Home / Pernikahan / Kontrak Pernikahan Sang CEO / 01. Pertemuan dengan Calon Suami

Share

Kontrak Pernikahan Sang CEO
Kontrak Pernikahan Sang CEO
Author: rainaxdays

01. Pertemuan dengan Calon Suami

Author: rainaxdays
last update Last Updated: 2024-02-24 16:34:40

Pernikahan itu akan menjadi perubahan besar dalam hidupnya.

Layla menghela napas panjang. Kepalanya disandarkan ke kaca jendela yang dingin. Iris cokelatnya terpaku pada segaris bulan baru yang berpendar.

Perasaannya tidak karuan memikirkan pertemuannya dengan calon suaminya.

Di umurnya yang baru 19 tahun, ia terpaksa harus menerima perjodohan dari orang tuanya. Layla tidak punya pilihan lain mengingat orang tuanya terlilit banyak hutang.

Perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan dan salah satu rekannya mau menolong asal Layla bersedia dijodohkan dengan putranya.

Arsen Sergio, adalah nama dari pria itu.

Layla tidak tahu seperti apa rupanya, tetapi ibunya bilang, umurnya lima tahun lebih tua darinya. Dia adalah direktur muda yang baru saja dilantik.

Sebentar lagi, mereka akan bertemu.

Layla menatap keluar jendela untuk waktu yang lama, memikirkan kembali segala rencananya di masa lalu.

Layla sengaja menunda setahun sebelum mendaftar kuliah kedokteran melihat perusahaan ayahnya yang bermasalah, tetapi sekarang, kenyataannya justru jauh berbeda.

Layla tidak ingin melihat orang tuanya menderita, meskipun di sisi lain, ia tidak siap dengan perjodohan ini.

"Layla?"

Suara ayahnya terdengar di ambang pintu.

Layla menoleh dan ayahnya melambaikan tangan. "Kau sudah siap, Nak? Keluarga Arsen akan segera datang."

"Ah, tunggu sebentar, Ayah. Ayah duluan saja."

"Baiklah."

Layla segera berdiri dan mematut diri di depan cermin, memperhatikan refleksinya di sana. Ia masih tidak menyangka akan menikah sebentar lagi. Tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa ia akan menikah di usia semuda ini, dengan... pria asing.

Layla terus bertanya-tanya bagaimana sosok calon suaminya. Ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya menjalin hubungan dengan seseorang.

Ia tidak pernah pacaran.

Ia terlalu sibuk merencanakan masa depannya yang sempurna, sampai kemudian takdir menjungkir-balikkan segalanya.

Apakah Arsen Sergio juga menginginkan perjodohan ini? Bagaimana perilakunya? Apakah dia pria bertempramen lembut? Atau kasar?

Ibunya bilang kalau Arsen adalah pria yang baik dan sopan. Tetapi belum pasti sifat aslinya seperti itu.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk melihat sifat asli seseorang, bahkan terkadang beberapa orang pandai menyembunyikannya dibalik topeng kebaikan dan kesopanan. Bukan berarti Layla menuduh Arsen tidak baik, hanya saja ia ingin berhati-hati.

Pernikahan adalah hubungan yang serius. Ia akan tinggal bersama pria itu, berbagi segalanya, jadi sangat penting untuk mengetahui sikapnya.

Jika Layla berminat pada bidang bisnis sejak awal, mungkin ia akan mengenal sosok Arsen. Arsen sebelumnya adalah wakil direktur yang beberapa kali melakukan pertemuan dengan ayahnya. Sayangnya, Layla terlalu acuh dan lebih fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan kedokteran.

Menarik napas panjang, Layla bergegas turun ke lantai bawah. Di sana, ibu dan ayahnya telah menunggu di ruang tamu.

"Coba lihat penampilanmu, Sayang. Manis sekali," kata ibunya dengan senyum lebar.

Layla hanya bisa tersenyum tipis mendengar perkataan ibunya. Yah, ia tidak bisa menebak bagaimana reaksi Arsen nanti.

