Deburan ombak terdengar seiring dengan mobil yang ditumpangi Audrey mendekati lautan. Butuh waktu lebih dari setengah jam lamanya untuk bisa menempuh perjalanan, waktu yang dimiliki Audrey hanya sedikit, itupun tidak cukup jika harus digunakan untuk perjalanan pulang.Begitu mobil terhenti, Audrey langsung keluar meninggalkan tiga lelaki yang ada satu mobil dengannya.“Waktu beliau hanya tinggal dua puluh menit lagi,” ucap Victor memberitahu.“Hari ini, tidak perlu dihitung,” jawab Dante melihat kepergian Audrey, tidak berapa lama pria itu menyusul keluar. "Kalian tunggu saja disini, tidak perlu mengikutinya," perintah Dante lagi."Tidak seperti biasanya pak Dante tidak meminta kita untuk mengawal," kata Victor melihat dari Dante yang sudah pergi menjauh.Jach tidak menjawab, hanya ada sorot kecemburuan yang terlihat dimatanya menyaksikan Dante yang mulai goyah dengan permainannya sendiri.Jach tidak rela jika Dante benar-benar jatuh cinta pada Audrey dan menahannya lebih lama disisin
Audrey mematung, napasnya sesak terperangkap dalam pelukan erat pria yang tidak dikenalinya.Audrey terkejut sekaligus bingung, tidak tahu harus bertindak apa untuk menangani situasi apa yang kini sedang terjadi padanya.Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa tiba-tiba dia datang dan memeluknya?“Aku sangat merindukanmu, betapa melegakannya aku bisa melihatmu kembali dalam keadaan baik-baik saja,” ucap Raiden dengan penuh rasa syukur, membelai rambut Audrey dengan penuh kasih sayang dan kerinduan yang dalam. Tidak berapa lama pelukan yang terjalin itu terlepas, Raiden ditarik kasar oleh Dante yang sejak tadi menyaksikan drama reuni sepasang kekasih yang dua bulan lebih lamanya telah dipisahkan.Dante tidak menyangka jika dia akan menyaksikan pemandangan ini semua.Tubuh Raiden terhuyung mundur, begitu matanya berpandangan dengan Dante, sebuah pukulan menyambutnya sampai Raiden jatuh tersungkur ke pasir.Audrey menutup mulutnya menahan teriakan, semakin bingung dengan reaksi bringas Dante
Jach melihat spion untuk memastikan keadaan dibelakangnya. Atmosfer didalam mobil begitu dingin dan tidak nyaman.Membaca situasi yang saat ini sedang terjadi, Jach tidak bisa melakukan apapun selain bekerja sesuai protocol yang berlaku. Dante terlihat masih sedang berusaha meredakan amarahnya, sementara Audrey masih kesulitan mengendalikan ketakutannya dari apa yang telah terjadi didepan mata.Meski Audrey tidak tahu mengapa tiba-tiba Raiden muncul menemuinya. Audrey sadar sepenuhnya jika kemungkinan dia akan menjadi sasaran kemaraan Dante dan menerima berbagai tuduhannya seperti biasa.Apa yang akan terjadi di rumah nanti?Audrey menarik napasnya dengan kesulitan, jari-jarinya yang gemetar saling bertautan meremas kuat, terserang mual akibat kecemasan yang meningkat.Saat mereka sampai rumah, langit mulai gelap tidak lagi bercahaya.Kali ini Dante yang lebih dulu keluar dari mobil, pria itu melangkah cepat mengitari mobil dan membuka pintu Audrey.Audrey tersentak. “Sakit Dante!” r
Jach menengadahkan kepalanya, melihat kearah balkon kamar utama Dante. Di balkon itu, Dante tengah berdiri sendirian, beberapa kali dia meneguk wine sambil memandangi langit.Sepertinya, ada sesuatu yang tengah membebani pikiran Dante setelah Raiden muncul.Lantas bagaimana kabar Audrey sekarang?Jach tidak bisa mengunjunginya karena malam masih terlalu dini, dia tidak bisa sembarangan meninggalkan tugasnya. Jach sudah apa yang harus dia lakukan untuk membantu Audrey sekarang, malam ini dia akan menemui gadis itu untuk membicarakannya.Getaran handpone di saku mengalihkan perhatian Jach. Dilihatnya nomer tidak dikenal melakukan panggilan."Hallo," sambut Jach setelah menerima panggilan itu."Ada obat yang perlu kau ambil Jach," jawab kliennya terdengar di sebrang.Jach menggenggam kuat handponenya. "Aku akan berhenti dari tugas ini minggu depan.""Mengapa? Apa bayarannya kurang?" tanya Kliennya terdengar terkejut."Tidak, aku hanya bosan.""Kita perlu bernegosiasi ulang Jach. Setidakn
