Audrey mematung, napasnya sesak terperangkap dalam pelukan erat pria yang tidak dikenalinya.Audrey terkejut sekaligus bingung, tidak tahu harus bertindak apa untuk menangani situasi apa yang kini sedang terjadi padanya.Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa tiba-tiba dia datang dan memeluknya?“Aku sangat merindukanmu, betapa melegakannya aku bisa melihatmu kembali dalam keadaan baik-baik saja,” ucap Raiden dengan penuh rasa syukur, membelai rambut Audrey dengan penuh kasih sayang dan kerinduan yang dalam. Tidak berapa lama pelukan yang terjalin itu terlepas, Raiden ditarik kasar oleh Dante yang sejak tadi menyaksikan drama reuni sepasang kekasih yang dua bulan lebih lamanya telah dipisahkan.Dante tidak menyangka jika dia akan menyaksikan pemandangan ini semua.Tubuh Raiden terhuyung mundur, begitu matanya berpandangan dengan Dante, sebuah pukulan menyambutnya sampai Raiden jatuh tersungkur ke pasir.Audrey menutup mulutnya menahan teriakan, semakin bingung dengan reaksi bringas Dante
Jach melihat spion untuk memastikan keadaan dibelakangnya. Atmosfer didalam mobil begitu dingin dan tidak nyaman.Membaca situasi yang saat ini sedang terjadi, Jach tidak bisa melakukan apapun selain bekerja sesuai protocol yang berlaku. Dante terlihat masih sedang berusaha meredakan amarahnya, sementara Audrey masih kesulitan mengendalikan ketakutannya dari apa yang telah terjadi didepan mata.Meski Audrey tidak tahu mengapa tiba-tiba Raiden muncul menemuinya. Audrey sadar sepenuhnya jika kemungkinan dia akan menjadi sasaran kemaraan Dante dan menerima berbagai tuduhannya seperti biasa.Apa yang akan terjadi di rumah nanti?Audrey menarik napasnya dengan kesulitan, jari-jarinya yang gemetar saling bertautan meremas kuat, terserang mual akibat kecemasan yang meningkat.Saat mereka sampai rumah, langit mulai gelap tidak lagi bercahaya.Kali ini Dante yang lebih dulu keluar dari mobil, pria itu melangkah cepat mengitari mobil dan membuka pintu Audrey.Audrey tersentak. “Sakit Dante!” r
Jach menengadahkan kepalanya, melihat kearah balkon kamar utama Dante. Di balkon itu, Dante tengah berdiri sendirian, beberapa kali dia meneguk wine sambil memandangi langit.Sepertinya, ada sesuatu yang tengah membebani pikiran Dante setelah Raiden muncul.Lantas bagaimana kabar Audrey sekarang?Jach tidak bisa mengunjunginya karena malam masih terlalu dini, dia tidak bisa sembarangan meninggalkan tugasnya. Jach sudah apa yang harus dia lakukan untuk membantu Audrey sekarang, malam ini dia akan menemui gadis itu untuk membicarakannya.Getaran handpone di saku mengalihkan perhatian Jach. Dilihatnya nomer tidak dikenal melakukan panggilan."Hallo," sambut Jach setelah menerima panggilan itu."Ada obat yang perlu kau ambil Jach," jawab kliennya terdengar di sebrang.Jach menggenggam kuat handponenya. "Aku akan berhenti dari tugas ini minggu depan.""Mengapa? Apa bayarannya kurang?" tanya Kliennya terdengar terkejut."Tidak, aku hanya bosan.""Kita perlu bernegosiasi ulang Jach. Setidakn