"Apa kau gugup?" tanya Melissa ketika Layla duduk di sampingnya. Ia mengusap lembut puncak kepala putrinya.

"Sedikit," jawab Layla, tersenyum tipis. Meskipun, tidak bisa dipungkiri kalau jantungnya mulai berdebar tidak karuan.

"Oh tunggu dulu, sebaiknya Ayah cek di gerbang depan. Mungkin saja mereka sudah lupa dengan jalannya." Dirgantara lantas berdiri dari tempatnya dan pergi ke halaman depan.

"Ibu juga sebaiknya mengecek makanan di dapur," sahut Melissa.

Layla terdiam di tempatnya dan meraih ponselnya. Tiba-tiba terpikir untuk mencari tahu beberapa hal yang mungkin bisa ia dapat mengenai kehidupan Arsen.

Ketika mengetik nama pria itu, Layla mengernyit melihat foto yang muncul.

Layla terpaku memperhatikan foto Arsen yang terpampang di layar ponselnya. Wajahnya entah kenapa terasa familier.

Layla memperhatikan dengan saksama dan benar saja, wajahnya mirip dengan seseorang yang ia kenal. Seorang pemuda yang pernah menolongnya empat tahun lalu saat ia jatuh ke selokan.

Tetapi mungkinkah?

Rasanya tidak mungkin Arsen tinggal di sana. Waktu itu, Layla sedang berlibur ke rumah neneknya yang berada di desa.

Layla memperhatikan foto Arsen yang lain, kemudian menggeleng pelan. Mungkin mereka hanya mirip, atau ingatannya yang salah. Ia tidak yakin kalau pria itu dan Arsen adalah satu orang yang sama.

Wajah Arsen yang terpampang di artikel terlihat kaku dan dingin. Apakah ia tipe pria yang pendiam? Foto-foto yang diambil memperlihatkan betapa seriusnya ekspresi pria itu. Hanya satu-dua foto yang terlihat tersenyum, itu pun hanya senyum tipis yang tampak dipaksakan.

Layla menggeser lebih jauh dan membaca beberapa artikel. Sebagian besar tentang pencapaian Arsen Sergio di usianya yang masih muda. Sisanya adalah wawancara mengenai pelantikannya sebagai direktur baru menggantikan ibunya.

Ibu Arsen didiagnosa mengidap kanker darah stadium satu, itu yang Layla tahu dari ibunya. Itu sebabnya Arsen menggantikan posisi ibunya.

Jemarinya terus menggeser layar ke bagian bawah, mencari-cari berita lain yang berbeda. Mungkin isu miring atau sebagainya.

Dari artikel sebelumnya, pria itu terlihat nyaris sempurna. Tanpa cela. Namun, tidak ada manusia yang sempurna, bukan?

'Rumor mengenai hubungan Arsen Sergio dengan sekretarisnya kembali memanas!'

Layla mengerutkan kening. Ia menegakkan tubuh dan membaca ulang judul berita yang tertera.

Arsen dan sekretarisnya?

'Arsen Sergio terlihat bersama sekretarisnya di sebuah restoran mewah!'

'Apakah pewaris Sergio Industri menjalin hubungan spesial dengan sekretarisnya sendiri?'

Apa ini? Gosip semata atau benar-benar terjadi?

Layla menggigit bibir bawahnya, ragu-ragu untuk membuka salah satu artikel. Tetapi belum sempat ia membukanya, suara mobil yang masuk ke halaman terdengar di luar. Bersamaan dengan itu, ibunya muncul bersama ayahnya.

"Mereka sudah datang," sahut Melissa dengan panik sekaligus antusias.

Layla refleks berdiri dari sofa, jantungnya terasa melompat keluar dari rongga dadanya. Ya Tuhan, ia rasanya ingin pingsan.

"Layla, kemari Nak," panggil ayahnya.

