aurelie Harper memiliki dosa yang yang begitu besar kepada Dante.Dan kini, Audrey menyesal telah mengetahui kebenarannya.Semakin Audrey tahu, semakin Audrey sadar bahwa saki
Dante terbaring sendirian ditengah ranjangnya, melalui kesepiannya dengan hati yang gelisah.Sedetikpun dia tidak dapat tidur.Pertengkarannya di ruangan kerja dengan Aurelie Harper terus terbayang dipelupuk mata, menyisakan perasaan yang mengganjal didalam dada. Sama seperti kejadian beberapa hari yang lalu saat Dante mencekiknya, selalu ada rasa bersalah yang muncul setiap kali gadis itu berjalan memunggunginya dengan gemetar. Setiap kali melihat air matanya, hati Dante terusik.Selama lima tahun lamanya Dante mengenal Aurelie, tidak pernah ada keraguan sedikitpun untuk membencinya. Tapi mengapa sejak Salma membaawanya kembali, Dante menjadi ragu?Apa layak Dante merasa kasihan pada Aurelie Harper?Dengan mata kepalanya sendiri, Dante melihat Aurelie mengayunkan pisau untuk melukai isterinya yang terkapar, melukai perutnya hingga Serena kehilangan bayi dan rahimnya.Aurelie telah membunuh anak Dante, dan kini Serena terbaring koma masih berada dalam keadaan kritis.Apa pantas Dant
Deg! Napas Audrey tertahan didada mendengar namanya dipanggil begitu jelas oleh Jach. Darimana Jach tahu namanya? Tangan Audrey gemetar menggenggam handpone, ketakutan tersirat begitu jelas dimatanya sampai membuat lidahnya membeku tidak mampu berbicara sepatah katapun. “Kata sandinya Audrey, jangan lupa hurup A diganti dengan angka 4,” ucap Jach memecah keheningan yang menegangkan. Audrey menelan salivanya dengan kesulitan, beberapa kali dia berusaha mengatur napasnya untuk kembali mendapatkan ketenangan setelah mengetahui bahwa ternyata ini hanya sebuah kebetulan saja. “Be-begitu rupanya,” jawab Audrey memaksakan diri untuk tersenyum. Melihat reaksinya yang sangat terkejut sekaligus ketakutan, Jach semakin yakin bahwa memang gadis yang kini berdiri dihadapannya bukanlah Aurelie Harper, namun Audrey kembarannya Aurelie. Jach tidak tahu, apakah fakta besar ini harus dia sampaikan kepada kliennya, atau justru Jach harus menyimpannya sendiri dan berpura-pura tidak tahu.
Lima menit telah berlalu, Audrey masih belum menunjukan tanda-tanda dia akan segera keluar menyudahi urusan menelpon seseorang.Dengan sabar Jach menunggu tanpa kekhawatiran, handpone yang digunakan Audrey secara khusus digunakan hanya saat ada di kediaman Dante, beda lagi dengan handpone pribadinya yang dia simpan di saku pakaian lain.Jach tidak mungkin melakukan suatu kebaikan yang membahayakan dirinya sendiri.Diliriknya jam yang terpasang di pergelangan tangan, kini sudah hampir menunjukan pukul satu malam.Tok toko tok!Suara ketukan dipintu terdengar. Spontan Jach bangkit dan melihat ke belakang pintu, melihat handle pintu yang diturunkan, seseorang diluar sana hendak membuka pintu, namun beruntung saja pintu itu berada dalam keadaan terkunci sehingga seseorang tidak bisa masuk begitu saja ke dalam kamar.Namun, siapa yang datang bertamu dilarut malam seperti ini? Sepertinya hanya Dante yang mampu melakukannya.Dengan langkah tanpa suara Jach mendekati pintu, pria itu membungku