Jach menarik napasnya dalam-dalam, menurunkan ketegangan dibahunya, pria itu menjaga diri untuk tetap terlihat tenang, menyembunyikan isi perasaannya yang tengah terkejut.Jach tidak menyangka bahwa pemuda yang sore ini tidak sengaja dia lihat dan terkapar babak belur ditangan Dante, dia adalah kliennya selama ini.Orang yang telah mengirim Jach ke kediaman Dante Arnaud adalah tunangan Aurelie Harper sendiri.Pantas saja, selama ini Raiden tidak pernah sekalipun menunjukan diri karena Raiden berada di Australia. Dan, terjawab sudah mengapa Raiden mengetahui keberadaan Audrey tadi sore dipantai, Raiden mengetahuinya dari Jach.Jach masih bisa mengerti mengapa Raiden sangat ingin menjaga Aurelie dan ingin mengetahui segala hal tentang Aurelie Harper selama ini. Tapi, apa alasan akhir-akhir ini Raiden ingin melenyapkan Aurelie jika ingatan gadis itu kembali?Keinginan Raiden yang berubah-ubah dan tidak berpendirian patut dipertanyakan.Jach tidak boleh berbicara dan bertanya apapun yang
Tidak lebih dari setengah jam untuk bisa sampai kembali ke kediaman Dante Arnaud. Tidak sempat ke kamarnya, Jach langsung pergi menuju kamar Audrey untuk memanfaatkan kelengahan semua orang yang tengah tertidur pulas beristirahat.Dibawah kegelapan malam Jach berjalan melewati beberapa pohon, pandangannya langsung tertuju pada balkon kamar Audrey, melihat jendela kamarnya yang terbuka. Apa ada seseorang di dalam sana?Jach melompat seperti biasa. Tidak sempat kakinya menginjak lantai balkon, pria itu mematung, berpandangan dengan Audrey yang tengah berdiri hanya mengenakan gaun tidur tipisnya.Rambut panjangnya yang tergerai bergerak lembut tersapu angin, membingkai wajah yang sembab.Hati-hati Jach melewati pagar, mendekati Audrey yang tersenyum menutupi air mata yang belum reda.Audrey tertunduk memandangi lantai sambil mengusap siku tangannya dengan pijatan. Audrey kembali bermimpi buruk seperti malam-malam sebelumnya, dia tidak bisa kembali tidur. Sudah lebih dari dua jam dia be
“Lalu mengapa?”Sebuah pertanyaan sederhana yang terucap itu memiliki serangkaian jawaban yang harus disampaikan. Menantang Jach untuk bicara jujur, atau tetap dengan tetap dengan topengnya, menyembunyikan indentitasnya yang sebenarnya.Apa yang harus Jach pilih?Jach telah memutuskan untuk menjadi pengkhianat Dante Arnaud dan Raiden Arnaud.Seorang pengkhianat bisa melakukan apapun, kecual setia.Berkhianat dan berbohong adalah dua hal yang berbeda, namun sama-sama tercela.Jach telah bertindak sampai sejauh ini, apakah pantas Audrey yang berusaha dia selamatkan menerima kebohongan?Gadis itu telah dikeliling kemunafikan, dan Jach tidak ingin disamakan dengan siapapun.“Aku adalah orang bayaran Raiden Arnaud. Aku diperintahkan untuk menjaga Aurelie Harper dan membuatnya hilang ingatan selamanya. Jika ingatan Aurelie Harper kembali, maka dia harus dilenyapkan,” ucap Jach pada akhirnya memutuskan untuk berbicara jujur.Deg!Napas Audrey tertahan di dada, sesaat jantungnya berhenti ber
Pagi-pagi sekali, saat semua orang masih bersiap-siap, Jach terlihat sudah rapi.Jach pergi sendirian meninggalkan kamarnya, pria itu terlihat sudah tahu akan pergi kemana dan apa yang akan dilakukan."Selamat pagi Pak," sapa Jach mengahadap Dante yang hendak masuk ke ruangan gym. "ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Anda."Kening Dante mengerut, tidak seperti biasanya Jach datang menemuinya diluar jam kerja hanya untuk berbicara."Masuklah," jawab Dante membuka lebih lebar daun pintu, membawa Jach masuk ke dalam ruangan gym. "Kau ingin bicara tentang apa?" tanya Dante.Jach melihat pintu di belakangnya sebentar, memastikan tertutup rapat dan tidak ada siapapun yang mendengar percakapan. "Ini mengenai nona Aurelie."Dante berbalik seketika begitu mendengar nama Aurelie disebutkan.Ada apa dengan Aurelie Harper? Sepanjang malam Dante memikirkannya, meyakinkan diri dengan perasaannya yang kini telah terbelenggu dalam permainannya sendiri.Dante kesulitan menyangkal bahwa