Layla menarik napas panjang dan mengikuti ayahnya menuju beranda depan. Ibunya sudah membuka pintu lebih lebar ketika dua pasang langkah kaki terdengar mendekat.

Pandangan Layla bersirobok dengan sepasang mata rusa yang menawan. Arsen menatapnya dengan ekspresi datar, tetapi kemudian kerutan muncul di keningnya ketika memperhatikan wajah Layla cukup lama.

"Ah, Layla?" Suara Ibu Arsen mengalihkan atensi Layla. Wanita itu tanpa ragu menarik Layla ke dalam pelukan dan berbisik dengan manis, "Kau sangat cantik, Nak."

Layla tersenyum canggung. "Terima kasih, Bibi."

Ibu Arsen melemparkan senyum lembut sebelum melangkah melewati pintu dan berbicara dengan orang tuanya.

Layla masih berdiri di pintu, bermaksud membiarkan Arsen melangkah lebih dulu, tetapi di luar dugaan pria itu malah berhenti di depannya.

Aroma dari parfumnya menguar memenuhi penciuman Layla, perpaduan antara kayu aras dan bergamot. Layla mendongak, baru sadar betapa tingginya pria ini. Puncak kepalanya hanya sebatas dagu Arsen.

"Kau ..." Arsen berucap, menggantung. Ia memiringkan kepalanya dan menatap Layla dari atas sampai ke bawah. Ekspresinya terlihat seolah ia ingin tertawa.

Layla menatap tidak mengerti, tetapi sedetik kemudian, Arsen malah melontarkan kalimat yang membuat pipinya seketika memerah karena malu.

"Bukankah kau ... gadis yang pernah jatuh di selokan itu 'kan?"

Related chapters

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   02. Pengakuan Arsen

    'Bukankah kau yang pernah jatuh di selokan itu 'kan?'Jadi, Layla tidak salah ingat.Mereka adalah satu orang yang sama. Laki-laki yang pernah menolongnya empat tahun yang lalu. Layla tidak menyangka mereka akan bertemu lagi dalam situasi yang sangat berbeda.Takdir memang selalu memiliki rencana tersendiri.Bahkan Arsen masih mengingatnya.Layla meletakkan piring kuenya yang telah kosong dan mengambil segelas jus. Pandangannya lagi-lagi bertemu dengan mata rusa Arsen yang memandangnya di seberang meja. Entah perasaan Layla saja atau apa, tetapi tatapan Arsen seolah terus terpaku padanya.Keduanya telah diperkenalkan secara formal sebelum makan malam dimulai. Layla tidak banyak bicara, begitu pula dengan Arsen. Hanya orang tua keduanya yang sibuk berbicara mengenai banyak hal.Setelah makan malam, keduanya dibiarkan bicara berdua di taman halaman belakang rumah. Katanya supaya lebih akrab. Arsen mengangguk setuju tanpa basa-basi, sementara Layla gugup bukan main. Sepertinya, hanya La

    Last Updated : 2024-02-24
  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   03. Kontrak Pernikahan Sang CEO

    Layla berdiri diam di samping orang tuanya yang melambaikan tangan dengan bahagia. Ia hanya menatap Mercedes Benz milik Arsen yang melaju keluar dari gerbang rumahnya, tanpa berniat untuk mengatakan apa pun.Perasaan bahagia yang memenuhi hatinya sebelumnya, telah berubah menjadi ombak yang mengacaukan segalanya.Layla tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya saat ini. Ia hanya merasa kecewa.Tetapi, pantaskah ia merasa kecewa? Keluarganyalah yang membutuhkan bantuan. Lagi pula, seharusnya Layla tidak terkejut mengingat keduanya dijodohkan. Jika Arsen punya pilihan lain, ia tidak akan mungkin menerima perjodohan keduanya.Layla mendesah lelah dan bergegas menuju kamarnya. Ia mematikan lampu dan melempar tubuhnya ke atas kasur. Wajahnya dibenamkan ke seprai yang lembut, lalu ia menghirup napas dalam-dalam di sana. Aroma bunga mawar yang menguar sedikit menenangkan perasaannya.Arsen bilang, dia tidak bisa meninggalkan kekasihnya, sekalipun keduanya telah menikah.Seperti yang t

