"Kak, Dokter bilang apa? " Cinta memandang Nara dengan raut wajah penuh kecemasan."Dokter mengatakan bahwa kondisi kandungan lemah, jadi karena itu adek harus dirawat di sini." Nara mengusap kepala Cinta dengan penuh kasih sayang."Kak, kata Dokter dokter penyebabnya apa? Tapi kandungan Cinta gak apa-apakan?" Cinta tidak tenang ketika mengetahui kondisi kandungannya."Faktor utamanya stress, namun untuk lebih jelasnya kita tunggu dokter kandungan besok pagi," Nara tersenyum tanpa mau menyalakan Cinta.Cinta terdiam mendengar perkataan Nara. Meskipun dia menunjukkan kepada semua orang bahwa dirinya baik-baik saja, Namun nyatanya tidak. Luka yang menganga membuat rasa nyeri selalu hadir di hatinya. Apalagi ketika mengingat pernyataan Karin di media yang benar-benar menamparnya. Cinta seakan berada di tengah orang ramai tanpa memakai busa. Sehingga orang bisa melihat semua aib yang selalu disembunyikannya."Ada baiknya Adek tidak lari dari kenyataan. Adek harus menghadapi semuanya tanpa
Cinta hanya sendiri di dalam kamar yang berukuran luas dan mewah tersebut. Walaupun ini adalah ruang perawatan namun tidak terlihat sedang berada di rumah sakit. Karena fasilitas yang dinikmatinya sama dengan hotel berbintang.Si Bibi yang tadi menemaninya kini sudah pulang dengan alasan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah terlebih dahulu. Dan berjanji akan kembali lagi ke rumah sakit. Karena itu Cinta sendiri berada di dalam kamar.Disaat sendiri seperti ini, Cinta teringat dengan kedua mertuanya yang selalu saja memberikan perhatian lebih. Kenangan masa lalu kembali terbayang dipeluk matanya. Kala itu Cinta sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Kedua mertuanya dengan sangat sabar dan penuh perhatian menjaganya. "Mama, papa, Cinta rindu, rindu sekali." Cinta menangis ketika terbayang wajah Sari dan Erik. "Maafkan Cinta, bukan Cinta berniat untuk egois. Cinta hanya ingin mengobati luka di hati ini. Apa mama dan papa tahu, kalau rasanya sangat sakit. Cinta juga butuh waktu untuk
Rafasya duduk di tepi tempat tidur dengan tersenyum. Tatapan matanya terus saja tertuju ke wajah cantik sang istri. Rasa rindu yang selama ini menyesakkan di dada seakan terobati sudah. "Terima kasih ya nak sudah mau jagain mami." Rafasya tahu jika tidak ada anak yang dikandung Cinta saat ini, mungkin istrinya itu sudah bertindak bodoh yang berakibat membahayakan dirinya sendiri. Meskipun sudah menemukan Cinta, namun Rafasya tidak ingin memberitahukan hal ini terlebih dahulu kepada orang tuanya. Alasannya karena dia harus menyelesaikan permasalahannya terlebih dahulu dengan istri tercinta. Setelah puas memandangi wajah istrinya, Rafasya pun berbaring di sebelah Cinta. Dia tidak akan mau melepaskan Cinta meskipun hanya sebentar saja. Rafasya harus meyakinkan bahwa istrinya benar-benar berada didalam dekapannya.Walaupun tidur di bagian pinggir, namun Rafasya tidak memperdulikannya. Jika Cinta bergeser sedikit saja, sudah pasti dia akan terjatuh. Namun Rafasya tetap tidak perduli d
Cinta bergeming ketika melihat Rafasya membuka matanya. Sampai detik ini dia masih tidak bisa membedakan antara nyata ataupun mimpi.Entah terlalu shock atau nyawanya yang belum terkumpul, hingga otaknya menjadi konslet. Rafasya tersenyum memandang wajah cantik sang istri. Dia benar-benar sangat merindukan Cinta. Bahkan ketika Cinta tidur, Rafasya masih Sempat-sempatnya mencuri kecupan di bibir sang istri."Sudah bangun sayang?" Rafasya tersenyum. Namun Cinta hanya diam dan mencoba mencerna, Apakah ini mimpi atau tidak."Rindu Dek," Rafasya menatap istrinya dengan senyum penuh bahagia. Batin Cinta menjerit, dia benar-benar frustasi menghadapi permasalahan ini. Antara senang atau marah ketika melihat sang suami ada di pelukannya. Otaknya mulai bekerja dan yakin bahwa ini semua bukan sekedar mimpi, tapi nyata. Setelah bisa berpikir dengan jernih, Cinta memandang Rafasya dengan penuh kemarahan. Dengan sangat keras dia mendorong tubuh suaminya itu hingga terjatuh dari tempat tidur. Ber