Jach menarik napasnya dalam-dalam, menurunkan ketegangan dibahunya, pria itu menjaga diri untuk tetap terlihat tenang, menyembunyikan isi perasaannya yang tengah terkejut.Jach tidak menyangka bahwa pemuda yang sore ini tidak sengaja dia lihat dan terkapar babak belur ditangan Dante, dia adalah kliennya selama ini.Orang yang telah mengirim Jach ke kediaman Dante Arnaud adalah tunangan Aurelie Harper sendiri.Pantas saja, selama ini Raiden tidak pernah sekalipun menunjukan diri karena Raiden berada di Australia. Dan, terjawab sudah mengapa Raiden mengetahui keberadaan Audrey tadi sore dipantai, Raiden mengetahuinya dari Jach.Jach masih bisa mengerti mengapa Raiden sangat ingin menjaga Aurelie dan ingin mengetahui segala hal tentang Aurelie Harper selama ini. Tapi, apa alasan akhir-akhir ini Raiden ingin melenyapkan Aurelie jika ingatan gadis itu kembali?Keinginan Raiden yang berubah-ubah dan tidak berpendirian patut dipertanyakan.Jach tidak boleh berbicara dan bertanya apapun yang
Tidak lebih dari setengah jam untuk bisa sampai kembali ke kediaman Dante Arnaud. Tidak sempat ke kamarnya, Jach langsung pergi menuju kamar Audrey untuk memanfaatkan kelengahan semua orang yang tengah tertidur pulas beristirahat.Dibawah kegelapan malam Jach berjalan melewati beberapa pohon, pandangannya langsung tertuju pada balkon kamar Audrey, melihat jendela kamarnya yang terbuka. Apa ada seseorang di dalam sana?Jach melompat seperti biasa. Tidak sempat kakinya menginjak lantai balkon, pria itu mematung, berpandangan dengan Audrey yang tengah berdiri hanya mengenakan gaun tidur tipisnya.Rambut panjangnya yang tergerai bergerak lembut tersapu angin, membingkai wajah yang sembab.Hati-hati Jach melewati pagar, mendekati Audrey yang tersenyum menutupi air mata yang belum reda.Audrey tertunduk memandangi lantai sambil mengusap siku tangannya dengan pijatan. Audrey kembali bermimpi buruk seperti malam-malam sebelumnya, dia tidak bisa kembali tidur. Sudah lebih dari dua jam dia be
“Lalu mengapa?”Sebuah pertanyaan sederhana yang terucap itu memiliki serangkaian jawaban yang harus disampaikan. Menantang Jach untuk bicara jujur, atau tetap dengan tetap dengan topengnya, menyembunyikan indentitasnya yang sebenarnya.Apa yang harus Jach pilih?Jach telah memutuskan untuk menjadi pengkhianat Dante Arnaud dan Raiden Arnaud.Seorang pengkhianat bisa melakukan apapun, kecual setia.Berkhianat dan berbohong adalah dua hal yang berbeda, namun sama-sama tercela.Jach telah bertindak sampai sejauh ini, apakah pantas Audrey yang berusaha dia selamatkan menerima kebohongan?Gadis itu telah dikeliling kemunafikan, dan Jach tidak ingin disamakan dengan siapapun.“Aku adalah orang bayaran Raiden Arnaud. Aku diperintahkan untuk menjaga Aurelie Harper dan membuatnya hilang ingatan selamanya. Jika ingatan Aurelie Harper kembali, maka dia harus dilenyapkan,” ucap Jach pada akhirnya memutuskan untuk berbicara jujur.Deg!Napas Audrey tertahan di dada, sesaat jantungnya berhenti ber