    Last Updated : 2024-02-24
  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   04. Olivia

    "Wahhh semuanya sangat cantik. Bagaimana kalau kau pakai yang ini saja? Ah, tidak! Yang ini juga bagus—eh ya ampun, yang ini lebih manis lagi!"Layla menghela napas menatap ibunya yang kelewat antusias. Pagi ini, Ibu Arsen mengirim paket berisi sepuluh lembar gaun sebagai hadiah untuk Layla. Salah satunya harus Layla pakai saat berangkat menemui nenek Arsen yang tinggal di desa.Jadi, rencananya Layla diajak untuk berkunjung ke rumah nenek Arsen minggu depan. Tetapi semalam, ibu Arsen tiba-tiba menelepon dan meminta agar kunjungannya dipercepat saja, begitu pula dengan pernikahan Layla dan Arsen.Alasannya, karena Layla dan Arsen sepertinya sudah sangat cocok melihat bagaimana keduanya pergi 'berkencan' di restoran.Sungguh sebuah ironi sebab mereka menganggap pertemuan kemarin sebagai kencan romantis antar calon suami-istri. Apalagi Arsen ternyata telah menceritakan pertemuan awal mereka empat tahun yang lalu—secara tidak sengaja. Ibunya pasti mengira keduanya sudah akrab dan pernika

    Last Updated : 2024-02-24
  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   05. Pendapat Kiran

    "Kau cantik sekali, Nak. Persis seperti yang dikatakan Arinda. Sangat manis."Senyum Layla merekah. Bukan karena pujian yang diberikan oleh nenek Arsen, melainkan tatapan hangat yang diberikan oleh wanita tua itu. Layla jadi ingat dengan neneknya sendiri. Ia ingin berkunjung ke makamnya sebelum pernikahannya diselenggarakan."Terima kasih, Nek."Nenek Arsen tersenyum lebih lebar dan beralih menggenggam tangannya. Ia kemudian meraih tangan Arsen yang duduk di samping Layla. "Semoga pernikahan kalian lancar. Hubungan kalian langgeng, bertahan sampai kalian tua seperti nenek, ya," ucapnya sungguh-sungguh.Layla melirik calon suaminya yang hanya bisa mengangguk kaku. Ia mendadak merasa bersalah dengan kontrak pernikahan yang telah ia setujui. Ia telah membohongi semua orang. Tetapi membatalkan pernikahan pun bukan pilihan yang bisa Layla ambil."Terima kasih atas doanya, Nek." Hanya itu yang bisa Layla katakan."Sama-sama, Nak. Kau perempuan yang baik, Nenek bisa melihat itu. Arsen sangat

    Last Updated : 2024-03-08
  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   06. Perasaan yang Berseberangan

    Layla tidak bisa tidur.Iris cokelatnya terpaku menatap bulan yang bersembunyi di balik awan. Ia terdiam di tepi tempat tidurnya, menimbang-nimbang untuk keluar atau tidak. Matanya melirik jam, sudah hampir tengah malam.Semua orang mungkin sudah tidur sejak tadi, pikirnya.Suasana rumah ini begitu hening sejak beberapa jam yang lalu. Layla beranjak dari tempatnya dan mengintip keluar. Kamar yang ditempatinya langsung terhubung ke halaman belakang.Tempat itu sepi dan hanya ditemani oleh lampu jalan yang bersinar redup. Tetapi pemandangan kolam ikan dan bunganya tampak menenangkan. Mungkin jika Layla menghabiskan waktunya di sana sebentar, ia bisa mengantuk.Layla membuka pintu dengan sangat perlahan, tidak ingin membangunkan siapa pun. Ia berbelok menuju halaman belakang dan udara dingin seketika menerpa wajahnya. Ia bergidik dan mengeratkan jaketnya sebelum duduk di salah satu kursi.Suasana pedesaan memang sangat berbeda dengan suasana di kota. Biasanya, di jam seperti ini, jalanan