“Kau darimana saja?” tanya Moses menyambut kedatangan Jach yang satu jam terlambat dari biasanya.Jach menahan langkahnya di depan pintu kamar. Jach sudah bisa merasakan perhatian tidak biasa Moses sejak semua orang harus mengawal Aurelie Harper pergi keluar rumah, rekan kerjanya itu tengah menyelidikinya.“Aku ada di taman belakang,” jawab Jach."Kau jangan berbohong, di kamera cctv kau tidak ada disana," ucap Moses.Dengan begitu tenangnya Jach menjawab, "Lalu apa masalahnya aku tidak ada ditaman belakang?"Moses mendekat dan berdiri dihadapan Jach. “Kau jangan macam-macam Jach. Jangan hanya karena tuan Dante memberimu banyak kepercayaan, kau bisa bersikap seenaknya dan membuat masalah.”“Aku hanya menikmati waktu bebas tugasku dengan bersantai. Sebaiknya kau mengontrol pikiranmu agar jangan berpikiran macam-macam.” Jach segera sebelum masuk ke dalam kamarnya.Moses berdecak pinggang tampak kesal dengan respon Jach yang besar kepala.***Aurelie Harper menggeliat bangun ditengah mal
Gumpalan awan terlihat dilangit yang kelabu, matahari yang bersinar sudah tidak terlihat, sesekali kilatan petir muncul bersama gemuruhnya yang keras. Aurelie Harper berdiri dipinggiran pantai seorang diri kala semua orang berlindung mencari tempat aman.Aurelie mengabaikan kencangnya angin yang menerpa gaun cantiknya, jari-jarinya sampai gemetar memegang rokok dan menghisapnya, satu tangannya lagi memegang sebotol wine.Dibawah lentik bulu mata, sepasang mata zambrudnya yang bercahaya itu terus memandangi deburan ombak yang keras. Air laut bergerak mendekat sampai membasahi kakinya yang mengenakan heels.Saat hujan mulai turun dan membasahinya, Aurelie masih berdiri tegak ditempatnya, tidak peduli meski kini air laut sudah mulai sampai ke betisnya.Para pengawal yang berjaga tidak ada yang berani mendekat, mereka sudah terbiasa dengan prilaku anehnya yang kian menjadi. Jika pengawal menegurnya, Aurelie Harper akan datang menemui mereka ditengah malam membawa benda keras apapun untuk
Pagi-pagi sekali, saat semua orang masih bersiap-siap, Jach terlihat sudah rapi.Jach pergi sendirian meninggalkan kamarnya, pria itu terlihat sudah tahu akan pergi kemana dan apa yang akan dilakukan."Selamat pagi Pak," sapa Jach mengahadap Dante yang hendak masuk ke ruangan gym. "ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Anda."Kening Dante mengerut, tidak seperti biasanya Jach datang menemuinya diluar jam kerja hanya untuk berbicara."Masuklah," jawab Dante membuka lebih lebar daun pintu, membawa Jach masuk ke dalam ruangan gym. "Kau ingin bicara tentang apa?" tanya Dante.Jach melihat pintu di belakangnya sebentar, memastikan tertutup rapat dan tidak ada siapapun yang mendengar percakapan. "Ini mengenai nona Aurelie."Dante berbalik seketika begitu mendengar nama Aurelie disebutkan.Ada apa dengan Aurelie Harper? Sepanjang malam Dante memikirkannya, meyakinkan diri dengan perasaannya yang kini telah terbelenggu dalam permainannya sendiri.Dante kesulitan menyangkal bahwa