Pagi-pagi sekali, saat semua orang masih bersiap-siap, Jach terlihat sudah rapi.Jach pergi sendirian meninggalkan kamarnya, pria itu terlihat sudah tahu akan pergi kemana dan apa yang akan dilakukan."Selamat pagi Pak," sapa Jach mengahadap Dante yang hendak masuk ke ruangan gym. "ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Anda."Kening Dante mengerut, tidak seperti biasanya Jach datang menemuinya diluar jam kerja hanya untuk berbicara."Masuklah," jawab Dante membuka lebih lebar daun pintu, membawa Jach masuk ke dalam ruangan gym. "Kau ingin bicara tentang apa?" tanya Dante.Jach melihat pintu di belakangnya sebentar, memastikan tertutup rapat dan tidak ada siapapun yang mendengar percakapan. "Ini mengenai nona Aurelie."Dante berbalik seketika begitu mendengar nama Aurelie disebutkan.Ada apa dengan Aurelie Harper? Sepanjang malam Dante memikirkannya, meyakinkan diri dengan perasaannya yang kini telah terbelenggu dalam permainannya sendiri.Dante kesulitan menyangkal bahwa
Dante memacu kendaraannya dengan kencang meninggalkan hotel tempatnya menginap selama beberapa hari terakhir ini.Selama beberapa hari ini, Dante menolak untuk bertemu dengan siapapun yang orang yang memiliki urusan dengannya, terutama orang tuanya dan Serena.Sejenak saja Dante ingin menghilang dari keramaian dan menghabiskan waktunya untuk tidur dan memulihkan pikirannya tanpa perlu bercerita kepada siapapun akan seberapa beratnya beban yang kini tengah dipikul.Nampaknya, rencana Dante harus selesai begitu saja malam ini karena Serena yang dia hindari telah datang ke rumah tempat Audrey tinggal. Entah apa yang akan dilakukan Serena, yang pasti Dante tahu bahwa itu bukan sesuatu yang baik.Dan jika terjadi sesuatu pada Audrey akibatnya kedatangannya, Dante bersumpah tidak akan pernah mengampuninya.Miris rasanya, Serena, perempuan yang dulu begitu Dante cintai, kini telah menjadi orang paling asing dan Dante benci didunia ini.Dan Audrey yang setengah mati pernah Dante benci, justr
Audrey masih berdiri di dekat jendela, melihat kedatangan seorang wanita yang masuk ke dalam rumah dengan begitu percaya diri, wajahnya yang terangkat menunjukan suatu keangkuhan seperti seseorang yang sedang membanggakan diri.Saat pandangan mereka bertemu, dapat Audrey rasakan sorot matanya yang penuh amarah dan kebencian, mengingatkan Audrey pada pertemuan pertamanya dengan Dante Arnaud.Siapa wanita itu? Caranya yang datang menerobos masuk ke dalam rumah tanpa ada yang berani menghentikan menunjukan statusnya yang penting untuk Dante Arnaud, dilihat dari caranya berpenampilan dia seperti perempuan kelas atas.Tanpa sadar Audrey memeluk perutnya, instingnya tahu bahwa wanita itu datang bertamu tidak dengan tujuan yang baik.Suara kaki heels terdengar tajam mendekat, membawa ketegangan yang mengintimidasi, dan tidak sempat Audrey berbicara.Plak!Sebuah tamparan keras langsung mendarat dipipi, sebuah pukulan yang dilayangkan tanpa sebuah alasan, memperlakukan Audrey dengan semena-me
Salma menepikan mobilnya dengan putus asa. Berhari-hari setelah melepaskan Aurelie pada orang asing, kini Salma telah kehilangan jejaknya.Kesana-kemari mencari namun tidak membuahkan hasil, Salma tidak tahu lagi bagaimana kabar Aurelie dan dimana dia sekarang berada.Keuangan Salma yang semakin menipis membuatnya semakin tidak berdaya, dia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang boros, tidak dapat membayar orang-orang untuk mencari keberadaan Aurelie.Wanita itu meratap sedih, memandangi rumah mewah yang telah ditempatinya dengan Daud kini hanya bisa dipandang dari balik pagar, karena Daud masih menolak untuk bertemu maupun berbicara dengannya selama Salma tidak bisamembawa Aurelie."Percuma melahirkan dua anak, keduanya sangat tidak berguna!" gerutu Salma terdengar kesal.Cahaya beberapa kendaraan terlihat mendekat, Salma yang hendak keluar berpikir bahwa itu Daud harus mengurungkan niatnya begitu sadar bahwa tiga kendaraan yang datang itu adalah mobil kepolisian.“Ada apa ini?