    Last Updated : 2024-03-09
  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   07. Perhatian yang Tidak Diinginkan

    Pagi-pagi sekali, mereka akhirnya akan berangkat kembali ke kota.Nenek Arsen memeluk Layla untuk terakhir kali dengan begitu hangat dan lembut. "Lain kali kalau tidak sibuk, kau dan Arsen harus berkunjung ke sini lagi, ya?""Iya, Nek."Nenek Arsen tersenyum bahagia dan rasa bersalah itu kembali muncul di hati Layla. Mungkin setelah menikah, ia harus meluangkan waktu untuk mengunjungi nenek Arsen sebelum kontrak pernikahan mereka berakhir. Tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya kedua belah pihak keluarga, tetapi calon suaminya telah memiliki rencana lain.Layla menghela napas pendek dan mundur ke belakang ketika Arsen maju untuk menerima pelukan dari neneknya."Jaga Layla baik-baik, ya. Nenek akan memukulmu dengan sapu kalau kau sampai menyakitinya."Arsen mengangguk dan tertawa kecil. Sebuah tawa hambar yang dipaksakan. Ia membalas dekapan neneknya dan melirik Layla yang terdiam di tempat.Semua orang tentu saja berharap yang terbaik untuk pernikahan keduanya. Tetapi harapan itu ra

    Last Updated : 2024-03-09
  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   08. Fitting Baju Pernikahan

    Layla memperhatikan refleksi wajahnya di cermin, lalu gaun pengantin yang membalut tubuhnya. Ia merasa seperti melihat ibunya sewaktu muda.Terlebih dengan fitur wajah Layla yang sangat mirip dengan ibunya: mata bulat, hidung kecil, bibir tipis, dan kulit putih pucatnya. Sekarang, ia juga memilih gaun pengantin dengan desain yang mirip dengan pakaian pengantin ibunya di album foto keluarga.Ia akan menikah seminggu lagi.Hal itu masih agak mengejutkan. Dan walaupun ia menikah di usia yang sangat muda, nyatanya pernikahannya tidak seindah yang ia bayangkan. Tetapi tetap saja, Layla tidak ingin menunjukkan perasaan kecewanya di depan semua orang.Ia akan berusaha untuk bahagia. Ia akan membahagiakan dirinya sendiri. Meskipun pada akhirnya, ia dan Arsen akan tetap berpisah.Beberapa hari terakhir, Layla terus merenungkan kehidupan pernikahannya dengan Arsen, bertanya-tanya bagaimana ia bisa menjalaninya selama setahun. Mereka akan tinggal bersama dan bertemu setiap hari, tidak mungkin m

    Last Updated : 2024-03-10
  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   09. Pergi Bersama

    Layla termenung di sudut kamarnya yang gelap. Pandangannya terpaku pada gaun pengantin yang digantung di dekat jendela, tampak bersinar di bawah cahaya bulan. Ia hanya terus menatapnya sambil memikirkan pernikahan yang akan dilangsungkan lima hari lagi.Setelah fitting baju pernikahan tiga hari yang lalu, ia tidak pernah bertemu Arsen lagi. Dia berusaha menyelesaikan beberapa pekerjaan penting karena ingin mengambil cuti. Semua orang sibuk mempersiapkan pernikahan, sementara ia mencoba menenangkan diri.Layla memeluk lututnya dan merebahkan kepalanya di sana. Ia meraih ponselnya, menimbang-nimbang untuk menghubungi Arsen atau tidak. Beberapa menit lagi tepat jam lima pagi dan ia takut mengganggu.Tetapi ia perlu menanyakan satu hal.Layla telah membaca ulang kontrak pernikahan keduanya. Pembahasannya hanya seputar hubungan yang berlangsung selama setahun, di mana Arsen akan menafkahi Layla selayaknya istri. Arsen tidak akan berbuat kasar, apalagi menyakitinya secara mental maupun fisi