Rafasya akan bersabar menunggu jawaban dari istrinya. Dia juga sudah menjelaskan apa yang terjadi sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman. Rafasya bersyukur menemukan Cinta sebelum 6 bulan usia pernikahannya. Jika hal itu terjadi maka Cinta akan menolak dengan alasan kontrak pernikahan yang sudah usai.Setelah mendengar perkataan Rafasya mengenai Karin yang sedang di tahan oleh polisi, sungguh membuat dia penasaran. Apa benar saat ini Karin sedang dipenjara? Ingin bertanya namun dia masih malas untuk berbicara dengan suaminya itu."Permisi." Seorang perawat masuk ke kamar Cinta."Silahkan sus," jawab Rafasya dengan sangat ramah. Padahal sebelumnya pria itu sangat irit bicara. "Untung aja Mas Rafa cepat datang, soalnya kasihan Mbak cinta kalau sendiri." Perawat itu tersenyum sambil meletakkan menu makan siang serta obat di atas meja. "Iya sus," jawab Rafasya dengan tersenyum. Dia begitu sangat bahagia karena bisa menemukan istrinya. Cinta hanya diam memandang Rafasya. Dia benar-benar
Rafasya hanya diam memandang pertemuan penuh haru tersebut. Namun dia tidak bisa menahan air mata yang meluncur dengan sendirinya. Dengan cepat diusapnya air mata kebahagiaan tersebut. "Ma, pa, Aku mau masak nasi goreng dulu, aku titip Cinta ya." Rafasya kembali tersenyum memandang istrinya. Setelah berpamitan pria itu kemudian pergi meninggalkan kamar rawat. "Masak nasi goreng?" tanya Erik sambil memandang istrinya. "Iya, Cinta minta nasi goreng masakan bang Rafa." Cinta tersenyum malu. Setelah mendengar semua penjelasan dari Rafasya, Cinta tidak bisa menyalakan suaminya. Karena itu semua memang perbuatan Karin yang ingin merusak rumah tangganya, serta menjebak Rafasya. Beryukur ada janin dirahimnya yang membuat dia harus kuat. Cinta bersyukur ada Nara yang selalu menyayanginya tanpa syarat. Namun tetap saja Cinta masih kesal dengan suaminya itu.Erik tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Terus dia mau Masak di mana?" tanyanya. "Nggak tau juga," jawab Cinta. "Terser
Sari menceritakan semuanya agar Cinta bisa memaafkan Rafasya. Meskipun di awal pernikahan, Rafasya menolak Cinta dan tetap memilih untuk menjalin hubungan dengan Karin. Namun semua itu tidak berlangsung lama karena pada nyatanya hati pria itu justru terpaut dengan istrinya. Kesabaran yang dimiliki Cinta mampu mengobrak-abrik hati seorang Rafasya dan pada akhirnya melabuhkan hatinya kepada pasangan halalnya itu."Mama harap Cinta mau menerima bang Rafa kembali. Semenjak Cinta pergi, badannya sekarang semakin kurus. Dia bahkan sampai beberapa kali di rawat. Setiap pulang dari kantor, dia akan keliling kota cari Cinta. Dia berharap bisa melihat Cinta berdiri di pinggir jalan.Cinta terdiam mendengar perkataan Sari. Dia tidak menyangka bahwa suaminya akan hancur seperti itu ketika dia tinggalkan. Padahal Cinta berpikir bahwa Rafasya sudah hidup bahagia bersama dengan Karin. "Apa Rafasya sudah mengatakan tentang surat pembatalan itu?" Sari memandang Cinta. Wanita itu sudah tidak sabar mel
Erik dan Sari merinding ketika mendengar perkataan Rafasya. Cukup kali ini saja mereka mencicipi nasi goreng hasil karya anaknya."Untuk cinta saja, papa enggak," jawab Erik setelah berhasil menelan rasa nasi goreng yang begitu sangat asin."Mama juga nggak." Sari berkata sambil meminum air mineral yang banyak. Begitu juga dengan Erik. Pasangan suami istri itu menetralkan lidahnya dengan minum sebanyaknya. Mereka jerah untuk makan nasi goreng masakan anaknya. "Oh kirain pengen dibuatin juga." Rafasya tersenyum dan kembali memandang istrinya. "Ma, rasa nasi gorengnya asin sekali ya, lebih asin daripada air laut." Erik berbisik di telinga Sari. "Iya Pah, nanti bakalan Mama marahin itu anak. Bisa naik tensi Cinta kalau makan nasi goreng asin seperti itu." Sari merinding ketika membayangkan rasa asin dari nasi gorengnya. Dan yang lebih membuat wanita itu ingin gila ketika membayangkan Cinta yang memakan nasi goreng itu dengan lahap.Pasangan suami istri itu kemudian diam sambil memand