“Lalu mengapa?”Sebuah pertanyaan sederhana yang terucap itu memiliki serangkaian jawaban yang harus disampaikan. Menantang Jach untuk bicara jujur, atau tetap dengan tetap dengan topengnya, menyembunyikan indentitasnya yang sebenarnya.Apa yang harus Jach pilih?Jach telah memutuskan untuk menjadi pengkhianat Dante Arnaud dan Raiden Arnaud.Seorang pengkhianat bisa melakukan apapun, kecual setia.Berkhianat dan berbohong adalah dua hal yang berbeda, namun sama-sama tercela.Jach telah bertindak sampai sejauh ini, apakah pantas Audrey yang berusaha dia selamatkan menerima kebohongan?Gadis itu telah dikeliling kemunafikan, dan Jach tidak ingin disamakan dengan siapapun.“Aku adalah orang bayaran Raiden Arnaud. Aku diperintahkan untuk menjaga Aurelie Harper dan membuatnya hilang ingatan selamanya. Jika ingatan Aurelie Harper kembali, maka dia harus dilenyapkan,” ucap Jach pada akhirnya memutuskan untuk berbicara jujur.Deg!Napas Audrey tertahan di dada, sesaat jantungnya berhenti ber
Tidak lebih dari setengah jam untuk bisa sampai kembali ke kediaman Dante Arnaud. Tidak sempat ke kamarnya, Jach langsung pergi menuju kamar Audrey untuk memanfaatkan kelengahan semua orang yang tengah tertidur pulas beristirahat.Dibawah kegelapan malam Jach berjalan melewati beberapa pohon, pandangannya langsung tertuju pada balkon kamar Audrey, melihat jendela kamarnya yang terbuka. Apa ada seseorang di dalam sana?Jach melompat seperti biasa. Tidak sempat kakinya menginjak lantai balkon, pria itu mematung, berpandangan dengan Audrey yang tengah berdiri hanya mengenakan gaun tidur tipisnya.Rambut panjangnya yang tergerai bergerak lembut tersapu angin, membingkai wajah yang sembab.Hati-hati Jach melewati pagar, mendekati Audrey yang tersenyum menutupi air mata yang belum reda.Audrey tertunduk memandangi lantai sambil mengusap siku tangannya dengan pijatan. Audrey kembali bermimpi buruk seperti malam-malam sebelumnya, dia tidak bisa kembali tidur. Sudah lebih dari dua jam dia be
Jach menarik napasnya dalam-dalam, menurunkan ketegangan dibahunya, pria itu menjaga diri untuk tetap terlihat tenang, menyembunyikan isi perasaannya yang tengah terkejut.Jach tidak menyangka bahwa pemuda yang sore ini tidak sengaja dia lihat dan terkapar babak belur ditangan Dante, dia adalah kliennya selama ini.Orang yang telah mengirim Jach ke kediaman Dante Arnaud adalah tunangan Aurelie Harper sendiri.Pantas saja, selama ini Raiden tidak pernah sekalipun menunjukan diri karena Raiden berada di Australia. Dan, terjawab sudah mengapa Raiden mengetahui keberadaan Audrey tadi sore dipantai, Raiden mengetahuinya dari Jach.Jach masih bisa mengerti mengapa Raiden sangat ingin menjaga Aurelie dan ingin mengetahui segala hal tentang Aurelie Harper selama ini. Tapi, apa alasan akhir-akhir ini Raiden ingin melenyapkan Aurelie jika ingatan gadis itu kembali?Keinginan Raiden yang berubah-ubah dan tidak berpendirian patut dipertanyakan.Jach tidak boleh berbicara dan bertanya apapun yang
Jach menengadahkan kepalanya, melihat kearah balkon kamar utama Dante. Di balkon itu, Dante tengah berdiri sendirian, beberapa kali dia meneguk wine sambil memandangi langit.Sepertinya, ada sesuatu yang tengah membebani pikiran Dante setelah Raiden muncul.Lantas bagaimana kabar Audrey sekarang?Jach tidak bisa mengunjunginya karena malam masih terlalu dini, dia tidak bisa sembarangan meninggalkan tugasnya. Jach sudah apa yang harus dia lakukan untuk membantu Audrey sekarang, malam ini dia akan menemui gadis itu untuk membicarakannya.Getaran handpone di saku mengalihkan perhatian Jach. Dilihatnya nomer tidak dikenal melakukan panggilan."Hallo," sambut Jach setelah menerima panggilan itu."Ada obat yang perlu kau ambil Jach," jawab kliennya terdengar di sebrang.Jach menggenggam kuat handponenya. "Aku akan berhenti dari tugas ini minggu depan.""Mengapa? Apa bayarannya kurang?" tanya Kliennya terdengar terkejut."Tidak, aku hanya bosan.""Kita perlu bernegosiasi ulang Jach. Setidakn