    Last Updated : 2024-03-10

Latest chapter

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   84. Pengakuan dari Hati

    Bermain api? Sejak kapan tepatnya?Arsen termangu di tempat, mencoba memikirkan kembali segala hal yang telah Kiran katakan padanya. Bahkan perkataan Layla tentang teman laki-laki Olivia kembali terngiang. Suara-suara aneh yang terdengar saat ia menelepon Olivia... semuanya muncul dalam kepalanya. Membentuk sebuah alur yang saling berhubungan.Apa yang selama ini telah Olivia lakukan ketika tidak bersamanya?Seharusnya Arsen merasa cemburu atau kecewa, tetapi hanya ada perasaan marah yang tertinggal di dadanya. Seolah-olah ia hanya marah karena merasa Olivia telah menipunya, dan bukan karena hubungan keduanya sebagai sepasang kekasih. Arsen bertanya-tanya kenapa ia tidak merasa sedih atau pun terpukul.Rasa cinta itu telah menghilang... atau memang tidak pernah ada?Arsen menghela napas dan meraih map yang Marlon berikan. Itu adalah beberapa foto Olivia yang tengah berada di bar, keluar dari bar, dan dijemput oleh seorang pria yang memakai topi. Wajahnya tidak terlihat di bawah cahaya

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   83. Terungkapnya Olivia

    “Pelan-pelan saja,” kata Layla, menuntun Arsen untuk berjalan ke kamar. Dokter telah memperbolehkannya untuk pulang, dengan syarat Arsen harus rutin meminum obatnya. Kepalanya tidak lagi berdenyut nyeri, tetapi kakinya masih terasa sakit saat dipakai berjalan. Arsen setidaknya harus berjinjit-jinjit selama tiga hari sampai kakinya bisa ditekan ke lantai. “Pelan-pelan, jangan biarkan kakimu terlipat.” Layla kembali memberi instruksi, dengan hati-hati membantu Arsen untuk duduk di tepi tempat tidur. Layla membungkuk untuk melepaskan lingkaran lengan Arsen di bahunya dan puncak hidung mereka tidak sengaja bertemu. Tatapan mata Arsen terpaku padanya, begitu intens hingga membuat perut Layla bergejolak. Ia menelan ludah dan menjauhkan diri, mendadak merasa gugup. “Apa kau ingin buah potong?” tanya Layla, mengucapkan apa pun yang ada di otaknya. “Kau seharusnya beristirahat, Layla,” ucap Arsen, nada suaranya terdengar khawatir. Tatapannya kini terpaku pada lantai. “Tidak apa-apa. A

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   82. Lebih Dekat

    "Arsen?! Arsen, sadarlah!"Layla mengguncang keras bahu Arsen dan terdengar erangan kesakitan. Mata Arsen perlahan terbuka, tangannya menyentuh sisi kepalanya yang sempat terbentur. Ia kembali mengerang, merasakan denyutan menyakitkan ketika mencoba bergerak."Apa kepalamu sakit? Apa kau bisa mendengarku?" Layla bertanya dengan panik, ketakutan menjalari tubuhnya. Setelah mobil menghantam pohon, Arsen sempat kehilangan kesadaran. Layla telah mencoba beberapa kali sampai akhirnya Arsen membuka mata. "Aku—aku telah menelepon ambulans. Tolong bertahanlah, Arsen."Alih-alih menjawab, Arsen yang baru menyadari situasi dengan cepat menatap Layla. Gerakan itu membuat kepalanya berdenyut sakit, pamdangannya kabur, dan erangan kesakitan kembali lolos dari bibirnya. Tetapi mengabaikan hal itu, Arsen lebih mengkhawatirkan kondisi Layla. "Apa kau baik-baik saja, Layla? Apa ada yang terluka?" Matanya memindai tubuh sang istri dari atas sampai ke bawah."Tidak, aku tidak apa-apa. Justru kau yang bu