Gumpalan awan terlihat dilangit yang kelabu, matahari yang bersinar sudah tidak terlihat, sesekali kilatan petir muncul bersama gemuruhnya yang keras. Aurelie Harper berdiri dipinggiran pantai seorang diri kala semua orang berlindung mencari tempat aman.Aurelie mengabaikan kencangnya angin yang menerpa gaun cantiknya, jari-jarinya sampai gemetar memegang rokok dan menghisapnya, satu tangannya lagi memegang sebotol wine.Dibawah lentik bulu mata, sepasang mata zambrudnya yang bercahaya itu terus memandangi deburan ombak yang keras. Air laut bergerak mendekat sampai membasahi kakinya yang mengenakan heels.Saat hujan mulai turun dan membasahinya, Aurelie masih berdiri tegak ditempatnya, tidak peduli meski kini air laut sudah mulai sampai ke betisnya.Para pengawal yang berjaga tidak ada yang berani mendekat, mereka sudah terbiasa dengan prilaku anehnya yang kian menjadi. Jika pengawal menegurnya, Aurelie Harper akan datang menemui mereka ditengah malam membawa benda keras apapun untuk
“Pak, nyonya Serena telah terbangun dari komanya.”Dante terpaku beberapa detik, jantungnya mulai berdebar kencang begitu kesadarannya telah kembali, namun genggaman tangannya pada Audrey masih belum dia lepas. “Kau tidak bercanda kan Roven?” tanya Dante nyaris tidak terdengar.“Tidak Pak, ini benar. Sebaiknya Anda pulang, nyonya pasti mencari Anda,” jawab Roven meyakinkan.“Terima kasih Roven.”Dante kembali terpaku begitu pembicaraannya dengan Roven selesai dengan cepat. Kesenangan dan rasa syukur yang harusnya berletupan didalam dada, tertahan begitu saja seolah ini bukan sesuatu yang istimewa meski dia telah lama menantikannya dalam waktu lama.Mengapa Dante bisa menjadi seperti ini pada isterinya sendiri?Serena telah berjuang keras usai kehilangan bayi dan rahimnya, nyawanya telah menjadi pertaruhan. Suatu keajaiban dia bisa kembali bangun setelah satu bulan lamanya terbaring koma, tapi mengapa Dante tidak berbahagia dan mensyukuri hal ini?Harusnya, Dante melepaskan genggamanny
Dorothy menuangkan minuman di meja, sementara Megan menyajikan sarapan. Dante masih tidak berhenti memandangi pintu, menantikan kedatangan Aurelie Harper yang masih tidak kunjung datang.“Kemana Aurelie? Apa dia sakit lagi?” tanya Dante tidak dapat menahan rasa penasarannya.Megan dan Dorothy saling berpandangan sejenak, menyadari bahwa Dante duduk lama di meja makan hanya minum segelas kopi selama setengah jam tanpa meminta disajikan apapun ternyata hanya untuk menunggu kedatangan Aurelie.“Nona Aurelie sudah sarapan lebih awal,” jawab Dorothy tidak enak hati.“Benarkah?” tanya Dante menutupi ekspresi terkejutnya, “dimana dia sekarang?”“Ada di halaman. Mungkin sedang menikmati udara pagi.”Dante meneguk segelas air sebelum memutuskan beranjak dan meninggalkan sarapan paginya yang belum tersentuh sedikitpun.Melihat kepergian Dante, Megan tersenyum sinis menyaksikan tuannya yang telah lama dia kenal telah banyak berubah. “Tuan Dante sudah kehilangan akal sehatnya karena perempuan it