Aurelie dibawa pergi menuju lantai tiga, tempat dimana kini Arman sedang menjalani perawatannya yang semakin intensif.Melalui lift berdinding kaca, Aurelie dapa melihat setiap lantai yang dilaluinya, dan begitu pintu lift terbuka, langkahnya yang semula tanpa beban mendadak menjadi berubah.Suasana hati Aurelie terganggu, aroma khas obat-obatan yang berada disekelilinnya mengingatkan dia pada keadaan rumah sakit jiwa yang dulu pernah mengurungnya.Aroma obat-obatan membuatnya ingin sekali pergi mencari ruangan sunyi dan mengurung diri sendirian, dimana tidak ada satu orangpun yang datang mengganggu dan dia bebas dengan khayalan-khayalan liarnya yang mampu membuatnya tertawa, lepas dari berbagai kekecewaannya pada dunia yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.“Ikuti saya,” ajak pengawalnya mengajak Aurelie pergi melewati beberapa belokan menuju sebuah lorong panjang yang sunyi.“Audrey!” panggil Dom begitu melihat Aurelie, senyuman lega Dom berubah kaku setelah sadar bahwa Audrey yan
Dibawa oleh orang asing semalam hingga akhirnya terkurung di sebuah rumah. Aurelie langsung menghabiskan waktunya untuk tidur hingga pagi tanpa kewaspadaan apapun. Aurelie sudah terlalu sering singgah ditempat baru, bertemu orang-orang yang tidak dia kenal dan mendapatkan berbagai perlakuan dari yang terbaik hingga yang terburuk.Ini bukan hal baru untuknya, bahkan meski orang asing yang telah membawanya saat ini adalah orang jahat, Aurelie tidak merasakan ketakutan apapun karena orang tuanya sendiri lebih jahat dari orang jahat.Ketika Aurelie membuka matanya dipagi hari, sudah ada pakaian yang disediakan untuknya.Aurelie merangkak turun dari ranjangnnya, hal pertama yang dia lakukan setelah bangun adalah mencari-cari adalah rokok yang selalu terbiasa disediakan oleh seseorang untuknya.Bukan rokok biasa, itu adalah lintingan daun yang akan membuatnya tenang.Tidak kunjung menemukan apa yang dicari, ketenagan Aurelie perlahan berubah. Dalam keadaan berantakan Aurelie keluar dari k
“Kenapa? Ambilah,” tegur Sheryl karena Audrey tidak kunjung menerimanya.Audrey menggeleng malu, tidak berani mengambil barang orang lain sembarangan. Pernah sekali, saat Arman membersihkan atap rumah seseorang, seorang anak seusia Audrey memberikan sebuah boneka kepadanya karena Audrey menemaninya bermain.Namun saat Audrey dan Arman akan pulang, orang tua anak itu menuduh Audrey mencuri. Alhasil, untuk pertama kalinya Arman memukulinya dan berpikir bahwa Audrey memang telah mencuri.Setiap kali ada masalah, Arman tidak akan pernah ada dipihaknya, Audrey takut dia melakukan kesalahan yang sama dan akan mempermalukan Arman lagi.“Saya tidak punya uang Nyonya,” jawab Audrey dengan gelengan beratnya, meski hatinya begitu ingin namun tangannya tahu diri untuk tidak sembarangan menerima sesuatu yang tidak pantas untuk orang sepertinya.“Sebentar lagi natal, ini hadiah untuk ketekunanmu sekolah, tidak perlu membayar apapun. Ambilah, jangan takut,” jawab Sheryl meyakinkan.“Besok saya ula