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   81. Kecelakaan

    Arsen akan pulang malam ini.Layla tersenyum sambil menentang belanjaannya di kedua tangan. Ia baru saja membeli bahan kue di toko dan berniat untuk membuat kue sebelum Arsen tiba di rumah.Katanya, dia akan tiba sekitar jam sembilan malam.Sinar matahari sore menerpa wajah Layla ketika melangkah ke beranda toko. Gerimis ringan membasahi tanah, dan sepertinya akan berubah menjadi hujan deras.Layla terdiam dan menimbang-nimbang untuk langsung memesan taksi atau singgah di toko buah di seberang jalan. Saat ia tengah berpikir, ponselnya mendadak berdering.Arsen.Layla segera mengangkatnya. "Halo, Arsen?""Layla, kau di mana?"Apakah Arsen sudah tiba di rumah? "Aku—di toko bahan kue. Apa kau sudah sampai?""Ya, aku baru saja sampai dan terkejut karena rumah kosong."Layla tercengang. Ini baru jam enam sore, ia kira Arsen akan tiba pukul sembilan nanti. "Aku tidak tahu, aku minta maaf. Aku kira kau akan tiba malam nanti?""Iya tadinya, tapi penerbangannya tidak ditunda lagi, jadi aku bis

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   80. Dua Sisi

    Bulan di balik jendela bersinar terang. Tidak seperti biasanya, malam ini cerah tanpa hujan deras yang mengguyur.Memasuki puncak musim hujan, hari-hari Layla selalu ditemani oleh langit mendung, awan hitam yang menggantung, angin kencang, aroma petrikor dan tanah yang basah, juga air hujan yang mengetuk atap.Musim hujan adalah defenisi dari pernikahannya. Tetapi bukan berarti ia berharap musim panas menjadi awal pertemuannya dengan suaminya.Ia sudah menerima apa yang terjadi dan akan bersabar menghadapinya. Seperti kata ibunya, inilah takdirnya.Layla menarik guling dan berbaring miring menatap pemandangan halaman belakang. Di lantai dua kamarnya, ia membayangkan pohon angsana juga kolam yang tenang di rumahnya.Sekarang sudah hampir tengah malam. Layla bertanya-tanya, apa Arsen sudah tidur? Dia telah sampai dengan selamat bersama ayahnya dan berjanji akan menelepon.Layla menunggunya sejak makan malam, tetapi ia pikir Arsen pasti kelelahan. Ia tidak ingin mengusik pria itu, jadi La

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   79. Menunggu Cinta itu Datang

    "Terima kasih, Pak. Nanti jemput saya lagi hari Jumat sore, ya.""Baik, Nona."Layla mengangkat tas berisi beberapa pakaiannya dan menyeberangi jalan. Ditatapnya rumah orang tuanya, kemudian senyumnya mengembang.Rasanya sudah lama sejak ia terakhir kali bertemu ibunya secara langsung. Mereka sering bertukar kabar lewat telepon, tetapi sulit untuk bertemu karena jarak yang jauh. Sekarang, ia memilih untuk menemani ibunya selama Arsen dan ayahnya pergi.Layla melangkah melewati pagar ketika ibunya muncul dengan tergopoh-gopoh. "Padahal Ibu berniat menjemputmu, Sayang.""Tapi aku sudah di sini, Ibu. Apa aku harus kembali lagi ke rumah?" kata Layla bercanda dan keduanya tertawa.Melissa menarik satu-satunya anak perempuannya itu ke dalam dekapan, lalu memeluknya erat-erat. Melepaskan kerinduan setelah sekian lama tak bertemu."Bagaimana kabar, Ibu?" Layla membenamkan wajahnya di pundak ibunya."Ibu baik, Sayang. Malah sangat baik setelah ayahmu mendapat proyek dari Nak Arsen. Ibu sangat s