Gumpalan awan terlihat dilangit yang kelabu, matahari yang bersinar sudah tidak terlihat, sesekali kilatan petir muncul bersama gemuruhnya yang keras. Aurelie Harper berdiri dipinggiran pantai seorang diri kala semua orang berlindung mencari tempat aman.Aurelie mengabaikan kencangnya angin yang menerpa gaun cantiknya, jari-jarinya sampai gemetar memegang rokok dan menghisapnya, satu tangannya lagi memegang sebotol wine.Dibawah lentik bulu mata, sepasang mata zambrudnya yang bercahaya itu terus memandangi deburan ombak yang keras. Air laut bergerak mendekat sampai membasahi kakinya yang mengenakan heels.Saat hujan mulai turun dan membasahinya, Aurelie masih berdiri tegak ditempatnya, tidak peduli meski kini air laut sudah mulai sampai ke betisnya.Para pengawal yang berjaga tidak ada yang berani mendekat, mereka sudah terbiasa dengan prilaku anehnya yang kian menjadi. Jika pengawal menegurnya, Aurelie Harper akan datang menemui mereka ditengah malam membawa benda keras apapun untuk
Pagi-pagi sekali, saat semua orang masih bersiap-siap, Jach terlihat sudah rapi.Jach pergi sendirian meninggalkan kamarnya, pria itu terlihat sudah tahu akan pergi kemana dan apa yang akan dilakukan."Selamat pagi Pak," sapa Jach mengahadap Dante yang hendak masuk ke ruangan gym. "ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Anda."Kening Dante mengerut, tidak seperti biasanya Jach datang menemuinya diluar jam kerja hanya untuk berbicara."Masuklah," jawab Dante membuka lebih lebar daun pintu, membawa Jach masuk ke dalam ruangan gym. "Kau ingin bicara tentang apa?" tanya Dante.Jach melihat pintu di belakangnya sebentar, memastikan tertutup rapat dan tidak ada siapapun yang mendengar percakapan. "Ini mengenai nona Aurelie."Dante berbalik seketika begitu mendengar nama Aurelie disebutkan.Ada apa dengan Aurelie Harper? Sepanjang malam Dante memikirkannya, meyakinkan diri dengan perasaannya yang kini telah terbelenggu dalam permainannya sendiri.Dante kesulitan menyangkal bahwa
“Lalu mengapa?”Sebuah pertanyaan sederhana yang terucap itu memiliki serangkaian jawaban yang harus disampaikan. Menantang Jach untuk bicara jujur, atau tetap dengan tetap dengan topengnya, menyembunyikan indentitasnya yang sebenarnya.Apa yang harus Jach pilih?Jach telah memutuskan untuk menjadi pengkhianat Dante Arnaud dan Raiden Arnaud.Seorang pengkhianat bisa melakukan apapun, kecual setia.Berkhianat dan berbohong adalah dua hal yang berbeda, namun sama-sama tercela.Jach telah bertindak sampai sejauh ini, apakah pantas Audrey yang berusaha dia selamatkan menerima kebohongan?Gadis itu telah dikeliling kemunafikan, dan Jach tidak ingin disamakan dengan siapapun.“Aku adalah orang bayaran Raiden Arnaud. Aku diperintahkan untuk menjaga Aurelie Harper dan membuatnya hilang ingatan selamanya. Jika ingatan Aurelie Harper kembali, maka dia harus dilenyapkan,” ucap Jach pada akhirnya memutuskan untuk berbicara jujur.Deg!Napas Audrey tertahan di dada, sesaat jantungnya berhenti ber
Tidak lebih dari setengah jam untuk bisa sampai kembali ke kediaman Dante Arnaud. Tidak sempat ke kamarnya, Jach langsung pergi menuju kamar Audrey untuk memanfaatkan kelengahan semua orang yang tengah tertidur pulas beristirahat.Dibawah kegelapan malam Jach berjalan melewati beberapa pohon, pandangannya langsung tertuju pada balkon kamar Audrey, melihat jendela kamarnya yang terbuka. Apa ada seseorang di dalam sana?Jach melompat seperti biasa. Tidak sempat kakinya menginjak lantai balkon, pria itu mematung, berpandangan dengan Audrey yang tengah berdiri hanya mengenakan gaun tidur tipisnya.Rambut panjangnya yang tergerai bergerak lembut tersapu angin, membingkai wajah yang sembab.Hati-hati Jach melewati pagar, mendekati Audrey yang tersenyum menutupi air mata yang belum reda.Audrey tertunduk memandangi lantai sambil mengusap siku tangannya dengan pijatan. Audrey kembali bermimpi buruk seperti malam-malam sebelumnya, dia tidak bisa kembali tidur. Sudah lebih dari dua jam dia be