FlashbackMusim dingin sedang belangsung. Biasanya, ketika badai salju turun, orang-orang akan beraktivitas lebih banyak didalam rumah. Pasar yang masih beroperasi menyediakan pelayanan pesan antar bahan makanan dan Arman menjadi salah satu orang yang bekerja mengantar bahan-bahan makanan itu ke rumah-rumah.Tidak ada waktu untuk Arman memikirkan hari libur, hari-harinya dia lalui dengan bekerja apapun, lalu minum-minum di bar sampai mabuk lalu pergi tidur.Saat Arman turun dari mobil menyelesaikan pekerjaannya, dilihatnya Audrey yang masih duduk disebuah dibangku, memeluk sekantung besar bahan-bahan makanan.Kilatan tidak bersahabat terlihat dimata Arman. Audrey sangat bebal, berkali-kali Arman selalu memintanya jangan datang ke pasar dan menunggu di rumah, seakan tidak peduli dengan perintah ayahnya, anak itu tetap datang dengan alasan takut didatangi oleh penagih hutang.Arman tidak suka, karena setiap kali Audrey mengekorinya didepan umum, orang-orang tidak pernah berhenti membica
“Kau benar, kau dan aku sama-sama bersalah. Karena itu, mari kita bercerai.”Mata Serena membulat sempurna, sebuah pernyataan cerai yang terucap dari mulut Dante bak petir yang menyambar disiang bolong, benar-benar membuat Serena sangat terkejut.Serena sama sekali tidak pernah menduga, dengan mudahnya Dante bisa menyatakan cerai hanya karena satu kesalahan yang telah diperbuat. Bukankah Dante mencintainya? Harusnya sebesar apapun masalah mereka, Dante masih bisa memaafkannya dan menerimanya kembali.Tapi mengapa, Dante langsung memutuskan untuk bercerai dibandingkan memberinya kesempatan kedua.Pupil mata Serena bergetar tidak kuasa menahan tangisan. Wanita masih tidak percaya, lelaki yang baru menikahinya tidak lebih dari dua tahun ini, kini dengan lantai meminta bercerai. “Cerai? Mudah sekali kau menyatakan cerai padaku Dante,” ucap Serena.Bahu Dante menegang kaku mendengar jawaban tidak terduga Serena yang begitu egois, tidak tahu diri, tidak tahu malu seakan kesalahan yang tela
Sopir yang dipanggil segera keluar, Aurelie yang semula duduk perlahan beranjak dengan sorot mata waspada dan napas memburu menahan gejolak amarah. Aurelie tahu apa yang akan terjadi setelah ini, dan dia sangat membencinya karena tidak bisa berlari pergi.“Bawa Aurelie, dia sedang sakit,” perintah Salma begitu sopirnya sudah datang menghampiri.“Ayo, Nona,” ajak sopir itu mengulurkan tangannya menawarkan bantuan.“Aku tidak mau,” geram Aurelie.“Anda harus pulang.” Sopir itu menarik tangan Aurelie dengan paksa dan tidak mempedulikan teriakannya yang menolak dibawa pergi.Karena takut menjadi perhatian pengendara lain, Salma akhirnya ikut menarik tangan Aurelie dan memaksanya pergi meninggalkan emperan halte.“Jika kau tidak menjadi anak yang penurut, kau akan dimasukan ke dalam bangsal rumah sakit jiwa lagi Aurelie,” peringat Salma mengancam.“Aku tidak mau!” teriak Aurelie mulai beringas, menggigit tangan Salma yang mencengkramnya.“Arrght!” ringis Salma menggunjing tangannya agar gi