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   78. Hampir Ketahuan

    Arsen melangkah cepat menaiki tangga menuju apartemen Olivia. Ia masih memiliki waktu setengah jam sebelum ke bandara dan berniat menemui wanita itu sebentar. Olivia tidak menjawab pesannya dan ia khawatir ada sesuatu yang terjadi.Tetapi begitu tiba di puncak tangga, langkah Arsen sontak terhenti ketika melihat sosok asing di pintu apartemen Olivia. Pria itu memakai topi dan masker, posisinya membelakangi Arsen dan dia tampak membungkuk ke arah Olivia.Apa yang sedang dia lakukan?"Olivia?" panggil Arsen dan pria itu langsung berbalik dengan terkejut.Wajah Olivia bahkan terlihat lebih syok sebelum dia bisa mengontrol ekspresinya. Arsen sempat melihat matanya yang terbuka lebar. Kenapa Olivia begitu terkejut?Olivia mendorong Bryan untuk mundur tatkala Arsen mendekat dengan kening berkerut. Ia berusaha untuk berekspresi senormal mungkin.Sial, kenapa Arsen tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan?"Ah, Arsen... aku kira, bukankah kau sudah harus berangkat ke bandara?""Aku ingin menemuim

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   77. Momen

    Layla meletakkan air minum dan handuk saat Arsen melangkah mendekat. Keringat bercucuran di dahi, leher, dan bahu Arsen, membuat bagian atas kaos yang dipakainya basah.Melihat Arsen yang masih memakai sarung tinju, Layla mengulurkan tangannya dan membantu. Pria itu terus menatapnya dengan mata hitamnya yang dalam, sampai ia meletakkan dua sarung tinju itu di atas meja."Ke-kenapa?" tanya Layla, ingin tahu kenapa tatapan Arsen terus terpaku padanya.Arsen tersenyum tipis dan duduk di bangku. Ia tidak langsung menjawab, melainkan mengelap keringat di tubuhnya. Layla menatapnya, kemudian memalingkan wajah saat Arsen menoleh."Ini benar-benar sangat cocok untukmu. Kau terlihat cantik." Sebuah sentuhan tangan dingin terasa di kepala Layla. Ia mendongak dan Arsen tersenyum manis saat menyentuh ringan jepitan di kepala Layla."Ah itu..." Layla tersipu dan mengangguk pelan. "Kau sudah membeli banyak, jadi tidak mungkin aku hanya menyimpannya. Aku akan terus memakainya."Lagi, Arsen tidak men

  • Kontrak Pernikahan Sang CEO   76. Cinta itu Luka

    Perpustakaan telah selesai hari ini.Layla yang sedang membersihkan dapur setelah sarapan bergegas keluar. Arsen menatapnya dengan senyum sumringah, ikut bahagia melihat betapa antusiasnya gadis itu."Kau terlihat begitu bersemangat." Arsen sengaja berkomentar dengan suara menggoda."Benarkah?" Layla menangkup pipinya dan tidak bisa menahan tawanya. "Padahal aku berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja."Arsen kontan terkekeh. "Kau tidak bisa menyembunyikannya dengan senyum lebar di wajahmu itu."Layla langsung menutup mulutnya dengan tangan, tetapi tetap saja matanya yang menyipit dengan jelas memperlihatkan rasa senangnya.Arsen kembali tertawa dan tanpa basa-basi meraih tangan Layla. "Ayo kita lihat perpustakaannya. Itu adalah hadiah untukmu, jadi aku senang jika kau menyukainya.""Kau memberiku terlalu banyak hadiah Arsen," sahut Layla. "Kemarin jepitan, dan sekarang perpustakaan ini juga selesai lebih cepat.""Sudah kubilang aku ingin membahagiakanmu, Layla," kata Arsen tanpa berp

DMCA.com Protection Status