Jach menarik napasnya dalam-dalam, menurunkan ketegangan dibahunya, pria itu menjaga diri untuk tetap terlihat tenang, menyembunyikan isi perasaannya yang tengah terkejut.Jach tidak menyangka bahwa pemuda yang sore ini tidak sengaja dia lihat dan terkapar babak belur ditangan Dante, dia adalah kliennya selama ini.Orang yang telah mengirim Jach ke kediaman Dante Arnaud adalah tunangan Aurelie Harper sendiri.Pantas saja, selama ini Raiden tidak pernah sekalipun menunjukan diri karena Raiden berada di Australia. Dan, terjawab sudah mengapa Raiden mengetahui keberadaan Audrey tadi sore dipantai, Raiden mengetahuinya dari Jach.Jach masih bisa mengerti mengapa Raiden sangat ingin menjaga Aurelie dan ingin mengetahui segala hal tentang Aurelie Harper selama ini. Tapi, apa alasan akhir-akhir ini Raiden ingin melenyapkan Aurelie jika ingatan gadis itu kembali?Keinginan Raiden yang berubah-ubah dan tidak berpendirian patut dipertanyakan.Jach tidak boleh berbicara dan bertanya apapun yang
Jach menengadahkan kepalanya, melihat kearah balkon kamar utama Dante. Di balkon itu, Dante tengah berdiri sendirian, beberapa kali dia meneguk wine sambil memandangi langit.Sepertinya, ada sesuatu yang tengah membebani pikiran Dante setelah Raiden muncul.Lantas bagaimana kabar Audrey sekarang?Jach tidak bisa mengunjunginya karena malam masih terlalu dini, dia tidak bisa sembarangan meninggalkan tugasnya. Jach sudah apa yang harus dia lakukan untuk membantu Audrey sekarang, malam ini dia akan menemui gadis itu untuk membicarakannya.Getaran handpone di saku mengalihkan perhatian Jach. Dilihatnya nomer tidak dikenal melakukan panggilan."Hallo," sambut Jach setelah menerima panggilan itu."Ada obat yang perlu kau ambil Jach," jawab kliennya terdengar di sebrang.Jach menggenggam kuat handponenya. "Aku akan berhenti dari tugas ini minggu depan.""Mengapa? Apa bayarannya kurang?" tanya Kliennya terdengar terkejut."Tidak, aku hanya bosan.""Kita perlu bernegosiasi ulang Jach. Setidakn
Jach melihat spion untuk memastikan keadaan dibelakangnya. Atmosfer didalam mobil begitu dingin dan tidak nyaman.Membaca situasi yang saat ini sedang terjadi, Jach tidak bisa melakukan apapun selain bekerja sesuai protocol yang berlaku. Dante terlihat masih sedang berusaha meredakan amarahnya, sementara Audrey masih kesulitan mengendalikan ketakutannya dari apa yang telah terjadi didepan mata.Meski Audrey tidak tahu mengapa tiba-tiba Raiden muncul menemuinya. Audrey sadar sepenuhnya jika kemungkinan dia akan menjadi sasaran kemaraan Dante dan menerima berbagai tuduhannya seperti biasa.Apa yang akan terjadi di rumah nanti?Audrey menarik napasnya dengan kesulitan, jari-jarinya yang gemetar saling bertautan meremas kuat, terserang mual akibat kecemasan yang meningkat.Saat mereka sampai rumah, langit mulai gelap tidak lagi bercahaya.Kali ini Dante yang lebih dulu keluar dari mobil, pria itu melangkah cepat mengitari mobil dan membuka pintu Audrey.Audrey tersentak. “Sakit Dante!” r