Jach melihat spion untuk memastikan keadaan dibelakangnya. Atmosfer didalam mobil begitu dingin dan tidak nyaman.Membaca situasi yang saat ini sedang terjadi, Jach tidak bisa melakukan apapun selain bekerja sesuai protocol yang berlaku. Dante terlihat masih sedang berusaha meredakan amarahnya, sementara Audrey masih kesulitan mengendalikan ketakutannya dari apa yang telah terjadi didepan mata.Meski Audrey tidak tahu mengapa tiba-tiba Raiden muncul menemuinya. Audrey sadar sepenuhnya jika kemungkinan dia akan menjadi sasaran kemaraan Dante dan menerima berbagai tuduhannya seperti biasa.Apa yang akan terjadi di rumah nanti?Audrey menarik napasnya dengan kesulitan, jari-jarinya yang gemetar saling bertautan meremas kuat, terserang mual akibat kecemasan yang meningkat.Saat mereka sampai rumah, langit mulai gelap tidak lagi bercahaya.Kali ini Dante yang lebih dulu keluar dari mobil, pria itu melangkah cepat mengitari mobil dan membuka pintu Audrey.Audrey tersentak. “Sakit Dante!” r
Audrey mematung, napasnya sesak terperangkap dalam pelukan erat pria yang tidak dikenalinya.Audrey terkejut sekaligus bingung, tidak tahu harus bertindak apa untuk menangani situasi apa yang kini sedang terjadi padanya.Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa tiba-tiba dia datang dan memeluknya?“Aku sangat merindukanmu, betapa melegakannya aku bisa melihatmu kembali dalam keadaan baik-baik saja,” ucap Raiden dengan penuh rasa syukur, membelai rambut Audrey dengan penuh kasih sayang dan kerinduan yang dalam. Tidak berapa lama pelukan yang terjalin itu terlepas, Raiden ditarik kasar oleh Dante yang sejak tadi menyaksikan drama reuni sepasang kekasih yang dua bulan lebih lamanya telah dipisahkan.Dante tidak menyangka jika dia akan menyaksikan pemandangan ini semua.Tubuh Raiden terhuyung mundur, begitu matanya berpandangan dengan Dante, sebuah pukulan menyambutnya sampai Raiden jatuh tersungkur ke pasir.Audrey menutup mulutnya menahan teriakan, semakin bingung dengan reaksi bringas Dante
Deburan ombak terdengar seiring dengan mobil yang ditumpangi Audrey mendekati lautan. Butuh waktu lebih dari setengah jam lamanya untuk bisa menempuh perjalanan, waktu yang dimiliki Audrey hanya sedikit, itupun tidak cukup jika harus digunakan untuk perjalanan pulang.Begitu mobil terhenti, Audrey langsung keluar meninggalkan tiga lelaki yang ada satu mobil dengannya.“Waktu beliau hanya tinggal dua puluh menit lagi,” ucap Victor memberitahu.“Hari ini, tidak perlu dihitung,” jawab Dante melihat kepergian Audrey, tidak berapa lama pria itu menyusul keluar. "Kalian tunggu saja disini, tidak perlu mengikutinya," perintah Dante lagi."Tidak seperti biasanya pak Dante tidak meminta kita untuk mengawal," kata Victor melihat dari Dante yang sudah pergi menjauh.Jach tidak menjawab, hanya ada sorot kecemburuan yang terlihat dimatanya menyaksikan Dante yang mulai goyah dengan permainannya sendiri.Jach tidak rela jika Dante benar-benar jatuh cinta pada Audrey dan menahannya lebih lama disisin